Advertisement
Ada 3 Calon Lokasi Soekarno-Hatta II, Salah Satunya di Laut
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — PT Angkasa Pura II memilih satu dari tiga calon lokasi Bandara Soekarno-Hatta II yang masih berdekatan dengan bandara yang sudah ada di Cengkareng, Tangerang, Provinsi Banten.
Direktur Utama Angkasa Pura (AP) II Muhammad Awaluddin mengatakan bahwa ketiga calon lokasi tersebut ditentukan berdasarkan hasil prastudi kelayakan yang dituntaskan pada akhir 2018. Adapun, lokasi proyek tersebut akan disesuaikan serta terintegrasi dengan rencana induk (masterplan) pengembangan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Advertisement
“Tiga itu, dua di darat dan satu di laut, jaraknya sekitar 15--20 kilometer dari bandara lama. Itu yang akan kami kaji kembali dalam FS [feasibility study] final,” katanya, Rabu (17/4).
Awaluddin menambahkan, akses jalan utama akan terintegrasi dengan bandara lama (existing) yang sudah memiliki sarana penunjang seperti automatic people mover system atau kereta layang (skytrain) dan kereta bandara yang dioperasikan Railink.
Adapun, kebutuhan lahan Bandara Soekarno-Hatta II diperkirakan sama dengan bandara lama, yakni sekitar 2.000 hektare. Ketersediaan lahan tidak menjadi masalah karena bisa menggunakan lahan di darat dan di laut jika diperlukan.
“Apabila dilakukan pembangunan di laut, masih belum dipastikan menggunakan metode reklamasi atau pilling. Itu juga masuk dalam FS final kami,” ujarnya.
Awaluddin menuturkan rencana pembangunan Bandara Soekarno-Hatta II, yang muncul dari ide Menteri BUMN Rini Soemarno pada tahun lalu bertujuan menopang lonjakan penumpang pada masa mendatang. Adapun, total dana investasi yang dibutuhkan membangun Bandara Soekarno-Hatta II bisa mencapai Rp100 triliun.
“Soal pendanaan tidak menjadi hambatan karena kami pasti menggandeng investor, bukan dari dana sendiri,” ujarnya.
Awaluddin memprediksi jumlah penumpang Bandara Soekarno-Hatta mencapai angka 100 juta orang pada sekitar 2025--2027. Rencananya, bandara existing akan memiliki empat terminal dan mengoperasikan tiga landas pacu (runway). Apabila rencana itu terlaksana, Bandara Soekarno-Hatta lama sudah tidak bisa dikembangkan lagi.
Padahal, pembangunan Terminal 4 dan Runway 3 Soekarno-Hatta hanya untuk menutup backlog yang terjadi saat ini, bukan menambah kapasitas. Saat penumpang mengalami pertumbuhan, imbuhnya, akan menjadi backlog yang baru.
Awaluddin juga menargetkan studi kelayakan atau feasibility study secara lengkap untuk pembangunan Bandara Soekarno-Hatta II akan tuntas pada pertengahan 2019.
Nantinya, hasil kajian tersebut diserahkan kepada Kementerian Perhubungan sebagai bagian dari usulan pembangunan.
“FS final untuk Bandara Soetta [Soekarno-Hatta] ini masih belum selesai. Kami akan selesaikan dan segera submit ke regulator pada Juli [2019],” kata Awaluddin.
Dia menambahkan, hasil kajian tersebut akan digunakan Kemenhub untuk mempertimbangkan usulan dari AP II. Laporan FS membutuhkan rekomendasi dari pemangku kepentingan terkait.
Pemangku kepentingan tersebut antara lain pemerintah daerah setempat dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Rekomendasi pemerintah daerah terkait dengan tata ruang zonasi wilayah, sedangkan KKP memberikan pandangan soal kemungkinan penggunaan area laut untuk reklamasi.
Awaluddin menyebut sisi utara bandara berdekatan dengan Laut Jawa, sehingga ada kemungkinan pembangunan proyek Bandara Soekarno-Hatta II akan melebar hingga area pantai.
“[Penyusunan FS] itu tidak mudah karena kami memulai suatu area baru yang diusulkan sebagai kawasan pengembangan bandara. Menurut saya ada hal-hal cukup detil yang harus dibahas,” ujarnya.
