Ekbis

Kompak Bikin Selai Buah Tropis, Pasangan di Kasongan Ini Raih Omzet Banjir Orderan

Penulis: Lajeng Padmaratri
Tanggal: 15 Januari 2022 - 20:27 WIB
Hanna dan Marc, owner Saja Jam. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Harianjogja.com, BANTUL--Berawal dari kegemaran Hanna dan Marc, pasangan yang tinggal di Kasongan, Bantul terhadap kuliner membawa mereka mengulik keragaman buah tropis menjadi produk selai. Lewat Saja Jam, mereka menghadirkan selai dengan variasi buah yang berbeda dari biasanya.

Tak hanya enak, tetapi juga sehat. Apalagi memiliki citarasa yang variatif dan mengunggulkan buah-buahan negara tropis. Hal itulah yang coba ditawarkan Hanna dan Marc sejak 2019 melalui Saja Jam.

Selai yang diproduksi merupakan buatan rumahan dan tidak menggunakan bahan pengawet. "Hanya berbahan gula dan buah, tanpa tambahan pengawet, tanpa pewarna karena buah tropis sudah punya pigmen yang bagus, Jadi lebih natural," kata Hanna kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Jauh sebelum 2019, pasangan suami istri ini sebenarnya sudah membuat selai. Namun, selai itu belum dikemas dalam stoples untuk dijual ke publik, melainkan hanya untuk disuguhkan kepada tamu vila mereka di Kasongan.

Mulanya, varian selai yang mereka produksi sebatas mangga dan stroberi. Namun, lantaran diolah sendiri, para tamu menggemarinya.

"Suatu hari ada tamu yang bertanya, apakah selainya dijual dan bisa dibawa pulang. Lalu lama-lama kami terpikir untuk dijual dengan stoples. Tetapi, kami juga enggak ingin selainya hanya basic seperti brand lain, kami ingin lebih kreatif dan eksplorasi rasa-rasa lainnya," ungkapnya.

Marc yang berasal dari Prancis menjadi sosok utama yang mengeksplorasi buah-buahan tropis menjadi selai yang berbeda ala Saja Jam. Setelah resepnya ditemukan, barulah Hanna yang memasaknya di dapur.

Kini, proses produksi Saja Jam dilakukan di Saja House, Jalan Kasongan No. 223, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Di sana pula pelanggan bisa datang langsung dan memilih selai-selai dalam toples yang mereka inginkan.

Hingga kini Hanna dan Marc sudah merilis sekitar 20 varian selai ala Saja Jam. Mulai dari varian single fruit, seperti selai rasa mangga, stroberi, pisang, nanas, kelapa, pepaya, jambu, markisa, hingga durian. Kemudian ada varian mix fruit yang merupakan perpaduan dari beberapa buah yang dicampur.

Selai itu dikemas dalam stoples kaca kecil berukuran 150 gram dan 350 gram. Untuk kemasan kecil, harganya berkisar Rp29.000 hingga Rp35.000. Sementara untuk kemasan yang lebih besar mulai dari Rp59.000 hingga Rp65.000.

Bikinan Sendiri

Sebagai usaha kecil, produksi Saja Jam masih dilakukan secara homemade. Mereka menggunakan metode tradisional dalam mengolah buah-buahan menjadi selai, yaitu memasak buah-buahan itu dalam sebuah panci tembaga. Dalam sekali memasak, alat itu hanya mampu mengolah tiga kilogram buah.

Adapun buah-buahan yang digunakan Saja Jam dikirim dari sejumlah kebun di Jawa. Tak hanya dikirim segar, ada juga buah-buahan yang lebih aman jika dikirim secara beku.

Hanna menuturkan pengiriman buah beku salah satunya untuk menjaga kualitas buah agar tidak rusak. Misalnya stroberi yang mereka datangkan dari Bandung. Lantaran mudah rusak, stroberi itu lebih baik dibekukan dulu selama perjalanan. Selain itu, pembekuan buah juga dilakukan untuk menjaga stok buah musiman, seperti pada mangga.

"Bulan Desember kemarin bisa produksi 50 kilogram. Biasanya enggak sampai segitu. Beberapa waktu terakhir banyak permintaan untuk hamper," kata dia.

Bulan lalu, kata Hanna, produk yang jadi unggulan ialah hamper dengan varian Indonesia by Jam. Dalam satu boks hamper itu, ada tiga varian selai mix fruit, yaitu nanas-kelapa, buah naga-pisang, serta mangga-markisa.

Permintaan hamper pada momen Natal dan Tahun Baru itu bahkan tidak hanya meningkat di toko mereka di Kasongan, tetapi juga dari penjualan daring melalui media sosial. Hal itu membuat Saja Jam mengantongi omzet hingga Rp12 juta dari rata-rata omzet bulanan mereka yang berada di angka Rp8 juta per bulan.

Selain dijual di Kasongan, Saja Jam juga bisa ditemui di sejumlah toko produk organik, toko roti, dan oleh-oleh di Jogja. Hanna dan timnya juga beberapa kali diundang untuk mengisi sejumlah pasar sehat yang menampilkan produk lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Pemkot Jogja Dampingi Pengusaha Muda, Inkonsistensi Menjadi Kendala
Demi Kejar Omzet Usaha Saat Lebaran, Warga Pesisir Gunungkidul Ramai-Ramai Gadaikan Perhiasan
SDI Tingkatkan Kualias Santri di Industri Digital Kreatif
Warga Sewon Utara Dilatih Mengolah hingga Memasarkan Hasil UMKM

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Giliran Komunitas Otomotif Jepara Dukung Kapolda Jateng Maju Cagub Jateng 2024
  2. BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik
  3. Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani
  4. Adik Aniaya Kakak hingga Meninggal di Kalikotes Klaten, Penyebab Masih Misteri

Berita Terbaru Lainnya

Harga Bawang Merah Naik 100 Persen, Ini Penyebabnya
Transaksi Rupiah di Lintas Negara Naik 100 Persen
InJourney Dukung Japanese Domestic Market di Sirkuit Mandalika
Tren Perlintasan Penumpang di Bandara Soetta Naik 10 Persen di Lebaran 2024
Pasca-Lebaran, Bisnis Properti di DIY Reborn
BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 6,25%
Kenaikan BI-Rate Bakal Berdampak Positif untuk Pasar Modal Lokal
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Ekonomi: Mengurangi Ketidakpastian Jangka Pendek
Cuaca Tak Menentu Bikin Harga Bawang Merah Melonjak Drastis