Advertisement
Okupansi Hotel di Jogja Turun, PHRI Masih Analisa Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY menyampaikan terjadi penurunan okupansi hotel pada libur Lebaran 2023. Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan pada periode lebaran H-2 sampai H+3 tahun lalu capaiannya 75%, sementara tahun ini hanya 50%.
Pada H+4 sedikit mengalami peningkatan menjadi 75% rata-rata. Peningkatan lebih drastis terjadi di wilayah Tengah dan Utara hingga 90%.
Advertisement
"Di DIY memang benar ada penurunan dibandingkan tahun lalu. Kami baru menganalisa penyebabnya ini. Pergeseran pilihan belum bisa kami pastikan itu," ucapnya, Rabu (26/4/2023).
Dia menjelaskan, jika ada yang menyampaikan harga hotel di DIY mahal-mahal, mungkin mereka hanya melihat harga secara online. Belum datang langsung ke hotel. Ada beberapa pilihan harga kamar tergantung dari kelasnya.
"Karena kami sudah sepakat harga publish rate lama [sebelum pandemi]," katanya.
Kemungkinan rendahnya okupansi karena banyak wisatawan yang bergeser ke Solo karena kemudahan transportasi, menurutnya DIY dan Solo saling melengkapi sebagai sebuah destinasi. Komunikasi dan kerjasama juga terus dilakukan.
Baca juga: Selama Lebaran 2023 Uang Beredar di Daerah Capai Rp67 Triliun
"Kami juga berkomunikasi dan kerjasama dengan PHRI Solo, akses KRL bisa mempermudah akses," lanjutnya.
Sementara itu, Humas PHRI Surakarta dan General Manager The Alana Hotel and Convention Center Solo, Sistho A Sreshtho ST, CHA mengatakan pada momen puasa okupansi hotel di Solo mencapai 40-45 persen. Saat lebaran meningkat hingga di 90-95 persen, bahkan ada yang 100 persen.
Masih Dianalisa
Berdasarkan catatan PHRI Surakarta ada penurunan dibandingkan tahun lalu. Namun bisa dilihat berapa besar pastinya. Penurunan yang terjadi di Jogja dan Solo sampai saat ini masih terus dianalisa.
"Pola Solo dan Jogja ada penurunan dibandingkan tahun lalu ini masih kami analisa. Apakah karena libur panjang sehingga punya kesempatan pulang lebih awal, ataukah mungkin euforia lebaran sudah tahun lalu. Jadi tahun lalu puncak-puncaknya, tahun ini kembali normal," jelasnya.
Dugaan lain adalah, sistem manajemen rekayasa lalu lintas yang baik membuat masyarakat merasa perjalanan lebih lancar. Sehingga tidak perlu menginap di hotel.
Okupansi hotel di Solo yang lebih baik dari Jogja menurutnya bisa jadi karena beberapa objek wisata dibuka di Solo. Misalnya wisata di Mangkunegaran, Solo Safari, hingga peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed yang juga bisa menjadi daya tarik.
"[KRL] pasti akan membawa dampak, tidak mungkin tidak. Namun kami belum pelajari secara khusus dampak KRL. Seperti tol Jogja - Solo juga akan bawa dampak," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemilu Bikin Pasar Properti DIY Lesu, REI DIY Optimistis Triwulan II 2024 Tumbuh Positif
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Investor yang Bangun Pabrik Sepeda Motor Listrik di Jateng Berasal dari China
- 11 Bank Bangkrut di Awal 2024, Begini Nasib Isi Rekening Milik Nasabah
- Aprisindo: Idustri Alas Kaki Dalam Negeri Masih Menghadapi Tekanan
- Begini Perjalanan Bata, Merek Sepatu Legendaris yang Pilih Tutup Pabrik karena Merugi
- HET Beras Dikerek, Ekonom Ingatkan Dampaknya bagi Masyarakat
Advertisement
Advertisement