Advertisement

Integrasikan Bahan Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Bentuk Obat

Sunartono
Jum'at, 25 Mei 2018 - 20:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Integrasikan Bahan Alam dan Teknologi untuk Pengembangan Bentuk Obat Dosen Fakultas Farmasi USD Rini Dwiastuti (kanan) saat memaparkam materi dalam seminar Jumat (25/5/2018). - Harian Jogja/Sunartono

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Dua dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta yang baru saja lulus dengan gelar doktor, membagikan ilmunya dalam seminar Sanata Dharma Berbagi, dengan tajuk Pemanfaatan Bahan Alam dan Teknologi Era Digital dalam Upaya Pengembangan Bentuk Sediaan Obat, di Ruang Seminar Driyarkara Lantai II Kampus II USD Mrican, Jalan Gejayan, Depok, Sleman, Jumat (25/5/2018).

Kedua doktor tersebut adalah Agatha Budi Susiana Lestari memaparkan tentang pegagan (Centella asiatica), Perjalanan Menuju Obat Herbal Terstandar dan Rini Dwiastuti tentang Teknologi Komputasi dalam Pengembangan Formulasi Sediaan Nanopartikel.

Advertisement

Kedua materi itu bisa diintegrasikan antara pemanfaatan bahan alam dengan teknologi era digital dalam pengembangan ketersediaan obat. Seminar itu diikuti ratusan peserta mulai dari dosen USD dan dari berbagai kampus di DIY, pelaku industri bidang farmasi, mahasiswa, petugas puskemas dan apoteker di DIY.

Agatha Budi Susiana Lestari menjelaskan, salah satu upaya meningkatkan pemanfaatan herba pegagan di bidang kesehatan yaitu membuatnya dalam bentuk obat herbal terstandar. Artinya, sediaan obat dengan bahan alam itu dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan baku terstandarisasi.

"Harus ada standar kandungan bahan berkhasiat, standar penbuatan ekstrak dan uji toksisitas akut maupun kronis," terangnya dalam seminar tersebut, Jumat (25/5/2018).

Ia menambahkan, tanaman pegagang atau dikenal dengan kaki kuda, banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Tetapi, pemanfaatan itu lebih banyak dipakai sebagai bahan sayuran. Padahal berdasarkan penelitian, tanaman itu mengandung kimia yang dapat memberikam efek farmakologi, seperti terpenoid, flavonoid, polisakarida, alkaloid, klorofil dan lain-lain.

"Sehingga ini memungkinkan pemanfaatan herba pegagan dalam upaya pemeliharaan kesehatan," ungkap dia.

Rini Dwiastuti mempresentasikam tentang nanopartikel yang ditelitinya. Kendala yang dijumpai dalam formulasi nanopartikel antara lain, butuh waktu lama, penggunaan pelarut organik dalam proses formulasi serta biaya trial and error yang tinggi.

Namun, salah satu cara untuk mengatasi kendala itu adalah, melakukan kajian dalam studi orientasi awal formulasi menggunakan pendekatan pemodelan molekul pembentukan nanopartikel lipid. Penelitiannya menghasilkan indikasi ukuran kompleks nanopartikel lipid tetap stabil saat disimpan selama 30 hari pada suhu antara empat hingga delapan derajat celsius.

"Hasil morfologi juga memberikam evidence terbentuknya liposom dengan jenis multilamelar pada sistem yang dibuat suhu formulasi 70 derajat celsius, disimpan pada suhu antara empat hingga delapan derajat celcius selama 21 hari penyimpanan," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Aniaya Wartawan, Danlanal Ternate Copot Komandan Pos Lanal Hasel

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement