Advertisement

BEASISWA GOJEK: Fadhilla Akhirnya Bisa Mencicil Cita-Cita Masa Kecil

Media Digital
Senin, 15 Januari 2024 - 22:37 WIB
Maya Herawati
BEASISWA GOJEK: Fadhilla Akhirnya Bisa Mencicil Cita-Cita Masa Kecil Suasana wisuda Fadhilla Setianingrum di Polines Semarang, beberapa waktu lalu. - ist - Dok. Gojek

Advertisement

SEMARANGFadhilla Setianingrum merasakan pertemuan antara cita-cita masa kecil dengan kesempatan yang datang tak terduga. Kecintaan akan dunia informatika bisa disalurkan saat mendapatkan beasiswa pendidikan dari Gojek.

Sekitar 2020, Fadhilla Setianingrum berusia 18 tahun. Usia yang umumnya remaja Indonesia bingung mencari tempat kuliah. Fadhilla kala itu sudah diterima menjadi mahasiswi Politeknik Negeri (Polines) Semarang di Program Studi Teknik Informatika. Jarak kampus dengan rumahnya juga tidak begitu jauh, hanya 10 menit berkendara dengan motor.

Advertisement

Tapi ada satu masalah. Meski dia sudah diterima di Polines Semarang, belum ada biaya untuk membayar kuliah. Ayah Fadhilla, Istiyanto, bekerja sebagai mitra Gojek, spesifiknya Go Ride. Pendapatan Istiyanto cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi tidak ada alokasi untuk membayar kuliah per semester yang mencapai Rp4,3 juta.

Bisa saja Istiyanto lebih rajin mencari penumpang. Misal dari yang biasanya berangkat jam 06.00 WIB sampai 16.00 WIB, ditambah nge-Gojek malam hari. Namun itu bukan perkara mudah. Usia Istiyanto sudah 67 tahun. Tubuh tidak sekuat dulu. Pandangan mata juga sudah sering kabur.

Di sisi lain, kuliah di teknik informatika sudah jadi cita-cita anaknya sejak dahulu. “Sedari kecil, sekitar usia SMP sudah kenal dengan dunia teknologi, dulu belajar bahasa pemrograman tertentu. Jadi pengin mempelajari lebih lanjut di jurusan informatika,” kata Fadhilla, saat ditemui di Polines Semarang, Rabu (27/12/2024).

Menjadi yang Pertama

Setelah pensiun dari pekerjaannya di Perum Damri, Istiyanto sempat menganggur beberapa waktu. Untuk mencari pendapatan, dia bekerja sebagai tukang ojek pangkalan. Memasuki 2008, Gojek pertama masuk ke Semarang. Ada pegawai Gojek yang datang ke pangkalan dan menawarkan kemitraan. Istiyanto salah satu yang mendapat tawaran itu. Usianya kala itu sudah 59 tahun.

Penjelasan tentang sistem kemitraan Gojek membuat Istiyanto tertarik. Dia tergolong mitra awal-awal Gojek di Semarang. “Awal-awal jadi mitra masih bingung menggunakan handphone untuk nggojek, belum pernah pakai kaya gituan [aplikasi], jadi memang agak lama penyesuaian. Tapi harus bisa,” kata Istiyanto.

Order Go Ride pertama masih dalam nuansa bingung. Istiyanto berusaha menyesuaikan dan belajar. Jumlah penumpang setiap harinya terus bertambah. Dari enam per hari hingga menjadi belasan. Dahulu, sehari bisa mendapat sekitar Rp300.000. Kala itu masih ada bonus harian.

Meski masih cukup untuk kehidupan sehari-hari, jumlah pendapatan saat ini cenderung turun. Dalam sehari, rata-rata pendapatan kotor Istiyanto sekitar Rp150.000 sampai Rp200.000. Mungkin itu bukan kendala besar, apabila pendapatannya hanya untuk kehidupan sehari-hari. Namun kabar baik, sekaligus penambah beban pikiran, anak Istiyanto, Fadhilla, diterima di Polines Semarang.

“Biaya kuliah per semester Rp4,3 juta, sementara ngojek dapatnya berapa. Dari ngojek sudah abis buat biaya sehari-hari,” katanya. “Misal enggak ada sumber lain, mungkin harus ngojek sampai malam, padahal badan sudah enggak kuat, pandangan mata juga kadang kabur kalau ada silau lampu kendaraan. Jadi ada potensi anak saya enggak bisa kuliah karena biaya.”

Untungnya ada satu pesan pengumuman di ponsel Istiyanto yang membuatnya lega. Pengumuman apabila Gojek memberikan kesempatan beasiswa untuk anggota keluarga mitra. Istiyanto meminta anaknya untuk ikut seleksi dan sebagainya.

Beberapa bulan tidak ada kabar. Namun rezeki Fadhilla untuk kuliah datang saat Gojek meloloskannya dalam salah satu daftar beasiswa. Dia bisa menyisihkan ribuan pendaftar lain, dan kuliah di D3 Teknik Informatika Polines Semarang. Cita-cita masa kecil Fadhilla akhirnya bisa tercicil dengan masuk kuliah.

Berbeda saat belajar secara autodidak, Fadhilla belajar informatika dengan lebih teratur dan terstruktur di kampus. Kawan dan dosen juga bisa menjadi mentor dalam prosesnya belajar. Salah satu mata kuliah favoritnya selama kuliah adalah bahasa pemrograman dan membuat produk tertentu.

Melalui komunikasi di dunia perkuliahan, Fadhilla mengetahui apabila potensi pekerjaan di bidang informatika cukup luas. Sehingga tergantung minat dan bakat selama kuliah, ada banyak ruang yang bisa dimaksimalkan ke depannya.

Ini salah satu keberuntungan Fadhilla yang berkesempatan kuliah, terlebih menggunakan beasiswa. “Ayah saya mitra Gojek, pendapatannya tidak menentu, jadi beasiswa ojek sangat membantu saya kuliah sampai lulus tahun 2023 ini. Biaya pribadi yang dikeluarkan hanya untuk tugas kuliah atau sejenisnya,” kata Fadhilla yang kini berusia 21 tahun.

Dekat dengan Keluarga

Sembari mencari pekerjaan dan berbagai proses seleksinya, Fadhilla saat ini mengisi waktu dengan bekerja paruh waktu. Dalam selang waktu, dia juga mengambil kelas online untuk menambah berbagai jenis skill. Fadhilla berharap bisa bekerja di perusahaan teknologi.

“Semoga bisa dapat pekerjaan di Semarang, biar bisa dekat dengan orang tua,” katanya.

Istiyanto juga berharap semakin banyak anak bisa seberuntung Fadhilla, dengan mendapatkan beasiswa pendidikan. Termasuk harapan agar Gojek semakin banyak memberikan fasilitas beasiswa pendidikan kepada para mitranya.

“Semoga Fadhilla segera mendapat pekerjaan, mudah-mudahan dapat kerjanya di Semarang aja,” kata Istiyanto. (***)

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Ibu-Ibu Dikenalkan Bisnis Sampingan

Bantul
| Senin, 06 Mei 2024, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk

Wisata
| Sabtu, 04 Mei 2024, 09:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement