Advertisement
Berkerumun di Antara Lampu Api di Pasar Senthir
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Belasan orang, tua maupun muda, berkerumun di satu titik Pasar Senthir. Ada yang berdiri memandang ke bawah tetapi ada pula yang berjongkok demi mendapatkan pandangan yang lebih jelas. Seorang penjual ramuan pembersih perkakas dari kuningan yang mendemontrasikan keampuhan produknya yang mereka kerumuni. Hal tersebut lumrah ditemui di pasar yang terletak di lahan parkir selatan Pasar Beringharjo ini.
Bahkan sering pula penjaja obat mampu menarik kerumunan massa dengan promosi gencar lewat mikrofonnya. Atau terkadang, jika Anda tengah beruntung, ada penjaja jasa lawan catur. Ia datang, menggelar papan caturnya dan menyediakan dirinya untuk ditantang oleh para pengunjung yang tertarik dengan membayar Rp5.000 per permainan. Pertandingan catur tersebut tak jarang membuat pengunjung lainnya penasaran, menunggu siapa yang berhasil keluar menjadi pemenang. Penjaja atau penantangnya?
Advertisement
Pasar loak yang telah ada sejak puluhan tahun lalu ini memang menjadi magnet tersendiri bagi warga Jogja. Khususnya bagi mereka yang suka barang antik dan unik. Para calon pembeli akan berkerumun pada lapak-lapak yang mereka minati. Pasalnya segala hal hampir bisa ditemukan di sini. Mulai dari buku, majalah, kartu pos lawas, sepatu, gawai, aneka barang elektronik, sandang, uang koin kuno, kain batik, kaset, onderdil motor atau mobil yang kebanyakan merupakan barang bekas. Meskipun beberapa waktu terakhir ada juga yang menjual barang-barang baru di Pasar Senthir. Bahkan terkadang ada kumpulan mahasiswa yang sengaja berjualan fesyen bekas layak pakai, hasilnya biasanya akan digunakan untuk kepentingan sosial.
“Senang semua barang ini bisa ditawar. Kalau memang lagi bejo dan pinter nawar, ada barang yang lagi kita cari dan harganya murah. Pokoknya pinter-pinter kita,” ujar salah satu pengunjung, Karno pekan lalu.
Pasar ini hanya buka pada malam hari saja. Maka penamaan senthir pun berangkat dari sejarah ini. Sejak dahulu kala, para pedagang hanya mengandalkan senthir atau lampu api sebagai penerangan. Pasar Senthir biasanya buka mulai pukul 19.00 WIB hingga tengah malam. Biasanya makin malam, pasar ini juga makin ramai karena beberapa penjual baru mulai menggelar lapaknya pada malam hari. Namun jika hari hujan, pasar ini sepi karena tidak ada kios seperti pasar tradisional pada umumnya. Para pedagang menggelar dagangannya di atas paving dengan terpal ataupun karung yang mulanya digunakan untuk membawa barang.
Menurut Ketua Paguyuban Pasar Senthir, Ngatemin siapa saja bisa berjualan di pasar ini. Mereka hanya perlu membayar retribusi bulanan. Nantinya pengelola akan menyediakan tempat berjualan sesuai penomoran yang telah di atur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Joko Pinurbo Meninggal, Kemendikbudristek: Penyair Legendaris Tuai Beragam Penghargaan
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Petani Cabai Cilacap, Menjadi Raja Atas Hasil Panennya
- Rasane Vera, Menghijaukan Gunungkidul dengan Lidah Buaya
- Banyak BPR Bangkrut, Ini Upaya Pengawasan dari OJK DIY
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
Advertisement
Advertisement