Advertisement
Ini Dampak yang Terjadi di Masyarakat ketika Resesi Tiba
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Resesi ekonomi Indonesia di ambang pintu. Pandemi Covid-19 memukul banyak sektor dan hal ini sebenarnya sudah diprediksi banyak pakar sejak lama. Dampaknya di masyarakat juga telah dibeberkan.
Ekonom Senior INDEF Enny Sri Hartati mengingatkan seluruh lapisan masyatakat agar bersiap menghadapi periode resesi ekonomi pada tahun ini.
Advertisement
"Suatu negara akan memasuki tahap resesi apabila telah terjadi perlambatan ekonomi yang terjadi secara umum dalam dua kuartal berturut-turut. Resesi berpotensi terjadi karena PDB [produk domestik bruto] kuartal II/2020 sudah pasti minus," katanya kepada Bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Indonesia akan memasuki periode resesi apabila hampir semua indikator sektor ekonomi mengalami perlambatan. Sektor-sektor tersebut antara lain industri manufaktur, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Dia menambahkan perlambatan kinerja sektor ekonomi berimplikasi pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang besar. Pasalnya, perusahaan atau penyedia kerja sudah tidak bisa menanggung gaji karyawan karena dampak dari pandemi Covid-19.
"Orang yang kesulitan mencari pekerjaan lebih banyak masyarakat bukan cuma mereka yang berpendidikan rendah, tetapi yang berpendidikan tinggi. Kita harus siap menghadapi kesulitan ekonomi," jelasnya.
Meski demikian, Enny mengingatkan bahwa resesi bukan akhir dari kehidupan. Pasalnya, Indonesia pernah menghadapi situasi resesi pada periode krisis 1965-1996 dan krisis 1997-1998.
Dia menilai perekonomian Indonesia dapat bangkit apabila pemerintah dan semua pemangku kepentingan dapat mencari jalan keluar bersama-sama. Namun, Enny tak menampik peran pemerintah saat ini sangat besar karena sebagian pelaku usaha justru kekurangan likuiditas.
Karena itu, dia meminta pemerintah segera mengeksekusi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) secara efektif dan efisien untuk meminimalisasi dampak resesi. Salah satu kebijakan yang perlu diperbaiki, yaitu efektivitas jaring pengaman sosial (bansos) untuk mendongkrak konsumsi rumah tangga.
"Jika program bansos ini sudah tepat, seharusnya aktivitas ekonomi di sektor riil gak minus. Kunci ekonomi Indonesia ini kan ada di sektor rumah tangga, jadi daya beli masyarakat harus ditopang. Kalau konsumsi rumah tangga sampai minus, artinya program bansos tidak ada efeknya," ucap Enny.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga meramal jika skenario sangat buruk terjadi, maka ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi hingga -3,1% pada kuartal II/2020.
Pemerintah sebenarnya memproyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh positif pada kuartal III/2020. Namun, Menkeu juga mempersiapkan skenario ekonomi Indonesia justru -1,6% sehingga menyebabkan resesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Soal Pengelolaan Sampah, DPRD Beri Usulan Ini untuk Pemkot Jogja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
- 100 SPBU Ditarget Jual BBM Baru Pertamax Green 95 pada Tahun Ini
- Pertegas Brand Identity, GAIA Cosmo Kembali Luncurkan Seragam Baru
Advertisement
Advertisement