Advertisement
Ekspor APD Indonesia Melonjak, Ternyata Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Sejak Covid-19 mulai melanda Tanah Air, banyak pelaku usaha ramai-ramai terjun ke bisnis alat pelindung diri (APD). Hal ini menjadi salah satu alasan meningkatnya ekspor produk kesehatan tersebut.
Adapun, ekspor alat pelindung diri (APD) tercatat mengalami peningkatan sejak pemerintah kembali membuka keran ekspor yang disertai dengan bertambahnya kapasitas produksi dalam negeri.
Advertisement
Baca juga: Pedagang di Malioboro Meninggal Dunia Setelah Terinfeksi Corona
Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan mengatakan permintaan domestik dan global yang tinggi menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk terjun ke bisnis produksi APD. Hal ini tecermin dari kenaikan signifikan kapasitas produksi di berbagai level usaha.
“Mulai dari usaha kecil dan mikro sampai skala besar mulai merambah pasar APD karena memang permintaannya yang cukup tinggi,” kata Fajar saat dihubungi, Minggu (6/9/2020).
Dibukanya keran ekspor sejak tiga bulan lalu pun disebut Fajar menjadi penyeimbang pasokan yang berpotensi bertambah signifikan karena alih produksi yang dilakukan pelaku usaha. Di sisi lain, Fajar berpendapat kemampuan untuk ekspor ini juga menjadi sinyal disrupsi pada sisi produksi industri tekstil Tanah Air.
Baca juga: Data Kemnaker, Subsidi Gaji Tahap Pertama Tersalurkan ke 2,3 Juta Pekerja
“Penyesuaian akan terjadi sangat cepat jika memang skala permintaannya tinggi dan mendesak. Covid-19 memang membuat disrupsi di hampir semua lini kegiatan ekonomi, dari hulu sampai hilir,” ujarnya.
Dia pun menyebutkan peluang perluasan pasar bagi produk APD Indonesia bakal amat tergantung pada berapa lama pandemi berlangsung. Tren ekspor pun juga akan amat dipengaruhi dengan efektivitas vaksin yang pengembangannya tengah gencar dilakukan berbagai negara.
Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri kepada Bisnis pada pertengahan Juni, Indonesia berpotensi mengekspor masker bedah dan pakaian pelindung medis ke seluruh dunia.
Sejak awal dicabutnya larangan ekspor, permintaan untuk kedua produk ini telah datang dari Belanda dan negara Asia seperti Singapura, Sri Lanka dan Bangladesh. Sedangkan permintaan untuk pakaian medis datang dari Amerika Serikat, Belanda, Prancis, Australia, Norwegia, Korea Selatan, dan Jepang.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor produk masker bedah sebelum Permendag Larangan Sementara Ekspor Antiseptik, Bahan Baku Masker, APD dan Masker diberlakukan atau periode Januari-Februari 2020 mencapai US$70,25 juta.
Nilai ekspor ini mengalami peningkatan sebesar 27.126 persen dibandingkan dengan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk produk APD (coverall dan surgical gown), nilai ekspor selama Januari-Februari 2020 mencapai US$1,95 juta. Adapun berdasarkan informasi dari Kementerian Perindustrian, terdapat diversifikasi produk pada industri garmen/tekstil yang memproduksi APD.
Semula perusahaan APD hanya berjumlah 8 perusahaan, namun kini sudah mencapai 73 perusahaan sehingga terjadi peningkatan produksi yang signifikan terhadap produk APD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Jadwal Kereta Bandara YIA Minggu 28 April 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Petani Cabai Cilacap, Menjadi Raja Atas Hasil Panennya
- Rasane Vera, Menghijaukan Gunungkidul dengan Lidah Buaya
- Banyak BPR Bangkrut, Ini Upaya Pengawasan dari OJK DIY
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
Advertisement
Advertisement