Advertisement

Begini Rasanya Jadi Dokter Hewan Sekaligus Pengusaha

Sirojul Khafid
Jum'at, 29 Maret 2024 - 00:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Begini Rasanya Jadi Dokter Hewan Sekaligus Pengusaha Penampakan dari depan usaha milik Fadhilah, Alle Petshop Sanden, Bantul. - Ist/Dok. Pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dari iseng memilih jurusan Kedokteran Hewan saat seleksi masuk UGM, kini Fadhilah Nur Amini keterusan menjadi dokter hewan di klinik petcare. Kecintaan dengan dunia hewan peliharaan semakin dalam dengan membuka petshop. Ini cerita tentang dokter hewan yang juga pengusaha.

Dari belasan anggota komunitas badminton Kamis Sehat, Fadhilah Nur Amini yang cukup konsisten telat saat datang ke Depok Sport Center, Sleman. Dia biasanya datang pukul 19.00 WIB, meski jadwal seharusnya mulai pukul 18.00 WIB. Jarak dari tempat kerjanya di Klinik Ling-Ling Petcare, Sewon, Bantul, menuju Depok Sport Center memang jauh, sekitar 16 kilometer atau 30 menit berkendara motor. Belum lagi misal pengunjung klinik sedang ramai, dia perlu istirahat sejenak, sebelum nantinya berolahraga.

Advertisement

Selama tidak ada acara lain, Fadhilah selalu menyempatkan olahraga sepekan sekali itu. Dia ingin mengimbangi pekerjaan yang jarang bergerak dengan olahraga badminton. Apalagi dia juga mengurus petshop, yang tidak jarang membuat kepalanya pusing. Olahraga jadi ‘pelarian’ sejenak, sebelum nantinya bekerja lagi.

BACA JUGA: Gempa Magnitudo 5 di Gunungkidul Terasa hingga Trenggalek

Perjuangan untuk badminton masih belum selesai. Saat dia pulang ke rumahnya di daerah Sanden, Bantul, masih perlu perjalanan sekitar satu jam dari Depok Sport Center. Namun dia tetap konsisten datang, meski telat. “Karena badminton menyenangkan, ketemu banyak temen juga, refreshing,” kata Fadhilah saat ditemui di Depok Sport Center, Sleman, Kamis (28/3/2024).

Fadhilah perlu refreshing dari rutinitas di klinik petcare. Sudah hampir lima tahun perempuan berusia 28 tahun ini bekerja sebagai dokter hewan. Banyak karier yang bermula dari keisengan, dan Fadhilah salah satunya. Saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada detik-detik terakhir, dia memilih jurusan Kedokteran Hewan UGM.

“Sejujurnya iseng aja karena bingung mau milih jurusan apa. Orang tua juga tidak mengarahkan. Randomly nge-klik jurusan Kedokteran Hewan waktu injury time closingan pendaftaran SNMPTN. Qadarullah diterima,” katanya.

Meski bermula dari keisengan, Fadhilah menjalani pilihannya dengan serius. Orang tuanya juga serius dalam membantu secara moral dan material selama kuliah. Pembelajaran di kampus tentang Kedokteran Hewan lebih dari yang dia bayangkan. Ternyata jangkauan ilmu hewan lebih luas. Sebelumnya Fadhilah berpikir hanya akan belajar tentang penyakit hewan, namun ternyata ada juga materi tentang produk-produk olahan dari hewan.

Selama kuliah sampai koas, semua ilmu tentang hewan dipelajari, mulai dari hewan peliharaan sampai satwa liar. Urusan nantinya bekerja sebagai apa terserah pada individunya. Skenario hidup di kampus cukup lancar. Sayangnya ada kejadian di rumah yang tidak keluarga Fadhilah harapkan.

Di suatu Senin pagi di tahun 2017, orang tua Fadhilah harusnya berangkat bekerja sekitar pukul 07.00 WIB. Di masa-masa itu, Fadhilah sedang rotasi koas untuk menjadi dokter hewan. Dia banyak waktu luang, sehingga tidak harus keluar rumah pagi hari. Sementara ibunya sudah berangkat bekerja. Ayah di jam yang sama masih berada di kamar.

Tidak ada yang menaruh curiga, Fadhilah menganggap ayahnya baru berangkat siang hari ke sekolah untuk mengajar. “Sampai jam tujuh lebih kok kayak ada suara manggil-manggil dari kamar bapak, lho tak cek bapakku enggak bisa bangun, enggak bisa ngomong sewajarnya, enggak bisa apa-apa. Aku bingung,” kata Fadhilah.

Panik sudah pasti. Fadhilah kemudian meminta bantuan untuk membawa ayahnya ke puskesmas terdekat. Ternyata ayahnya terkena stroke. Sejak saat itu, ayah Fadhilah lebih banyak berada di rumah.

Tidak lama berselang, Fadhilah berhasil lulus dari Kedokteran Hewan UGM.

Merantau dan Kembali Pulang

Lulus dari UGM, Fadhilah merantau ke Bandung, Jawa Barat pada 2018. Dia bekerja di dinas kehutanan. Fadhilah fokus mengurus satwa liar di hutan. Selang setahun, dia merasa perlu pulang ke Bantul. Fadhilah memutuskan untuk membantu keluarga mengurus ayahnya yang sakit. Dia keluar dari pekerjaannya di Bandung.

