Advertisement
Harga Hortikultura Diserahkan pada Mekanisme Pasar
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Lonjakan harga kebutuhan pokok dan komoditas pertanian lainnya terus terjadi setiap tahun secara periodik. Pemerintah dituntut mempunyai strategi terencana untuk mengatasi permasalahan rutin ini. Apalagi prediksi musim kemarau panjang yang terjadi tahun ini mulai menimbulkan keresahan di tingkat pedagang.
Namun demikian, tidak semua harga bisa dikontrol melalui regulasi pemerintah. Kepala Dinas Perdagangan DIY Tri Saktiyana mengakui hanya komoditas yang masuk dalam sembilan bahan pokok (sembako) saja yang bisa dikontrol oleh pemerintah. Yakni beras dan sagu, jagung, sayuran dan buah-buahan, daging baik sapi maupun ayam, susu, gula pasir, garam beryodium, minyak goreng dan margarin, minyak tanah atau gas elpiji. Bahkan hanya beberapa dari sembako tersebut yang bisa ditentukan harga eceran tertingginya (HET) oleh pemerintah.
Advertisement
"Sedangkan sayuran seperti cabai, bawang, kami tak bisa menentukan HET-nya. Karena harganya sangat fluktuatif. Kadang harganya Rp30.000 tetapi saat mahal bisa sampai Rp150.000," katanya kepada Harian Jogja, Selasa (14/8).
Karena itu, harga-harga komoditas yang tak menjadi kewenangan pemerintah diserahkan pada mekanisme pasar. Artinya harga akan menyesuaikan ketersediaan stok dan permintaan di pasaran, hukum supply demand diberlakukan. Maka Tri menyebut harga komoditas pertanian hortikultura bisa berubah dengan cepat. Saat stoknya berlimpah, harga akan turun tetapi saat ketersedian barang menipis harga bisa langsung melonjak drastis.
"Karena tidak berwenang penuh dalam mengatur harga, kami juga tidak punya sistem pergudangan untuk itu. Apalagi komoditas tersebut kan bukan milik pemerintah tetapi milik perorangan, masyarakat, para petani," ucapnya.
Namun Tri menegaskan bukan berarti pemerintah tak bisa mengambil peran saat terjadi gejolak harga di lapangan. Yakni dengan memperlancar rantai distribusi komoditas tertentu. Pasalnya Tri menuturkan Jogja bukan merupakan penghasil besar komoditas hortikultura, meskipun ada jumlahnya tak seberapa. Jogja masih perlu mendatangkan sayur-sayuran dari Magelang dan sekitarnya.
"Kami berperan memperlancar distribusi, memastikan tidak tersendat. Misalnya di sini kurang apa, kami pesankan ke luar daerah. Memastikan pasokan di sini tercukupi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Menang Pilpres, 9 Parpol Koalisi Indonesia Maju di Klaten Bertemu Bahas Pilkada
- Bawaslu: Jokowi Tak Langgar Netralitas Meski Bagi-bagi Bansos Jelang Pilpres
- Timnas 3X3 Putri Akhiri Babak Kualifikasi Grup C FIBA 3X3 Asia Cup dengan Manis
- Jamu RANS Nusantara, Persis Solo Andalkan Sananta demi Kejar Posisi 4 Besar
Berita Pilihan
- Layanan Penukaran Uang Rupiah Bakal Tersedia di Jalur Mudik
- Wajib Daftar di Aplikasi PINTAR, Penukaran Uang Baru untuk Lebaran Dibatasi Rp4 Juta per Orang
- Menparekraf Sandiaga Uno Mengklaim Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Timbulkan Gejolak
- Kini Kereta Ekonomi Gerbong dan Kursinya Generasi Baru, Resmi Beroperasi Mulai Kemarin
- Kemendag Segel SPBU Rest Area KM 42 Jakarta-Cikampek
Advertisement
Selama Libur Lebaran, Dishub Bantul Bakal Tempatkan Petugas Jaga di Sejumlah Jalur Tengkorak
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Layanan Penukaran Uang Rupiah Bakal Tersedia di Jalur Mudik
- BPD DIY Jadi Tuan Rumah Safari Tarawih bersama FKIJK DIY
- Antisipasi Peningkatan Jumlah Pemudik, Pertamina Tambah Stok BBM
- Negosiasi Kepemilikan Freeport Ditargetkan Rampung Juni 2024, Jokowi: Yakin Dapat 61 Persen
- Begini Rasanya Jadi Dokter Hewan Sekaligus Pengusaha
- Mulai Ada Panen, Bulog DIY Serap Beras Dalam Negeri
- Hore! Khusus di Jawa, Pertashop Diizinkan Menjual Pertalite
Advertisement
Advertisement