Advertisement
Masyarakat Perlu Dipahamkan Soal Pentingnya Arsitektur
Advertisement
Harianjogja.com JOGJA--Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memasukkan arsitektur sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif yang layak untuk dikelola secara lebih serius. Hal ini dikarenakan arsitektur memiliki potensi yang besar.
Ketua Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Ahmad Saifudin Mutaqi mengatakan, dunia arsitektur Indonesia kini memiliki peluang besar untuk bisa menjadi rumah para arsitek di seluruh Indonesia, setelah adanya Undang Undang No.6/2017 tentang Arsitektur. "Lalu, yang klaim sebagai arsitek adalah orang-orang yang melakukan praktik arsitek. Jadi, kalau ada tidak melakukan praktik arsitek ya berarti tidak bisa disebut sebagai arsitek," ungkap dia kepada Harian Jogja, Jumat (18/1/2019).
Advertisement
Peran arsitek dalam pembangunan yang berupa wujud bangunan dan kawasan sangat penting. Pasalnya, bangunan dan kawasan itu akan berdampak pada kehidupan masyarakat, misalnya masyarakat akan terganggu dengan adanya bentuk bangunan yang aneh dan mengganggu pemandangan mata.
Oleh karena itu, seseorang yang menyebut diri sebagai arsitek harus memenuhi tiga persyarakat yakni memiliki kompetensi, teregistrasi menjadi anggota organisasi profesi, dan memiliki lisensi untuk melaksanakan pekerjaan. "Khusus untuk lisesnsi, seusai amanat UU yang diturunkan melalui Permen [peraturan menteri], yang mengeluarkan adalah pemerintah provinsi," jelas
Ia menyebutkan, dengan adanya tiga persyarat itu, pihak yang mengaku sebagai arsitek yang jumlahnya sangat banyak mulai tersortir. Menurutnya, di DIY ada sekitar 600 hingga 700 arsitek meskipun belum semua memiliki ketiga persyaratan. Namun, ada sekitar 300 hingga 350 arsitek yang telah memiliki ketiga syarat itu. Ia mengatakan, IAI DIY selalu kampanye agar semua potensi yakni 600 hingga 700 orang itu melengkapi persyaratannya. "IAI selalu kampanye melalui wajah arsitektur untuk membangun kota yang baik," ujarnya.
Ia juga merasa perlu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa profesi arsitek bukan suatu yang tawar-menawar. "Seperti itulah pekerjaan arsitek. Jadi, take it or leave it," kata dia.
IAI juga mendorong agar para pemilik proyek pembangunan gedung yang bersifat fasilitas publik harus melibatkan arsitek. Caranya melalui sayembara desain arsitek. "Kalau dulu hasi kompetisi hanya berakhir di pameran, sekarang kami dorong hasilnya harus dibangun. Kalau dirancang dengan baik, akan melahirkan wajah kota yang baik," jelas dia.
Pentingnya arsitektur perlu terus disosialisasikan. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya arsitektur.
Salah satu insan arsitektur Arief Heru Swasana mengatakan, para insan arsitektur saat ini tengah melakukan penguatan internal misalnya dengan gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang seperti apa itu arsitek dan arsitektur. "Agar pandangan masyarakat tidak bias karena selama ini arsitek dianggap sebagai barang yang mahal," katanya.
Padahal, menurutnya, di sisi lain, arsitek merupakan suatu profesi untuk membantu menjadikan apa yang dibutuhkan masyarakat bisa lebih mudah, hemat, dan efisien. "Kenapa? Kalau kita lihat, banyak properti yang dijual di masyarakat itu nilai barangnya terhadap nilai kepuasaan masyarakat terhadap produk belum seimbang. Banyak yang enggak puas dengan hasilya," ujar dia.
Menurutnya, masyarakat masih fokus pada fungsi rumah hanya sebagai tempat berteduh. Padahal, desain yang tidak tepat, bisa mengurangi kenyamanan penghunginya.
"Misalnya ada yang bocor, bentuknya tidak cocok, ternyata bikin stres di dalam. Orang tidak menyadari tata letak itu pengaruh ke tingkat peroduktivitas, kenyamanan, dan kepuasan," papar dia.Bekraf menyebutkan dalam situs resminya, peran arsitektur di Indonesia sangatlah penting. Dalam hal budaya, keanekaragaman arsitektur lokal dan daerah menunjukkan karakter Bangsa Indonesia yang mempunyai beraneka ragam budaya. Sementara, dalam hal pembangunan, arsitektur juga berperan dalam merancang dasar pembangunan sebuah kota.
Saat ini, subsektor arsitektur menghadapi berbagai macam tantangan. Salah satu di antaranya adalah kurangnya arsitek di Indonesia. Menurut data anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), jumlah arsitek di Indonesia hanya 15.000 orang, sangat kurang jika dibandingkan dengan 250 juta penduduk Indonesia. Sedangkan tantangan lain adalah para pengembang besar lebih banyak menggunakan jasa arsitek asing daripada arsitek lokal.
Meski begitu, pembangunan sarana dan prasarana di Indonesia masih sangat membutuhkan peran arsitek. Arsitektur menjadi bagian penting dari pengembangan industri nasional yang sedang bergeser dari raw-based economy menjadi knowledge-based economy. Para arsitek pun saat ini mulai memunculkan inovasi produk arsitektur yang menyiratkan karakter budaya dan kearifan lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
Advertisement
Jalan Rusak di Sleman Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Pasang Spanduk Obyek Wisata Jeglongan Sewu
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- OJK Klaim Ketahanan Perbankan Terjaga di Tengah Pelemahan Rupiah
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- AirAsia Batalkan Penerbangan ke Malaysia Akibat Erupsi Gunung Raung di Sitaro Sulut
- Rupiah Melemah, HIPMI Usulkan Ini kepada Pemerintah
Advertisement
Advertisement