Ekbis

Jokowi Minta Maskapai Tambah Pesawat demi Turunkan Harga Tiket, Pengamat: Tak Semudah Itu

Penulis: Dany Saputra
Tanggal: 18 Agustus 2022 - 23:17 WIB
Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (30/6/2022). Bloomberg - Dimas Ardian

Harianjogja.com, JAKARTA – Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai penambahan jumlah pesawat yang beroperasi tidak lantas akan menurunkan harga tiket, seperti yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Menurut Alvin, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhi tingkat harga tiket. Apalagi, di Indonesia ada aturan mengenai Tarif Batas Atas (TBA) bagi maskapai dari Kementerian Perhubungan.

Tidak hanya itu, aturan terbaru Kemenhub yakni KM No.68/2022 terkait dengan biaya surcharge yakni untuk pesawat jet paling tinggi 15 persen dari Tarif Batas Atas (TBA) sedangkan pesawat baling-baling (propeller) paling tinggi 25%.

"Tidak semudah itu mau menurunkan harga [tiket pesawat]. Di Indonesia masih lumayan ada TBA walaupun Menteri Perhubungan sudah mengeluarkan Kepmenhub untuk memberikan fuel surcharge atau tuslah," katanya, dikutip Kamis (18/8/2022).

Jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia belum kembali pulih ke level prapandemi. Alvin mencatat saat ini jumlah unit pesawat yang sudah dioperasikan sekitar 350 unit, susut 40 persen dari jumlah sebelum pandemi yakni 600 unit.

Saat ini, Alvin mengatakan maskapai belum sepenuhnya berani menghidupkan kembali pesawat-pesawat yang diliburkan karena besarnya biaya yang dibutuhkan.

"Kalau [pesawat kembali] diaktifkan harus mengaktifkan pilot juga. Ini bukan uang yang kecil karena sekali pesawat dan pilot diaktifkan akan jadi biaya tetap, padahal kondisi pandemi belum selesai," jelasnya.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan (APJAPI) itu menilai kewajiban tes usap PCR bagi yang belum booster berpotensi memiliki dampak kepada jumlah penumpang.

Selain itu, faktor pembatasan waktu operasi di bandara dan pengurangan rute yang dilayani dinilai menjadi aspek pertimbangan maskapai dalam mengoperasikan kembali pesawat.

"Pengadaan pesawat tidak seperti beli motor, minggu depan sudah bisa dipakai. Harus ada kajian rute dulu, potensi pasar seperti apa dan sebagainya," kata Alvin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Berita Terkait

Tradisi Lebaran Pekalongan, Airnav: 15 Balon Udara Liar Dilaporkan oleh Pilot
Tiket Pesawat Domestik Mahal Bikin Wisatawan Lebih Pilih Luar Negeri Ketimbang ke Jogja
2 Maskapai Tercatat Bakal Masuk Bandara Rendani Manokwari
Penerbangan Perintis Rute Muara Teweh-Palangka Raya Susi Air Terbang Perdana saat Lebaran

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Prodi Ilmu Hukum UDB Surakarta Adakan Jalan Sehat Sambut Hari Kartini
  2. ASN Pemkab Klaten Ramai-ramai Unggah Video Antikorupsi dari KPK, Ini Isinya
  3. Ini Pebasket yang menjadi Langganan IBL All Star, Ada yang 6 Kali
  4. Pakai Senpi Hasil Beli Online, Polda Jateng Bekuk 3 Perampok Toko Emas di Blora

Berita Terbaru Lainnya

Cuaca Tak Menentu Bikin Harga Bawang Merah Melonjak Drastis
PLN Mobile Proliga 2024 Siap Digelar, Kolaborasi Dukungan Untuk Pengembangan Voli di Tanah Air
Lahan Panen DIY April 2024 Diperkirakan 35.557 Hektare, Gunungkidul Terluas
Seusai Lebaran, Harga Bawang Merah Jadi Mahal
Nilai Tukar Rupiah Remuk, DPD REI DIY: Tidak Menjadikan Bisnis Properti Kolaps
Tak Terpengaruh Konflik Iran-Israel Harga Minyak Dunia Turun
Dorong Laju Transisi Energi, PLN Kampanyekan Kendaraan Listrik pada Peringatan Hari Bumi 2024 Jawa Tengah
Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
Sahid Raya Hotel Gelar Konser Iwan Fals, Presale Tiket 30 April 2024
Pakar Energi UGM Sebut Konflik Iran-Israel Bisa Picu Kenaikan Harga BBM