Advertisement
Jumlah Tekfin Indonesia Naik Dua Kali Lipat
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Data Asosiasi Fintech Indonesia menunjukkan ada 134 perusahaan yang teregistrasi per April 2018, dua kali lipat dari 55 perusahaan yang terdaftar pada 2016. Meskipun sama-sama bergerak dalam bidang penyaluran pinjaman, model bisnis perusahaan-perusahaan ini punya ciri khas tersendiri.
Convergence Ventures mengelompokan model bisnis yang diambil perusahaan-perusahan tekfin Indonesia berdasarkan tiga kriteria. Pertama, penerima pinjaman. Kedua, tujuan pemberian pinjaman. Ketiga, sumber dana pinjaman.
Advertisement
Pengelompokan di atas berdarkan produk dan target pasar. Namun, produk dan target pasar tidak menutup kemungkinan perusahaan yang mengincar UKM juga menyalurkan dana ke peminjam individual atau sebaliknya.
Perusahaan rintisan yang menawarkan produk-produk di atas tentunya mengambil risiko yang berbeda tergantung pada jenis pinjaman. Pada umumnya, mereka mengelola risiko dengan menyeimbangkan tingkat suku bunga terhadap proyeksi NPL.
Risiko yang diambil perusahaan tekfin terkait erat dengan sumber dana mereka. Convergence Ventures mengidentifikasi tiga model bisnis perusahaan tekfin pinjaman meminjam berdasarkan sumber dana.
Alvin Cahyadi Intan dari Convergence Ventures mengatakan variasi model bisnis perusahaan tekfin yang bermunculan di Tanah Air menggambarkan permasalahan akses atas pendanaan yang membebani perekonomian di Indonesia memiliki beragam solusi.
“Untuk model seperti apa yang cocok, belum bisa diketahui. Ini justru menunjukkan banyak angle yang bisa diambil untuk men-tackle permasalahan pemerataan ekonomi di Indonesia,” katanya.
Intinya, menurut Alvin, perusahaan rintisan yang bergerak di industri teknologi finansial terbukti bisa membangun infrastruktur yang membuka akses modal kepada penduduk yang selama ini belum tersentuh oleh bank atau institusi keuangan lain.
Dia menambahkan kapasitas infrastruktur penyaluran pembiayaan yang dibangun oleh perusahaan rintisan akan semakin kuat dengan dukungan perkembangan perusahaan teknologi yang berfokus menggeluti solusi pembayaran dan remitansi.
“Untungnya, kita melihat pola pertumbuhan yang sama di kedua sektor tersebut. Ini memberikan alasan kuat bagi kita untuk berharap disrupsi di sektor teknologi finansial terus berlanjut,” kata Alvin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Jadwal KA Prameks Jogja-Kutoarjo Akhir Pekan Ini, Sabtu 4 Mei 2024, Cek di Sini
Advertisement
Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari
Advertisement
Berita Populer
- Penerimaan Pajak DPJ DIY Sampai April 2024 Tercatat Sebesar 33,9 Persen
- Inflasi DIY April 2024 Sebesar 0,09 Persen, Sektor Transportasi Jadi Biangnya
- Fantastis! Perputaran Uang Judi Online di Indonesia Capai Rp327 Triliun
- BI DIY: Inflasi April 2024 Terjaga Meski Ada Momen Lebaran
- Disperindag DIY Dorong Industri Menyasar Pasar Dalam Negeri
- Yamaha 2 University with Udinus Semarang: Ikuti Lomba Animasi Feat Yamaha Moving Forw(Art) with Yamaha Fazzio
- Jago Syariah Dukung Halal Fair 2024 di Yogyakarta
Advertisement
Advertisement