Advertisement

OPINI: Generasi Milenial, Konsumen Zaman Now

Elisabeth Dita Septiari
Kamis, 16 Agustus 2018 - 07:25 WIB
Budi Cahyana
OPINI: Generasi Milenial, Konsumen Zaman Now Elisabeth Dita Septiari - Ist.

Advertisement

Generasi milenial adalah generasi terbesar kedua di dunia setelah generasi baby boomers, yang lahir antara tahun 1980 -2000. Saat ini, banyak perusahaan yang menetapkan generasi milenial sebagai target pasar karena generasi milenial lebih mudah didekati melalui media online. Menurut Howe dan Strauss (2000), generasi milenial hidup pada era yang memiliki nilai individualisme tinggi, mengutamakan keterbukaan, dan gaya hidup bebas. Generasi milennial juga tumbuh dalam keadaan yang lebih makmur dibandingkan dengan generasi sebelumnya, sehingga kebutuhan terpenuhi oleh orang tuanya.

Menurut Sweeney, 2006, ada beberapa ciri perilaku generasi milenial yang berpengaruh terhadap pergeseran perilaku konsumen. Generasi milenial sangat pemilih dalam membeli produk dan jasa karena mereka dimanjakan dengan berbagai pilihan. Generasi ini merasa bahwa pilihan yang berlimpah tersebut merupakan hak mereka sebagai konsumen. Generasi milenial merupakan generasi experiential and exploratory learning. Mereka belajar dengan mengerjakan sesuatu, simulasi dan interaksi. Generasi milenial menyukai fleksibilitas dalam waktu dan tempat. Ketika mereka menyukai sesuatu mereka akan segera mencari produk tersebut di Internet dan melakukan survei mengenai produk tersebut.

Advertisement

Mereka akan menentukan pilihan yang terbaik sampai dengan detik-detik terakhir. Generasi milenial menyukai produk ataupun jasa yang memiliki fitur personalisasi dan dapat disesuaikan dengan keinginan mereka untuk memenuhi selera yang berubah dengan cepat. Generasi milenial kurang sabar, toleransi merek terbatas atas keterlambatan dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Generasi milenial cenderung berpikiran praktis dan berorientasi pada hasil. Mereka tertarik pada proses dan jasa yang dapat mempercepat pekerjaan mereka.

Generasi milenial memiliki kebiasaan multitasking. Mereka dapat melakukan banyak hal pada waktu yang bersamaan agar efisien dalam waktu. Generasi milenial sangat mudah beradaptasi dengan teknologi. komputer, internet, dan gadget menjadi teman dalam kehidupan generasi ini. Generasi milenial sangat menyukai permainan (gamers). Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain online, komputer, gadget, ataupun video games. Generasi milenial menggunakan metode komunikasi nomadik. Mereka memiliki teman banyak dan senang berkomunikasi menggunakan media sosial, instant messaging. Mereka senang berkomunikasi terus menerus di mana pun selalu terhubung menggunakan media sosial.

Generasi milenial menyukai kehidupan yang seimbang. Mereka cenderung tidak suka menghabiskan waktunya untuk bekerja demi gaji yang besar tetapi tidak memiliki waktu untuk menyenangkan diri ataupun menikmati hidup. Generasi milenial kurang suka membaca buku teks, literatur, ataupun koran dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Generasi milenial yang muda, urban, dan memiliki mobilitas serta konektivitas yang tinggi menjadi ciri mayoritas konsumen saat ini. Menurut Kotler et al (2017) dalam bukunya yang yang berjudul Marketing 4.0, generasi milenial memiliki daya beli yang lebih besar dibandingkan dengan generasi sebelumnya karena kebanyakan mereka berada di kelas ekonomi menengah atau atas. Mereka berusaha mencapai banyak tujuan, memiliki banyak pengalaman, dan berusaha menunjukkan kelas sosial melalui produk yang mereka konsumsi.

Generasi milenial yang selalu terhubung satu dengan yang lain, membuat mereka sangat peduli dengan pendapat masing-masing orang. Mereka lebih memercayai rekomendasi dari teman atau keluarga mereka daripada dari perusahaan atau merek. Mereka akan membagikan opini mereka dan juga menerima opini dari orang lain dan membentuk suatu kompilasi review mengenai suatu produk.
Oleh karena itu, percakapan dalam komunitas mengenai suatu merek akan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan informasi yang bersifat iklan dari perusahaan. Konsumen yang merasa puas dengan suatu merek akan memberikan opini untuk meyakinkan calon pembeli melalui review-nya. Sedangkan konsumen lain yang mencari produk dengan kategori yang sama, biasanya akan mencari acuan dari komunitasnya. Konsumen akan cenderung mengikuti orang yang berpengaruh dalam komunitasnya dalam melakukan pemilihan merek atau pemilihan produk. Seberapa besar pengaruhnya berbeda antara satu orang dengan orang lain, dan bervariasi antara satu produk dengan produk lain.

Pergeseran konsumen tersebut mendorong munculnya disruption era di bidang pemasaran. Perusahaan tidak dapat lagi membagi konsumen berdasarkan cara tradisional, tetapi harus mampu mensegmentasikan konsumen secara digital. Saat ini komunitas menjadi segmen baru dalam digital marketing, dan pendekatannya pun harus seizin mereka. Perusahaan harus meminta izin konsumen terlebih dahulu untuk menyampaikan pesan pemasarannya.

Oleh karena itu saat ini jika konsumen berselancar di web-web suatu produk, biasanya mereka diminta memberikan alamat emailnya untuk mendapat informasi lebih lanjut mengenai produk tersebut. Konsumen yang tidak memberikan alamat emailnya menunjukkan mereka tidak memberi izin pada perusahaan untuk berbagi informasi.

Oleh karena itu bagi perusahaan, untuk berhasil mendekati konsumen jaman now harus mampu mendekati kantong-kantong komunitas sesuai target pasar. Merek atau produk perusahaan harus menjadi buah bibir yang positif dari komunitas tersebut. Perusahaan tidak dapat hanya melakukan pencitraan mengenai produknya, tetapi kinerja produknya harus sesuai dengan promosi pemasaran. Konsumen akan terus melakukan penilaian terhadap merek atau produk melalui review-review mereka sehingga terbentuklah opini sosial mengenai suatu produk. Jika opini sosial positif, maka produk akan diterima di pasar.

*Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Film Horor Gunakan Unsur Islam dalam Judul, MUI Sebut Simbol Agama Harus di Tempat yang Pas

Hiburan
| Selasa, 26 Maret 2024, 09:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement