Advertisement
Jumlah Rekening Nasabah Kelas Kakap Turun, Ada Apa dengan Mereka?
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Keterbukaan informasi dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah rekening nasabah kelas kakap. Kendati demikian hal tersebut bukan satu-satunya faktor.
Sebagai informasi, akhir April lalu merupakan tenggat waktu bagi lembaga keuangan untuk melaporkan data nasabah yang memiliki rekening di atas Rp1 miliar. Sementara, berdasarkan data Lembaga Penjamain Simpanan (LPS) terakhir, data untuk simpanan dengan nilai saldo di atas Rp2 miliar, jumlah rekeningnya turun 0,34% (MoM), dari 251.401 rekening (Januari 2018) menjadi 250.548 rekening (Februari 2018).
Advertisement
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, Minggu (6/5/2018), mengatakan ada faktor lain yang justru lebih signifikan dalam penurunan jumlah rekening di atas Rp1 miliar, yakni kinerja ekspor.
Dia menjelaskan kebanyakan nasabah yang memiliki rekening besar adalah nasabah yang memiliki keterkaitan besar dengan perdagangan luar negeri, khususnya ekspor. Jadi, ketika kinerja ekspor mengalami perlambatan sejak akhir kuartal/IV 2018, nilai simpanan nasabah diprediksi juga menurun. Hal tersebut juga menyebabkan jumlah rekening nasabah tidak tergolong sebagai nasabah yang memiliki simpanan besar di rekening.
"Sebenarnya yang terlihat benar adalah nasabah yang memiliki simpanan senilai Rp5 miliar, jadi ketika kinerja ekspor turun simpanan mereka juga turun," jelas Faisal.
Sebagai informasi, sejak Desember 2017 hingga Februari 2018 neraca perdagangan mengalami defisit berturut-turut, tetapi pada Maret 2018 neraca perdagangan mencatat surplus yang signifikan, berhasil menutup kuartal I/2018 dengan surplus sebesar US$280 juta.
Senada dengan Faisal, pengamat ekonomi dari Asian Develompment Bank (ADB) Institute Eric Sugandi mengatakan data dari LPS tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk menyimpulkan bahwa menurunnya jumlah rekening nasabah kelas kakap berhubungan erat karena kekhawatiran atas aturan keterbukaan informasi.
"Masalah keterbukaan informasi bisa jadi ada pengaruh, walau bisa juga ada faktor lain, seperti investasi ke instrumen lain dan konsumsi," katanya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Samual menambahkan fluktuasi yang terjadi pada jumlah rekening nasabah besar adalah wajar, dan bukan disebabkan oleh kekhawatiran nasabah.
Menurutnya, jika indikasi mengenai kekhawatiran tersebut benar, seharusnya jumlah penurunan dari sejak wacana tersebut dibicarakan jumlah rekening secara signifikan menurun. "Kan itu tidak terjadi, jadi penurunannya itu biasa saja," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Jadwal KRL Solo Jogja Jumat 3 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Palur Solo
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- LPS Siapkan Rp237 Miliar untuk Klaim Simpanan Nasabah, Berikut Daftar 10 Bank Bangkrut Tahun Ini
- SBI Perkuat Fokus Pada Efisiensi dan Inovasi Hadapi Tantangan Industri
- PLN UID Jateng DIY Kembali Raih Penghargaan Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat dalam Detik Jateng-Jogja Award
- Pecah Rekor! Inflasi Bawang Merah April 2024 Tertinggi sejak 2021
- BI Rate Naik, Penjualan Properti di DIY Terancam Lesu
Advertisement
Advertisement