Advertisement

NIM Kredit Perbankan & Jasa Keuangan RI Lebih Besar Dibanding Tetangga

Sarma Haratua Siregar
Jum'at, 25 Mei 2018 - 14:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
NIM Kredit Perbankan & Jasa Keuangan RI Lebih Besar Dibanding Tetangga Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). - Bisnis Indonesia/David Eka Issetiabudi

Advertisement

Harianjogja.com, BATAM–Komisi Pengawas Persaingan usaha (KPPU) tengah fokus mengawasi struktur sektor perbankan dan jasa keuangan. Sebab hingga sekarang masih didapat sejumlah persoalan. Misalnya net interest margin (NIM) yang lebih besar dibanding sejumlah negara tetangga. 

“Kami terus memantau struktur pasar perbankan dan jasa keuangan. Tujuannya mendorong perbankan yang semakin efisien dengan bunga rendah,” ujar Wakil Ketua KPPU RI Ukay Karyadi di Radisson Hotel, Jumat (25/5). 

Advertisement

Ada sejumlah variabel yang menyebabkan NIM di Indonesia relatif lebih tinggi dibanding negara-negara di sekitar. Namun salah satu indikasi yang dilihat oleh KPPU adalah karena posisi perbankan besar yang terlalu dominan di pasar tabungan dan kredit. 

“Walaupun Bank di Indonesia jumlahnya ratusan, pasar simpanan dan kredit relatif dikuasai oleh bank-bank besar,” ujarnya. 

Kondisi ini terbilang riskan. Jangan sampai posisi dominan tersebut dimanfaatkan untuk menentukan suku bunga di antara kelompok bank-bank besar ini. Sementara bank kecil hingga menengah hanya akan mengikuti tren yang sudah dibentuk. 

“Ini harus diperhatikan. Kami sendiri belum bisa memastikan atau memutuskan. Baru memantau,” jelasnya. 

Dalam beberapa tahun terakhir bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan. Namun suku bunga pinjaman di Bank cenderung tak mengalami penurunan yang signifikan. 

Di pasar simpanan, bank memiliki posisi tawar lebih kuat kepada nasabah. Karena itu, Bank bisa menentukan suku bunga simpanan. Sementara nasabah hanya bisa mengikuti suku bunga yang ditetapkan oleh Bank. 

Sementara itu, di pasar Kredit, Bank juga punya posisi tawar lebih kuat. Karena jumlah peminjam lebih banyak dibanding Bank. Di sisi ini Bank juga punya posisi untuk menentukan besaran bunga kredit yang disalurkan. 

Pada pengamatannya, suku bunga kredit hanya bisa turun hanya pada program yang diintervensi pemerintah. Sebut saja seperti kredit usaha rakyat (KUR) yang bunga pinjamannya di bawah 10%. 

“Bank biasanya memberikan suku bunga pinjaman UMKM sekitar 21%. Setelah intervensi pemerintah, barulah turun sampai di bawah 10 persen. Namun banknya sendiri, tak menurunkan suku bunga hingga single digit,” tuturnya. 

Menurutnya jika efisiensi perbankan bisa dilakukan, maka suku buka kredit juga akan bisa didorong hingga angka minimal. Dengan demikian Dengan demikian sektor-sektor usaha bisa mendapatkan pembiayaan dengan bunga terjangkau dari perbankan. 

Sektor-sektor konsumsi juga akan bisa bergerak lebih baik, karena masyarakat bisa mendapat fasilitas kredit konsumsi dengan bunga yang lebih terjangkau. Dia percaya, efisiensi perbankan bisa mendorong ekonomi di sektor riil jadi lebih baik. 

“Bank menggunakan modal yang murah, produknya bisa lebih efisien. Kita yakin perputaran ekonomi juga akan jauh lebih baik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cuaca DIY Hari Ini Jumat 19 April 2024: Jogja, Sleman dan Gunungkidul Hujan Lebat Disertai Petir

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 06:37 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement