Advertisement
Regulasi Pasti untuk Mengatur Masalah Tiket Pesawat
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kebijakan penurunan harga tiket pesawat pada rute, hari dan jam tertentu menjadi salah satu terobosan yang penting. Meski begitu konsistensi aturan ini masih dipertanyakan.
“Kebijakan ini merupakan kebijakan terobosan yang penting. Akan tetapi, apakah kebijakan tiket murah ini adalah kebijakan jangka panjang? Diperlukan regulasi yang lebih menyeluruh lagi untuk tata kelola industri penerbangan di Indonesia,” ucap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma, sekaligus pengamat pariwisata, Ike Janita Dewi, Jumat (12/7).
Advertisement
Menurutnya, saat ini diperlukan regulasi dan mekanisme penetapan harga untuk industri penerbangan nasional. Sebab kebijakan yang sekarang dirilis hanya sementara.
Ike mengatakan rute gemuk yang menghadirkan wisatawan ke Jogja masih dari Jakarta dan Denpasar. Karena itu, dia berharap ragam rute dan waktu penerbangan ditambah. Namun, dia juga mendorong pelaku pariwisata lokal untuk dapat membaca peluang agar dapat merasakan dampak positif. Misal karakteristik wisatawan yang turun di Bandara Adisutjipto dan Yogyakarta International Aiport (YIA). Karena terletak di dekat pusat kota, Adisutjipto kemungkinan akan disasar wisatawan individu. Sedangkan waktu tempuh yang panjang dari pusat kota ke YIA seharusnya ditangkap biro perjalanan dengan menjemput langsung.
Efeknya Lama
Keraguan kebijakan ini akan berdampak pada pariwisata juga diungkapkan Ketua Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (Asita) DIY, Udhi Sudiyanto. Menurut dia, penurunan tiket itu tidak serta merta langsung menaikkan jumlah wisatawan, karena biasanya efek akan dirasakan setelah tiga bulan setelahnya.
“Kita harus tunggu beberapa bulan ke depan karena tidak serta merta efeknya. Kan sekarang turunnya hanya pada hari tertentu dan jam tertentu, sangat agak khawatir kalau itu tidak akan berpengaruh banyak terhadap peningkatatan animo wisatawan untuk datang ke Jogja,” katanya.
Untuk masalah tiket menurut Udhi sebenernya banyak variabel yang harus diperhatian. Contohnya biaya parkir, pajak penumpang, PPN, dan lain sebagainya. Jadi jika yang diturunkan hanya satu variabel, menurutnya kurang pas. Pemerintah mestinya menjadi komando bagi BUMN yang terlibat didalamnya.
Sebelumnya sendiri General Manager Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama mengatakan penurunan harga tiket pesawat oleh sejumlah maskapai pada rute, hari dan jam tertentu cukup berdampak positif, meningkatkan okupansi. “Ada beberapa rute Jogja [masuk penurunan harga tiket pesawat]. Dampak cukup positif, saat ini untuk penumpang di Adisutjipto sudah diatas 22.000 penumpang/hari. Weekend juga sudah banyak terjual habis. YIA di atas 1.000 penumpang,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Joko Pinurbo Berpulang, Okky Madasari : Karyanya Akan Selalu Relevan
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Kadin DIY Optimis Ekonomi Masih Stabil di Tengah Pelemahan Rupiah
- Journalist Competition Astra Motor Yogyakarta Kembali Digelar
- Tok TikTok Dilarang di AS! CEO Shou Zi Chew Bakal melawan UU Pelarangan
- Pertegas Brand Identity, GAIA Cosmo Kembali Luncurkan Seragam Baru
- Kemenkeu Sebut Sejak Awal Mendesain Defisit APBN, tetapi Semua Tetap Terjaga dalam Sasaran
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- Petani Cabai Cilacap, Menjadi Raja Atas Hasil Panennya
Advertisement
Advertisement