Advertisement
Bohemiland, Mempopulerkan Sandal Renda Edisi Terbatas
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pesatnya industri kreatif Jogja berhasil memengaruhi para pendatang yang sedang mengenyam pendidikan di Jogja. Lili misalnya. Di tengah kesibukannya kuliah, ia tertular untuk membuka bisnis sandal di kota pelajar ini.
Adalah Lili Nurchairil Jelita, 24. Seorang perempuan muda asal Sumatra ini awalnya datang ke Jogja sebagai seorang mahasiswa Geografi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Lingkungan yang penuh dengan anak muda serta waktu luang yang ada di sela-sela jadwal kuliahnya, menggerakkan tekadnya untuk memanfaatkan peluang.
Advertisement
Kira-kira setengah tahun lalu, Lili mulai berbisnis sandal berbahan kulit sintetis dan renda. Dengan labelnya Bohemiland, ia menjual hasil karyanya secara online dan offline. Untuk offline, ia memang belum memiliki galeri sendiri tetapi dititipkan di Daily Noon Store di Seven Soul Demangan, Depok, Sleman.
Bohemiland diambil dari kata Bohemian yang berarti bebas. Bohemian style biasanya diidentikkan dengan gaya bebas di pantai atau juga gaya bebas para pengembara. Oleh Lili, nama bohemian itu diplesetkan menjadi Bohemiland yang artinya pulau Bohemilan.
“Di sini kenapa aku pakai nama itu [Bohemiland] karena aku bercita-cita untuk membuat pulau yang berisi all about bohemian, tapi kali ini aku memulai dengan produk sandalku. Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti produk kami akan lebih luas cakupannya,” kata Lili, Rabu (6/6/2018).
Dari situlah Lili menciptakan sandal bernuansa pengembara yang ditunjukkan dari penggunaan tali-tali dari kulit sintetis untuk pengaitnya. Ada pula sandal selop dari renda dengan berbagai warna dan gaya. Sepasang sandal dijual sekitar Rp50.000.
Lili memilih bahan renda dan kulit sintetis karena mudah diaplikasikan untuk membuat sandal. Ragam renda juga banyak sehingga membuat produk ini memiliki banyak pilihan. Sayangnya, tidak semua renda diproduksi dalam jumlah banyak. Beberapa model hanya ada beberapa meter saja dan tidak muncul lagi.
Kekurangan ini pun tetap ia jadikan peluang untuk memproduksi barang yang eksklusif. “Dengan keterbatasan itu jadi kesempatan kita untuk buka pre-ordernya yang limited edition. Kalau mau produksi massal tetap bisa, asalkan kami mencari renda yang rutin ada,” jelas perempuan yang tinggal indekos Jalan Pandega Asih, Depok, Sleman ini.
Selain karena ingin memanfaatkan peluang, bisnis sandal Bohemiland juga hadir karena pengalaman Lili kehilangan sandalnya. “Sandalku hilang pas aku kecelakaan, lalu muncul keinginan membuat sandal sendiri,” katanya.
Lili sengaja menciptakan sandal yang murah, ramah di kantong anak muda khususnya pelajar dan mahasiswa, dan dapat dipakai kemana saja. Karena ia termasuk pecinta gaya Bohemian, ia lantas membuat sandal yang unik khas pengembara atau anak muda yang suka dolan. “Tapi versinya yang lebih cute,” tuturnya.
Sandal Bohemiland bisa dipakai untuk perempuan semua kalangan usia. Warnanya cenderung pastel sehingga ramah bagi perempuan yang tidak suka warna mencolok. Menurut dia, perawatan sandal Bohemiland cukup mudah.
Kuncinya hanyalah jangan sampai sandal Bohemiland diinjak kaki orang lain karena bahannya dari renda yang mudah rusak.
Kendati berbahan renda, sandal ini tetap tahan air. Sandal ini aman dan nyaman jika dipakai untuk berwisata di pantai. Sama seperti sandal pada umumnya yang akan rusak jika dipakai secara terus menerus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemilu Bikin Pasar Properti DIY Lesu, REI DIY Optimistis Triwulan II 2024 Tumbuh Positif
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Investor yang Bangun Pabrik Sepeda Motor Listrik di Jateng Berasal dari China
- 11 Bank Bangkrut di Awal 2024, Begini Nasib Isi Rekening Milik Nasabah
- Aprisindo: Idustri Alas Kaki Dalam Negeri Masih Menghadapi Tekanan
- Begini Perjalanan Bata, Merek Sepatu Legendaris yang Pilih Tutup Pabrik karena Merugi
- HET Beras Dikerek, Ekonom Ingatkan Dampaknya bagi Masyarakat
Advertisement
Advertisement