Advertisement
Belanda Ditarget Jadi Pintu Masuk Produk Manufaktur di Eropa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Dari sekian negara di Eropa, Pemerintah mengincar Belanda sebagai pintu masuk produk manufaktur Indonesia ke kawasan tersebut.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan produk unggulan yang disiapkan masuk ke pasar Eropa melalui perjalanan langsung Indonesia-Belanda adalah minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya. "Ini tergantung dari perkembangan produknya itu sendiri. Komoditas ini harapannya, seperti CPO, tidak lagi dihambat," kata Airlangga melalui keterangan tertulis, Rabu (16/5/2018).
Advertisement
Produk lain yang disiapkan untuk langsung dikapalkan ke Eropa adalah tekstil dan produk tekstil serta alas kaki. "Apalagi untuk daya saing produk alas kaki kita sudah masuk nomor enam di dunia, sehingga potensinya besar untuk perluasan pasar ekspor," kata Airlangga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga triwulan I/2018, industri tekstil dan pakaian menjadi salah satu sektor manufaktur yang kinerjanya di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini tumbuh hingga mencapai 7,53%.
Sedangkan sektor terkuat yakni industri mesin dan perlengkapan yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,98%. Selanjutnya, industri makanan dan minuman tumbuh hingga 12,70%, industri logam dasar 9,94%, serta industri alat angkutan 6,33%. Pada kurtal pertama tahun ini, industri pengolahan nonmigas tercatat tumbuh sebesar 5,03%, naik dibanding periode yang sama di 2017 sekitar 4,80%.
Sementara itu, seiring meningkatnya pengapalan langsung produk manufaktur Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pemerintah berharap dapat membuat negeri itu menyamakan kebijakan seperti yang diterima oleh Thailand dan Vietnam. Kedua negara tetangga itu menikmati tarif bea masuk 0% di AS.
"Dengan adanya kerja sama bilateral, tarif bea masuk nantinya untuk komoditas ekspor Indonesia ke Amerika Serikat bisa dihapuskan atau nol persen. Pasalnya, ekspor Thailand dan Vietnam ke Negeri Paman Sam tersebut sudah nol persen," harap Airlangga.
Dia mengatakan pihaknya akan menawarkan imbal hasil seperti AS yang memproduksi kapas dan gandum dibarter dengan produk sepatu ataupun tekstil Indonesia.
Kementerian Perindustrian mencatat neraca perdagangan RI dengan AS mengalami surplus pada 2 tahun terakhir. Pada 2016, surplus sekitar US$8,47 miliar [Rp119.330 triliun], sementara pada 2017 surplus sebesar US$9,44 miliar [Rp132.980 triliun]. Khusus untuk ekspor, total nilai ekspor nonmigas mencapai US$15,68 miliar [Rp220.882 triliun] pada 2016, sedangkan di 2017 meningkat menjadi US$17,14 miliar [Rp241.427 triliun].
"Dengan adanya perjanjian perdagangan internasional, Menperin meyakini, akan membuat eksportir Indonesia mendapatkan peluang lebih besar untuk semakin memperkenalkan dan menjual produknya ke berbagai belahan dunia. Upaya ini juga akan menjadi pemicu naiknya produktivitas dan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
198 Ekor Kuda Berpacu di Piala Tiga Mahkota Seri 1 & Pertiwi Cup 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Banyak BPR Bangkrut, Ini Upaya Pengawasan dari OJK DIY
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
- 100 SPBU Ditarget Jual BBM Baru Pertamax Green 95 pada Tahun Ini
- Pertegas Brand Identity, GAIA Cosmo Kembali Luncurkan Seragam Baru
Advertisement
Advertisement