Advertisement
Ekspor Banyak Bergantung SDA Mentah, Saatnya Dorong Kinerja Industri Nonpertambangan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Pemerintah dinilai perlu mendorong kinerja industri nonpertambangan karena selama ini ekspor yang dilakukan lebih banyak bergantung kepada sumber daya alam yang mentah dan cenderung tidak bernilai tambah.
"Pemerintah perlu mendorong tumbuhnya industri non-ekstraktif yang berdaya saing di pasar internasional," kata Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman dalam keterangan tertulis, Kamis (20/12/2018).
Advertisement
Menurut dia, dengan mendorong tumbuhnya industri nonekstraktif, diharapkan akan mendorong diversifikasi ekspor.
Dengan demikian, lanjutnya, neraca perdagangan ke depannya tidak akan bergantung kepada komoditas alam yang tren harganya cenderung volatil.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan selain investasi, peningkatan nilai ekspor adalah salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi.
Sesuai dengan amanat Presiden RI Joko Widodo, ujar Mendag, pertumbuhan ekonomi nasional hingga tiga tahun mendatang ditargetkan sebesar 5,4 persen. Target ini bisa tercapai jika didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi.
Enggartiasto Lukita juga mengemukakan bahwa Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 11 persen tahun 2018 ini.
Untuk meningkatkan nilai ekspor, Mendag menuturkan bahwa pihaknya telah menjalankan beberapa langkah strategis, diantaranya, dengan memfokuskan kembali ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan dan kemudian diversifikasi produk ekspor.
Sebagaimana diingatkan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, kondisi yang terkait dengan defisit neraca transaksi berjalan yang terjadi pada tahun ini merupakan defisit yang sehat, karena impor untuk belanja modal lebih besar dari impor konsumsi.
"Defisit ini adalah defisit yang sehat karena untuk keperluan perekonomian, impornya untuk investasi. Impor yang tumbuh 12-13 persen 'mostly' karena kegiatan ekonomi, kegiatan investasi, pembangunan infrastruktur yang memang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 5,1-5,2. Artinya relatif impor capex di atas impor konsumsi. Ini yang memberikan optimisme," ujarnya saat menjadi pembicara utama pada diskusi CORE Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (21/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
TPA Piyungan Tutup Permanen, Bantul Tingkatkan Kapasitas TPST Kalurahan
Advertisement
Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari
Advertisement
Berita Populer
- BI Rate Naik, Penjualan Properti di DIY Terancam Lesu
- Penerimaan Pajak DPJ DIY Sampai April 2024 Tercatat Sebesar 33,9 Persen
- Inflasi DIY April 2024 Sebesar 0,09 Persen, Sektor Transportasi Jadi Biangnya
- Fantastis! Perputaran Uang Judi Online di Indonesia Capai Rp327 Triliun
- BI DIY: Inflasi April 2024 Terjaga Meski Ada Momen Lebaran
- Disperindag DIY Dorong Industri Menyasar Pasar Dalam Negeri
- Yamaha 2 University with Udinus Semarang: Ikuti Lomba Animasi Feat Yamaha Moving Forw(Art) with Yamaha Fazzio
Advertisement
Advertisement