Berlanjut di tahun 2019, Fadhilah bekerja di Klinik Ling-Ling Petcare Sewon, Bantul. Berbeda dari pekerjaan sebelumnya yang mengurusi satwa liar, kini Fadhilah menangani hewan peliharaan. “Alasan memilih pekerjaan sebagai praktisi hewan pet atau kesayangan, karena itu satu-satunya opsi yang bisa dijalankan sembari mengurus keluarga di rumah,” katanya.

Pekerjaan itu yang Fadhilah jalani hingga saat ini. Untuk mendapatkan pemasukan tambahan, dia membuka Alle Petshop Sanden sejak pertengahan 2023 di dekat rumah. Menurutnya, potensi pengembangan petshop cukup baik di sekitar rumahnya. Belum banyak petshop yang tersedia. Tidak sebatas mencari keuntungan, Fadhilah ingin menyediakan kebutuhan hewan peliharaan di sekitar Sanden, Bantul. Sehingga masyarakat sekitar tidak perlu pergi jauh-jauh untuk sekadar membeli pakan hewan.

Sebenarnya dia belum punya pengalaman menjadi pengusaha. Namun di klinik tempatnya bekerja, ada pula toko yang menyediakan kebutuhan hewan peliharaan. Dari yang bantu-bantu, Fadhilah kemudian mendapat sedikit gambaran cara menjalankan usaha petshop.

“Tentu [cukup berat menjalankan usaha sembari tetap bekerja di klinik]. Selama mempersiapkan dan mengembangkan sedikit-sedikit, tentu banyak energi dan waktu yang dikerahkan. Seminggu bekerja selama tujuh hari, dan dalam sehari bisa bekerja hingga 12-14 jam. Tapi untungnya belum berkeluarga, jadi bisa memaksimalkan kondisi saat ini,” kata Fadhilah.

Untuk memudahkan konsumen yang berbelanja, Alle Petshop Sanden menyedia opsional pembayaran cash dan QRIS. Dalam menyediakan QRIS, Fadhilah menggunakan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Enaknya menggunakan QRIS, menurut Fadhilah, uang dari konsumen bisa langsung masuk ke rekening pemilik usaha.

Sudah sejak bekerja di Bandung pada 2018, dia menggunakan BRI. Pekerjaan di Bandung sampai di klinik, pembayaran gajinya menggunakan BRI. Begitupun dalam mengurus usaha petshop-nya, penggunaan BRI, termasuk aplikasi mobile banking BRImo, semakin sering dia gunakan.

“Beberapa orderan ke supplier seringnya melalui transfer antar rekening BRI juga. Di BRImo, seringnya pakai fitur transfer dan setor tunai tanpa kartu. Fitur setor tunai tanpa kartu jadi yang paling membantu,” katanya.

Fadhilah satu dari jutaan pengguna BRImo di Indonesia. Pengguna BRImo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Jogja, John Sarjono, mengatakan di lingkup BRI Regional Office (RO) Jogja, yang mencakup DIY dan sebagian Jawa Tengah, ada 2.006.634 user BRImo per 2023. Sementara untuk tahun 2024 sampai dengan bulan Februari, ada 2.261.326 user BRImo.

“Ada peningkatan sebesar 12,7%,” kata Sarjono dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/3/2024). “Jumlah transaksi BRImo tahun 2023 sebanyak 254.322.090, dengan volume transaksi lebih dari Rp548 triliun. Untuk tahun 2024 sampai Februari 2024, ada sekitar 94.066.835 transaksi, dengan volume transaksi lebih dari Rp105 triliun.”

Peningkatan juga terjadi pada penyediaan QRIS BRI di berbagai usaha. Di lingkup BRI RO Jogja, ada peningkatan dari 209.285 merchant yang menggunakan QRIS BRI pada 2022, menjadi 245.053 pada 2023. Sementara sampai Februari 2024, usaha yang menggunakan QRIS BRI, terutama di kelas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), jumlahnya 264.456 merchant. Dari sisi transaksi QRIS di regional yang sama, pada tahun 2023 mencapai Rp1,7 triliun.

Dari seluruh UMKM yang menggunakan QRIS BRI, yang masuk dalam kategori groceries sebanyak 55,22%, food and beverage 14,30%, fashion 3,28%, health 1,51%, hobbies and entertainment 1,56%, serta segmen lain sebanyak 23,35%. “BRI RO Jogja memiliki nilai transaksi UMKM yang cukup tinggi dan menunjukkan signifikansi peningkatan setiap tahunnya,” kata Sarjono.

Menyandingkan teknologi dalam dunia usaha sebagai cara untuk semakin mengembangkan dan memudahkan owner maupun konsumen. Termasuk Fadhilah yang sedang merintis petshopnya. Usaha pertamanya ini dia bangun juga untuk mempersiapkan perekonomian keluarga masa depan.

“Walaupun perlahan, mudah-mudahan bisa berkembang dan memberi banyak kebermanfaatan bagi para pet owner di wilayah Sanden, Bantul dan sekitarnya,” kata Fadhilah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Minggu 28 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan

Jogja
| Minggu, 28 April 2024, 00:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement