Advertisement

Harga Beras Masih Mahal di DIY, KPPU Memantau Ketat

Newswire
Selasa, 05 Maret 2024 - 10:57 WIB
Maya Herawati
Harga Beras Masih Mahal di DIY, KPPU Memantau Ketat Ilustrasi beras di pasar tradisional. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Harga beras masih mahal di wilayah DIY. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) DIY memantau ketat penyebab mahalnya harga beras dengan menggencarkan pemantauan di level hulu hingga hilir.

"Pantauan rutin setiap minggu. Kita turun di pasar tradisional dan ritel modern. Pergerakan harga kita pantau terus," kata Kepala Bidang Kajian dan Advokasi KPPU DIY Sinta Hapsari, Senin (5/3/2024).

Advertisement

Menurut Sinta, pantauan di lapangan digencarkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perilaku pedagang yang melanggar Undang-Undang No.5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Berdasarkan hasil pantauan sementara, ia menyebut KPPU DIY belum menemukan praktik pelanggaran regulasi itu.

"Sejauh ini belum ada (persaingan usaha tidak sehat). Kami juga sudah bicara dengan asosiasi penggilingan padi juga," kata dia.

Kajian terhadap tingginya harga beras di DIY, diakui Sinta, tidak sekadar berfokus pada perilaku pedagang, akan tetapi berpijak pula pada ketersediaan beras di lapangan yang tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional.

Menurut Sinta, melambungnya harga beras antara lain dipengaruhi alih fungsi lahan pertanian yang terus meluas, tingginya harga pupuk, persoalan iklim, hingga berkurangnya SDM petani yang mengakibatkan produksi beras merosot.

"Sedangkan permintaan kita naik terus. Kalau dari gambaran secara nasional saja kita lumayan besar antara produksi beras dan konsumsi kita. Sementara budaya makan kami kalau enggak makan nasi belum kenyang," ujar dia.

BACA JUGA: Hujan Abu Merapi Terjadi di Tegalmuyo Klaten

Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) di level petani yang menyentuh Rp9.000 per kg, juga membuat kenaikan harga beras baik premium maupun medium tidak terelakkan hingga melampaui harga eceran tertinggi (HET).

Berdasarkan kajian KPPU DIY, lonjakan harga beras sejatinya sudah terjadi sejak 2021 dengan frekuensi kenaikan yang terus meningkat.

Ia berharap masa panen raya padi di DIY yang diperkirakan pada April-Mei 2024 mampu menekan biaya produksi beras.

Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY menyebutkan potensi panen raya padi pada April-Mei 2024 di wilayah ini mencapai 303.542 ton gabah kering giling (GKG), sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan menekan harga beras di pasaran.

Kepala Bidang Tanaman Pangan DPKP DIY Andi Nawa Candra menuturkan masa tanam padi di DIY yang sesuai siklusnya jatuh pada Oktober-Desember 2023, harus mundur karena hujan baru turun pada Januari 2024 akibat fenomena El Nino.

Dengan demikian, apabila diakumulasi, potensi produksi padi di DIY sejak Januari hingga Mei 2024 diperkirakan total mencapai 389.001 ton GKG atau setara 245.849 ton beras dengan luas lahan panen mencapai 68.121 hektare sawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Soal Pengelolaan Sampah, DPRD Beri Usulan Ini untuk Pemkot Jogja

Jogja
| Minggu, 28 April 2024, 16:37 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement