Advertisement
Harga Pangan dan Transportasi Diperkirakan Dominan Pengaruhi Inflasi Bulan Ini
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Inflasi DIY pada Maret 2024 diperkirakan akan dipengaruhi oleh harga pangan bergejolak atau volatile food dan juga transportasi. Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan besarannya secara bulanan atau (month-to-month/mtm) akan lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Dia mengatakan inflasi bulan lalu didominasi dengan tingginya harga beras, dan sampai saat ini belum turun. Ditambah pada awal Ramadan beberapa kebutuhan pangan juga naik seperti telur, daging, dan lainnya. "Dugaan saya inflasi Maret 2024 akan lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Februari," paparnya, Kamis (21/3/2024).
Advertisement
Menurutnya kegiatan pasar murah sebagai langkah menekan inflasi sifatnya sporadis dan spasial daerah tertentu saja. Sehingga secara agregat tidak serta merta menurunkan harga. Namun upaya ini baik untuk membantu kelompok sasaran tertentu yang kurang mampu. "Tapi secara keseluruhan tidak berpengaruh pada inflasi, karena sporadis di beberapa tempat saja dan jumlahnya terbatas," tuturnya.
Baca Juga
BPS: Inflasi DIY 2023 Capai 3,17%
Inflasi DIY Lebih Tinggi dari Nasional, Ternyata Ini Alasannya
Kenaikan Harga Beras Bikin Inflasi DIY Februari 2024 Capai 0,39 Persen
Sementara untuk transportasi saat ini harga tiket sudah mulai merangkak naik, baik transportasi udara dan darat. Ini juga akan berdampak pada inflasi di Maret 2024. "April saya kira jauh lebih tinggi [inflasinya] dibandingkan Maret karena harga tinggi di volatile food, transportasi juga tinggi ada arus mudik dan balik," jelasnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Ibrahim menjelaskan ada tiga komponen utama terkait dengan inflasi. Core inflasi adalah barang-barang yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Apabila pendapatan naik maka permintaan pada barang tersebut juga naik.
Kemudian ada komoditas yang penetapan harganya oleh pemerintah, seperti bensin, angkutan udara, kereta api, minyak tanah, hingga PDAM. Lalu ada juga komoditas yang mudah bergerak atau volatile food. Ini biasanya berlaku untuk seluruh produk pangan, ada pengaruh seasonal, cuaca dan lainnya.
"Melihat tiga jenis komponen inflasi ini berbeda-beda, makanya diperlukan strategi kebijakan yang berbeda-beda. Karena berada di lembaga yang berbeda-beda maka diperlukan sinergi dan koordinasi yang semakin kuat," jelasnya.
Di daerah BI berperan menjaga penguatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Juga fokus pada isu-isu spesifik seasonal seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), dan isu struktural seperti faktor pertanian. Bagaimana irigasinya, bagaimana pengeluaran dinas terkait dengan perbaikan infrastruktur sektor pertaniannya.
"Karena ada tiga faktor yang berbeda-beda tadi, maka faktor sinergi dan koordinasi antardinas atau lembaga semakin penting untuk pengendalian inflasi."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kunjungi Washington DC, Ini Oleh-Oleh yang Dibawa Menkeu untuk Indonesia
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
Advertisement
Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Minggu 28 April 2024: Cerah Berawan!
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Petani Cabai Cilacap, Menjadi Raja Atas Hasil Panennya
- Rasane Vera, Menghijaukan Gunungkidul dengan Lidah Buaya
- Banyak BPR Bangkrut, Ini Upaya Pengawasan dari OJK DIY
- Pakuwon Beberkan Harapan Besarnya untuk Kepemimpinan Prabowo-Gibran
- Siap-Siap! Harga Bitcoin Mungkin Tembus US$100.000 pada Akhir Tahun
- Ini Tanggapan Bankir Atas Kenaikan BI Rate Jadi 6,25%
- PLN Dukung Penuh Gelaran PLN Mobile Proliga 2024
Advertisement
Advertisement