Advertisement

Beredar Kabar Ada Pandemi 2.0, Ini Fakta yang Dipaparkan Kementerian Keseha

Newswire
Sabtu, 09 September 2023 - 14:47 WIB
Maya Herawati
Beredar Kabar Ada Pandemi 2.0, Ini Fakta yang Dipaparkan Kementerian Keseha Ilustrasi Covid/19 / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Gelombang Covid-19 subvarian BA.2.86 atau disebut Pirola menjadi sorotan karena meningkat drastis di beberapa negara. Sejauh ini, Covid Pirola diketahui terdeteksi di 10 negara, salah satunya di Asia yakni Thailand.

Sebuah unggahan di Twitter menarasikan pandemi gelombang kedua yang direncanakan tahun 2025 ternyata dimajukan menjadi 2023. Dalam unggahan tersebut, dinarasikan juga dalam satu hingga dua bulan, akan ada peraturan lockdown, Work From Home (WEH) , dan aturan pakai masker.

Advertisement

Berikut narasi dalam unggahan tersebut: “Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023. Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan Lockdown, WFH, dan aturan pakai Masker.  Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah Polusi Udara.  Chemtrails terus ditaburkan, DEW dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, Langit dibuat jadi Forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga Batubara atau BBM.”

Namun, benarkah gelombang kedua pandemi akan dimulai akhir 2023? Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Dr Siti Nadia Tarmizi kepada ANTARA menjelaskan bahwa pandemi bukanlah sesuatu yang bisa direkayasa karena pandemi merupakan penyakit baru.

BACA JUGA: Stok Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia, Ketum PSSI: Segala Kelompok Umur Memadai

Seperti pada umumnya, penyakit baru sering menimbulkan fatalitas yang besar karena kita belum kenal dengan penyakitnya.

Pandemi juga bukan suatu rekayasa karena hampir semua negara terdampak dengan pandemi Covid-19. Mulai dari negara yang super power hingga negara yang  lemah ekonominya.

“Kedua terkait dengan polusi, kalau kita lihat ini kondisi yang saat ini terjadi dan sudah banyak kajian ilmiah hubungan antara kualitas udara yang buruk dengan kesehatan dan karena kualitas udara tidak baik maka sebagai upaya pencegahan salah satunya penggunaan masker, WFH juga mengurangi polutan khususnya emisi kendaraan,” kata Siti Nadia Tarmizi.

Kemudian terkait dengan imbauan membeli Ivermectiin dan  Hidrokloroquin, sambung dia, hingga saat ini belum ada kajian ilmiah terkait obat pencegahannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

198 Ekor Kuda Berpacu di Piala Tiga Mahkota Seri 1 & Pertiwi Cup 2024

Bantul
| Minggu, 28 April 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Kim So Hee Akan Menikah dengan Pengusaha dan Pensiun dari Industri Hiburan

Hiburan
| Jum'at, 26 April 2024, 23:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement