Advertisement
Kenapa Investor Ogah Masuk Kawasan Industri di Jawa Tengah? Ini Penjelasan Apindo
Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG—Investor atau pelaku industri manufaktur ogah untuk masuk di kawasan industri di Jawa Tengah. Mereka lebih memilih mencari lahan baru ketika membuat pabrik anyar.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Jawa Tengah, Frans Kongi, menyebut ada beberapa beberapa alasan kenapa itu dilakukan investor. "Tanah itu pasti lebih murah, karena disiapkan pemerintah daerah [untuk] industri dan [daerah] yang akan dikembangkan, itu dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)," ucapnya saat dihubungi, Jumat (19/5/2023).
Advertisement
BACA JUGA:Â Penyalahgunaan Tanah Kas Desa, Satpol PP DIY Panggil 3 Investor, Satu Mangkir
Frans mencontohnya, di Kabupaten Batang, pemerintah memang sudah menyiapkan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) buat menampung investor-investor baru dari dalam dan luar negeri. Namun, terbatasnya segmen industri yang boleh masuk menjadi penghalang bagi investor-investor baru ini buat masuk ke Jawa Tengah.
Alternatifnya, investor yang terlanjur kepincut dengan Kabupaten Batang memilih buat mengisi kawasan industri lain ataupun membuka lahan industri baru di wilayah tersebut. "Kan ada juga kawasan yang bukan punya pemerintah, agak ke selatan," tambahnya.
Lebih lanjut, di Kawasan Industri Kendal (KIK), Frans mengungkapkan bahwa pengusaha merasa kesulitan karena biaya investasi yang dibutuhkan jauh lebih mahal ketimbang membuka lahan baru di luar kawasan.
Pada perkembangan lain, di daerah pesisir utara seperti Kota Semarang, pelaku industri manufaktur yang berada di kawasan industri terpaksa buat bergeser ke daerah lain mengingat risiko banjir rob dan penurunan muka tanah atau land subsidence yang terjadi. "Kawasan industri Lamicitra itu contohnya, terkena rob di dekat pelabuhan. Orang itu mulai cari tempat untuk pindah dari pesisir," jelas Frans.
BACA JUGA: Menhub Janji Tingkatkan Infrastruktur Transportasi di Destinasi Wisata
Meskipun hitung-hitungan di atas kertas menunjukkan bahwa nilai investasi yang diperlukan buat membuka lahan anyar jauh lebih murah, namun Frans menyebut pelaku usaha kemungkinan besar bakal tetap kembali ke dalam kawasan. "Ketersediaan air bawah tanah itu susah, pemerintah ketat [dalam melakukan pengawasan]. Yang bukan di kawasan industri lama-lama juga mulai mengincar untuk pindah," ungkapnya.
Sementara itu, wilayah timur pesisir utara Jawa Tengah masih menjadi primadona bagi pelaku industri manufaktur. Selain daerah tetangga Kota Semarang, sebagai pusat ekonomi Jawa Tengah, daerah-daerah seperti Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati mulai jadi incaran investor.
Frans memperkirakan, ke depannya, kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga berpeluang buat menjadi tujuan relokasi dan ekspansi industri. "Perkiraan saya tiga tahun ke depan penuh daerah selatan itu," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Kecelakaan di Imogiri Bantul, Mobilio Ringsek Usai Tabrak Vixion
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 4 Bank Bangkrut di April 2024, Ini Daftarnya
- Harga Emas Batangan Antam Merosot, Ini Daftarnya
- Layanan Seller Tokopedia Naik, Begini Simulasi Perhitungannya
- Resmi! Menteri Teten Tegaskan Tak Larang Warung Madura Buka 24 Jam
- Barang Kiriman dari Luar Negeri Kini Bebas Bea Masuk, Ini Syaratnya
- Buruh Minta Upah Murah Dihapus, Begini Penjelasan Kalangan Pengusaha
- LPS Siapkan Rp237 Miliar untuk Klaim Simpanan Nasabah, Berikut Daftar 10 Bank Bangkrut Tahun Ini
Advertisement
Advertisement