Advertisement

PERCIKAN BENING: Iman, Takwa, & Kesucian

Sigit Yulianta
Jum'at, 15 Juni 2018 - 05:25 WIB
Budi Cahyana
PERCIKAN BENING: Iman, Takwa, & Kesucian Sigit Yulianta - Ist.

Advertisement

Seruan iman masih terngiang jelas di telinga ruhani kita saat perintah berpuasa digemakan. Di penghujung bulan sarat keberkahan kita tengah menikmati buah amal puasa itu: senantiasa bertakwa, tak kenal lelah beribadah, bersemangat dalam ketaatan, dan tak bosan untuk terus berbuat kebaikan.

Separuh waktu setiap hari selama satu bulan, perut dikosongkan dari konsumsi makan dan minum, tapi diisi dengan konsumsi ruhani: zikir, doa, tadarus Alquran, salat fardu dan tarawih, sedekah dan beragam amal shalih.

Advertisement

Maka orientasi kepada kehidupan akhirat menguat dan perhiasan duniawi tersingkap hingga tampak hina di samping kemuliaan nikmat kehidupan akhirat. Lisan menjadi gemar mengungkap kebajikan, wajah semringah dalam ketekunan beribadah, manusia berhimpunan dalam kebersamaan menunaikan perintah Tuhannya.

Maka kotoran jiwa tak lagi menempel, meluruh dan lenyap. Noda kedurhakaan tidak lagi tinggal dalam diri, menghilang tak kuasa menghadapi serbuan kebajikan yang tak henti diwiridkan manusia beriman. Bahagia sungguh terasa, kedamaian mewujud di alam nyata, ketulusan tak lagi tertutupi oleh basa-basi dan kepura-puraan.

Maka layak jika kita memahami ini semua, lalu kita berharap seandainya setiap hari sepanjang tahun adalah Ramadan. Layak pula jika dahulu para sahabat Nabi Muhammad SAW yang mulia menangis tatkala Ramadan hendak berpamitan meninggalkan mereka. Semoga kita bisa merasakan hal yang sama, lalu menjaga kebahagiaan bulan keberkahan ini di sebelas bulan berikutnya.

Ya, me-Ramadan-kan seluruh bulan dengan iman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Maka saat dunia kita tinggalkan, lalu menghadap Allah SWT dalam keadaan suci dari noda dan dosa. Sudah pasti Dia akan menyambut kedatangan kita dengan ampunan dan kasih sayang-Nya.

Dan tentu saja, surga dengan segala kenikmatannya menjadi tempat terbaik yang telah disediakan oleh-Nya untuk kita.

Resapkanlah dalam kejernihan jiwa kita, firman Allah SWT, “Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian dan syurga yang luasnya seluas langit dan Bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. [Yaitu] orang-orang yang meginfaqkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, mengendalikan amarah dan memaafkan kesalahan manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan [juga] orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah lalu segera memohon ampunan kepada-Nya dari dosa-dosanya. Dan siapakah yang mengampuni dosa selain Allah? Mereka tidak berketerusan melakukan dosa itu, sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Aali ‘Imraan/3:133-136).

Usai Ramadhan adalah saat kita kembali berbuka (ifthar), tidak lagi berpuasa. Begitulah makna iidul fithri secara formalitas fiqih. Kita kembali bisa makan dan minum di siang hari. Namun demikian, tentu saja bukan semata pemaknaan formalitas fiqih yang dikehendaki dengan pensyariatan ibadah puasa di Ramadan. Sesungguhnya ia menjadi semacam pelajaran melalui amal ibadah yang sarat hikmah.

Berpuasa dengan beragam ibadah dan amal ketaatan lainnya di sepanjang bulan Ramadan merupakan proses pelatihan (training), pendidikan dan pembentukan karakter (character building) sehingga menjadi manusia yang bertakwa. Ia adalah model manusia suci dan penuh kemuliaan karena telah ditempa dengan beragam kesulitan, kepayahan, penderitaan, lalu menetapi jalan pengabdian yang tulus kepada Allah SWT sehingga bersih dari penyekutuan kepada selain-Nya. Madrasah Ramadan juga telah menghasilkan manusia berjiwa sosial yang tinggi sebagai buah dari penghayatan ibadah dan ketaatan di dalamnya.

Tertanam kuat dalam jiwa pelaku kepatuhan di bulan suci ini sabda Nabi Muhammad SAW, “Barangsiapa yang berpuasa tetapi [puasanya] tidak bisa mencegah dirinya dari berkata bohong dan berperilaku keji, maka Allah tidak butuh dengan puasanya, meski ia tinggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari).

Begitu pun pesan Nabi Muhammad SAW yang mulia agar pelaku ibadah puasa mengeluarkan zakatnya sebelum tiba hari raya agar tidak ada orang miskin yang kelaparan di hari raya (litho’mal masaakiin). Penempuh jalan ruhani di sepanjang perjalanan Ramadan juga telah terdidik jiwanya hingga menjadi pribadi nan rendah hati (tawadhu’) sehingga bukan diri yang dibesarkan namun Allah SWT semata yang diagungkannya. Maka kalimat takbir yang dilafalkan lisannya, Allaahu Akbar...Allaahu Akbar...Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar...Allaahu Akbar walillaahil hamd...(Allah Maha Besar...Allah Maha Besar..Tiada Tuhan yang haq disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar...Allah Maha Besar, dan segala puji milik Allah).

Nikmat petunjuk (hidayah) yang mendorong dirinya untuk mengagungkan Allah SWT (litukabbirullaaha ‘alaa maa hadaakum), lalu ia mensyukurinya dengan tetap menaati perintah-Nya (wala’allaku tasykuruun). Dia telah menjadi bagian dari para hamba Allah Yang Maha Pengasih (’ibaadurrahmaan), sebagaimana firman-Nya.

“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapanya (dengan kata-kata menghina dan merendahkan) mereka mengucapkan ‘salaam’ (mendoakan keselamatan bagi penghina dan pencela dirinya).” (QS. al-Furqaan/25:63).

Sempurnalah keelokan Ramadhan saat hari raya tiba, karena peserta pelatihan Ramadan telah menjadi manusia-manusia suci yang lahir dari benih keimanan yang disemai dengan takwa kepada Allah SWT. Jika bukan kualitas demikian yang mewujud, pasti ada kekurangan dan ketidaksungguhan dalam menjalani proses Ramadan. Selamat Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah, semoga kesucian tetap terjaga dan terpelihara hingga kita meninggalkan dunia. Taqabbalallaahu minnaa waminkum, semoga Allah SWT menerima amal ibadah ketaatan yang kita lakukan. Aamiin, Yaa Allah. Yaa Mujiibassaa-iliin.

Wallaahu a’lamu bish-shawwaab.

*Penulis adalah Pimpinan Pesantren Tahfizh Qur'an Yatim Nurani Insani Jogja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Bus Damri dari Jogja-Bandara YIA, Bantul, Sleman dan Sekitarnya

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 04:37 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement