Advertisement
Pelaku Wisata Dituntut Jeli Baca Tren Wisata
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Guna menyiasati turunnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) melalui Bandara Internasional Adisutjipto, Jogja, , pelaku wisata diharapkan dapat membaca tren berwisata yang berkembang . Misalnya dengan memberikan alternatif wisata untuk independent travelers.
Badan Pusat Statistik (BPS) kunjungan wisman ke Indonesia yang datang melalui pintu masuk udara pada Februari 2019 menurun sebesar 1,21% dibanding jumlah kunjungan wisman pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan kunjungan wisman tersebut terjadi di enam pintu masuk udara dengan persentase penurunan tertinggi tercatat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh yang mencapai 40,62%, diikuti Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat sekitar 38,14% dan Bandara Adisutjipto Jogja 23,58%, sedangkan penurunan terendah terjadi di Bandara Ngurah Rai, Bali sebesar 1,68%.
Advertisement
Menanggapi hal ini, pengamat Pariwisata UGM, Hendrie Adji Kusworo mengatakan penurunan wisman melalui bandara udara dapat dipahami dalam dua perspektif. Pertama perlu dilihat agregasi secara nasional seperti apa. Kedua baru menganalisa di tingkat regional. Jika melihat data yang ada, kata dia, mungkin saja wisman datang ke Jogja tanpa melalui Adisutjipto, tetapi lewat Semarang, Jakarta, atau Denpasar. Apalagi, akses jalur darat saat ini juga meningkat dalam segi pembangunan, seperti eksistensi tol.
“Kalau DIY, akses ke sini tidak begitu banyak perubahan. Namun untuk tol untuk menuju dank e luar DIY berubah luar biasa. Kalau kemudian dihubungkan dengan perubahan kunjungan, eksistensi tol, mungkin bisa dipakai referensi,” ucap Ketua Program Studi Kajian Pariwisata UGM, Rabu (3/4).
Terkait akan dengan akan beroperasinya New Yogyakarta International Airport (NYIA), dia menilai peningkatan jumlah wisman dapat terjadi. Namun, dia tak dapat memprediksi angka kenaikan itu. Sebab semua perlu dicemati dan kajian lebih dalam.
Guna menggaet wisman, dia mendorong Dinas Pariwisata untuk membaca karakteristik turis asing saat ini. Menurutnya, wisman era ini lebih condong pada independent travelers alias berwisata tanpa rombongan atau grup.
“Produk yang ditawarkan harus nyambung dengan independent travelers. Sekarang kan eranya digital mereka sudah mengatur sendiri perjalanannya. Saya bayangkan kalau produk [jasa yang ditawarkan pelaku wisata] enggak nyambung ya jadi berat. Kemudian bagaimana produk dikomunikasikan dengan baik,” ucapnya.
Kemudahan Akses
Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), DIY, Udhi Sudiyanto mengatakan salah satu faktor penting dalam industri pariwisata ialah akses. “Nah selama ini yang internasional flight kan hanya dari Kuala Lumpur dan Singapura, jadi memang sangat terbatas. Ke depan saya harap dengan airport baru masalah arrival wisman bisa teratasi,” ucap Udhi.
Kendati demikian, dia menilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya soal standardisasi pelayanan dan fasilitas. Diharapkan para pelaku wisata dapat segera memenuhi sehingga wisman bisa nyaman saat berwisata.
“Akses, termasuk di dalamnya adalah akses ke destinasi terawat dengan baik. Fasilitasnya, informasi jelas, fasilitas pendukung juga baik. Tentu saja sumber daya manusia dari pengelola dan yang terlibat di sana juga memiliki standar tertentu. Jangan lupa wisatawan perlu pengalaman, jadi pengalaman apa yang di dapat mereka ketika berada di objek tersebut,” katanya.
Terus Meningkat
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Arya Nugrahadi mengungkapkan pihak dinas terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan. Karena itu, dari tahun ke tahun ada peningkatan tren kunjungan wisatawan. Berdasarkan data Dispar DIY, pada 2015 terdapat 308.485 wisman yang berkunjung, 2016 meningkat menjadi 355.313 orang dan pada 2017 kembali meningkat menjadi 397.951 orang.
“Kalau meningkatkan kunjungan wisman dilakukan dari berbagai sektor. Pemasaran melakukan di beberapa tourism fair di mancanegara. Kemarin ada influencer dari Korea Selatan, seperti Super Junior masuk mengunjungi destinasi wisata di DIY,” ucapnya.
Ke depan, dia berharap semakin terpadunya transportasi umum di NYIA dapat semakin mendongkrak jumlah wisman. Tidak hanya pada infrastruktur pendukung, tetapi juga dari kapasitas masyarakatnya,
Data BPS
Sebelumnya, BPS mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 2,48 juta dalam dua bulan pada 2019 atau naik 8,19% dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 2,3 juta kunjungan.
"Jumlah kunjungan wisman ini terdiri atas wisman yang berkunjung melalui pintu masuk udara sebanyak 1,44 juta kunjungan, pintu masuk laut sebanyak 661.160 kunjungan, dan pintu masuk darat sebanyak 383,080 kunjungan," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (1/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Joko Pinurbo Meninggal, Kemendikbudristek: Penyair Legendaris Tuai Beragam Penghargaan
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Petani Cabai Cilacap, Menjadi Raja Atas Hasil Panennya
- Rasane Vera, Menghijaukan Gunungkidul dengan Lidah Buaya
- Banyak BPR Bangkrut, Ini Upaya Pengawasan dari OJK DIY
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
Advertisement
Advertisement