POPULASI BESAR
Menurutnya, kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) memiliki populasi besar dan pergerakan intra pulau yang tinggi sehingga butuh pengembangan Bandara Soekarno-Hatta lama.
Dia berpendapat, pembangunan mega proyek tersebut harus dilakukan agar potensi perkembangan transportasi udara dalam negeri tidak diambil oleh negara tetangga. Saat ini, Singapura memutuskan untuk membangun Terminal 5 Bandara Changi dengan kapasitas hingga 100 juta atau setara dengan keempat terminal yang saat ini dimiliki.
Padahal, populasi di Negeri Singa tersebut sangat kecil, tetapi mereka mempersiapkan untuk mengakomodasi pertumbuhan pada kawasan regional atau menunggu spill over traffic yang terjadi di sekitarnya. Adapun, wilayah sekitar dengan pertumbuhan aviasi terbesar adalah Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku baru menerima data terkait dengan rencana pembangunan Bandara Soekarni-Hatta II dan masih akan didiskusikan lebih lanjut.
“Kami baru menerima data, kami belum melihat secara teknis mana dan bagaimana itu menjadi paling baik, masih diskusi,” kata Budi Karya.
Dia menjelaskan masih akan membahas lebih lanjut di internal terkait dengan usulan dari AP II yang memberikan tiga alternatif lokasi Bandara Soekarno-Hatta II.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti menyatakan masih menunggu hasil kajian dan permohonan perizinan yang dilakukan AP II, sehingga belum bisa memberikan komentar lebih lanjut soal rencana pembangunan tersebut. “Belum ada [kajian yang diusulkan dari AP II],” kata Polana.
Alvin Lie, pemerhati penerbangan yang juga anggota Ombudsman Republik Indonesia, menilai langkah pemerintah merencanakan pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta II sudah tepat. Hal itu diperlukan untuk mencegah kekurangan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta existing hingga puluhan tahun mendatang.
Dia menilai perlu dilakukan kajian kelaikan untuk merumuskan strategi pemasaran seperti target pasar, positioning, konsep produk, dan sebagainya. Bandara baru tersebut harus lebih mengandalkan pendapatan dari sisi nonaeronautika.
“Perlu perencanaan yang bisa mengakomodasi proyeksi pertumbuhan penumpang hingga minimal 50 tahun mendatang. Agar tidak terus terkendala masalah lack of capacity, memang perlu dibangun bandara baru,” kata Alvin belum lama ini.
Dia menambahkan, Bandara Soekarno-Hatta juga sedang membangun landasan pacu ketiga agar mampu melayani penerbangan lebih banyak secara efisien dan nyaman.
Menurutnya, apabila hanya mengandalkan dua runway, kapasitas penerbangan hampir mendekati maksimal dan berisiko mengganggu keselamatan karena pesawat harus antre saat hendak lepas landas maupun mendarat.
Dia juga setuju apabila bandara baru dibangun dengan lokasi yang berdekatan dengan bandara lama. Selain mempermudah soal pengelolaan lalu lintas udara, bisa menambah konektivitas bagi penumpang yang memerlukan penerbangan lanjutan.
Alvin menyebutkan bahwa bandara adalah komponen dari infrastruktur transportasi multimoda sehingga wajib terhubung dan didukung infrastruktur aksesabilitas yang bagus.
“Tanpa itu, bandara tidak atraktif bagi operator penerbangan. Kertajati adalah contoh nyata, usai diresmikan Presiden, langsung sunyi sepi dan tidak ada airline yang minat menerbangi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Jadwal KRL Solo Jogja Jumat 3 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Palur Solo
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- LPS Siapkan Rp237 Miliar untuk Klaim Simpanan Nasabah, Berikut Daftar 10 Bank Bangkrut Tahun Ini
- SBI Perkuat Fokus Pada Efisiensi dan Inovasi Hadapi Tantangan Industri
- PLN UID Jateng DIY Kembali Raih Penghargaan Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat dalam Detik Jateng-Jogja Award
- Pecah Rekor! Inflasi Bawang Merah April 2024 Tertinggi sejak 2021
- BI Rate Naik, Penjualan Properti di DIY Terancam Lesu
Advertisement
Advertisement