Ekbis

Sempat Jadi Favorit, Pamor Emas Tak Lagi Mengkilau

Penulis: Dhiany Nadya Utami
Tanggal: 22 Februari 2021 - 08:27 WIB
Emas batangan cetakan PT Aneka Tambang Tbk. Harga emas 24 karat Antam dalam sepekan terakhir cenderung menurun. - logammulia.com

Harianjogja.com, JAKARTA — Harga emas yang menjadi primadona pada 2020 kini tengah mengalami tekanan, sehingga masih bergerak di kisaran US$1.700 per troy ounce.

Logam kuning yang menjadi bintang sepanjang tahun lalu tersebut kini berbalik menjadi salah satu komoditas dengan harga terburuk dalam indeks Komoditas Bloomberg di awal 2021.

Bahkan, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, pergerakan harga emas di awal tahun ini merupakan yang terburuk sejak 1991 lalu, seiring dengan imbal hasil US Treasury yang tengah menanjak ke level tertingginya dalam sepekan terakhir.

Tercatat, yield atau imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,34 persen. Adapun suku bunga The Fed saat ini masih dipertahankan di level 0,25 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot berada di level US$1784,25 per troy ounce pada penutupan perdagangan Jumat (19/2/2021). Sementara itu di bursa berjangka Comex harga emas berada di level US$1.777,40 per troy ounce.

Sebelumnya, harga emas di pasar spot sempat turun menyentuh level US$1.760,67 per troy ounce, level terendah sejak 2 Juli 2020 silam.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan dalam jangka dekat emas akan terancam likuidasi alias banyak dilepas oleh para investor karena dinilai bukan menjadi aset prioritas di tengah kondisi pasar saat ini.

Pasalnya, di tengah kenaikan yield US Treasury, Wahyu menilai komoditas yang akan jadi buruan investor adalah komoditas yang dapat dikonsumsi, dipakai, atau dijadikan bahan baku karena harganya akan naik.

“Ini dampak dari harapan recovery dan banjir cash di pasar efek stimulus. Yield AS naik, outlook AS rate masih stuck, maka gold akan cenderung tertahan bahkan tertekan,” jelas Wahyu kepada Bisnis, Minggu (21/2/2021).

Melirik Saham

Lebih lanjut Wahyu menuturkan, investor juga akan mencari aset yang masih undervalue, termasuk saham. Salah satunya, investor akan melirik saham di negara berkembang seperti Indonesia.

“Indonesia masih murah maka capital inflows akan masuk, tapi itu hot money, terpaksa masuk bukan karena fundamental, tapi karena sulitnya pilihan karena market AS sudah sangat mahal,” imbuhnya.

Kendati demikian, untuk jangka panjang Wahyu mengatakan emas masih berpotensi untuk menguat dan tetap menjadi aset pilihan untuk lindung nilai (hedging). Salah satu support untuk harga emas jangka panjang adalah kebijakan yang akan dikeluarkan The Fed.

“Proyeksi jangka pendek untuk harga emas di kisaran US$1.700—1.800 [per troy ounce]. Stimulus yang luar biasa mungkin bisa menunda bullish gold short or medium term. Namun, dalam jangka panjang teknikal masih berlaku, sangat jelas gold bullish,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Berita Terkait

Berpotensi Cuan, 10 Ide Bisnis Ini Bisa Anda Jalankan Setelah Lebaran
Ogah Merugi, Supermarket di Australia Pasang GPS di Daging Mahal untuk Cegah Pencurian
Miniso Pink Hadir di Sleman City Hall, Tawarkan Diskon Up to 50%
Aprindo Gandeng Polda DIY Gelar Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Pendaftaran Denok Kenang Semarang Resmi Dibuka, Ini Syaratnya!
  2. Diduga Jaringan Fredy Pratama, Pria Kediri Edarkan 1 Kg Sabu-Sabu di Semarang
  3. Pimpin Laga Indonesia vs Korsel, Shaun Evans Pernah Rugikan Timnas Garuda
  4. Pelita Jaya Jakarta Kalahkan Prawira Harum di Kualifikasi BCL Asia

Berita Terbaru Lainnya

Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Ekonomi: Mengurangi Ketidakpastian Jangka Pendek
Cuaca Tak Menentu Bikin Harga Bawang Merah Melonjak Drastis
PLN Mobile Proliga 2024 Siap Digelar, Kolaborasi Dukungan Untuk Pengembangan Voli di Tanah Air
Lahan Panen DIY April 2024 Diperkirakan 35.557 Hektare, Gunungkidul Terluas
Seusai Lebaran, Harga Bawang Merah Jadi Mahal
Nilai Tukar Rupiah Remuk, DPD REI DIY: Tidak Menjadikan Bisnis Properti Kolaps
Tak Terpengaruh Konflik Iran-Israel Harga Minyak Dunia Turun
Dorong Laju Transisi Energi, PLN Kampanyekan Kendaraan Listrik pada Peringatan Hari Bumi 2024 Jawa Tengah