Advertisement

PARENTING: Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Bekal Ekstra

Mahardini Nur Afifah
Kamis, 15 November 2018 - 09:35 WIB
Maya Herawati
PARENTING: Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus Perlu Bekal Ekstra Ilustrasi anak-anak - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Bekal ekstra merupakan keniscayaan bagi para orang tua saat mendampingi anak dengan keterbatasan atau keluarbiasaan fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Fokus dan perhatian bakal tercurah untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak kebutuhan khusus (ABK) mereka.

Psikolog Dr. Darla Clayton dikaruniai anak dengan cerebral palsy (CP) berusia sembilan tahun. Berbasis pengalamannya, ia mendapat banyak pertanyaan untuk menangani anak dengan beragam latar.

Advertisement

“Sebenarnya para orang tua cukup mempercayai naluri mereka. Kalian yang paling tahu kebutuhan anak spesial kita. Dokter, guru, terapis, dan profesional bisa membantu memberikan saran. Jangan takut menangani anak spesial kita. Kalian ahlinya,” terang Clayton seperti dilansir Abilities.com.

Clayton menyebut menjadi orang tua berkebutuhan khusus itu super berat. Ia mengibatkannya seperti lari maraton tanpa jeda. Jika pada lari reguler kita bisa mampir minum atau rehat sejenak, maraton tidak memungkinkannya.

“Maraton kita memperjuangkan masa depan buah hati. Jadi penting diingat, kita tidak perlu memenangkan pertandingan, cukup sampai di garis finis. Misalkan lelah, kita boleh rehat sejenak, minum, mengudap, lalu siapkan tenaga lagi untuk berlari,” jelasnya.

Selain itu, saat orang tua mendampingi anak berkebutuhan khusus juga bisa mempertimbangkan untuk bersikap lebih terbuka. Mungkin ada kekhawatiran teman, keluarga, atau pengasuh tidak bisa merawat anak berkebutuhan khusus seperti cara kita memperlakukan mereka sehari-harinya. Atau kita cemas pengasuh bisa kewalahan.

“Mempercayakan ABK pada orang lain itu bukan tanda kelemahan, melainkan salah satu kekuatan. Hal itu bisa jadi modal untuk mengisi ulang baterai sesekali, agar dapat membantu kita menjadi orang tua, mitra, dan manusia yang lebih baik,” ulas Kidshealth.org.

Ketika ABK tidak hanya diasuh orang tuanya, anak juga bisa merasakan manfaatnya secara sosial dan pribadi. Anak bisa mengembangkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi dengan orang lain terlepas dari hambatan kesehatan dan lain sebagainya.

Agar orang tua tenang meninggakan ABK-nya, pastikan lebih dulu orang yang membantu memenuhi tugas kita punya ketrampilan mengasuh. Tinggalkan juga sejumlah kontak penting terkait perawatan kesehatan anak ketika terjadi gangguan medis di rumah.

Yang tak kalah penting bagi orang tua yang dikaruniai ABK, cari dukungan dari komunitas sejenis. Kita memang tidak mengharapkan bantuan dari komunitas tersebut. Namun lingkar pergaulan dengan latar sejenis ini memungkinkan kita mendapatkan beberapa rujukan penting untuk membantu merawat anak istimewa kita kelak.

“Dengan meluangkan waktu untuk terhubung dan sempat tertawa sejenak, kita jadi bisa sedikit mengurangi kekhawatiran berlebihan pada ABK kita. Jika sulit mencari komunitas sejenis di dunia nyata, kita gampang menemukannya di dunia maya,” sarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos/Kidshealth.org

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Tekan Kasus Stunting, Remaja Putri di Sleman Diberi Edukasi

Sleman
| Selasa, 23 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

10 Orang Tewas Usai Dua Helikopter Militer Malaysia Tabrakan, Berikut Kronologinya

News
| Selasa, 23 April 2024, 16:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement