Advertisement

Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 149

Joko Santosa
Kamis, 26 November 2020 - 23:47 WIB
Budi Cahyana
Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 149 Sandyakala Ratu Malang - Harian Jogja/Hengki Irawan

Advertisement

149

Demang Kertapati berubah pucat pasi mendengar ucapan Lohgawe. Inilah bocah yang dulu dilarikan oleh harimau putih. Yang mereka buru tidak ketemu.

Advertisement

“Aku tidak akan menuntut balas. Kalau sekarang aku berdiri di depan kalian, yang ingin kubasmi perilaku kalian yang benar-benar di luar batas.”

“Babo babo. Bocah kecil bermulut besar. Kita berkelahi secara laki-laki,” tantangnya.

Kertapati lagi-lagi menggunakan kata “laki-laki” namun ia sendiri tampil berdua. Walau Lohgawe tegas menyatakan tidak menuntut balas, toh baginya anak muda itu merupakan duri dalam daging. Harus dienyahkan dari muka Bumi supaya hidupnya lestari.

“Kertapati. Ada tiga sifat hyang widi. Mencipta; memelihara; dan menghancurkan. Tiga sifat saling menghidupkan sehingga terbentuk lingkaran sempurna. Memang hyang syiwa yang berkuasa menghancurkan. Betapapun aku tidak akan melanggar jalan dharma.”

“Aku tidak butuh sesorahmu. Hadapi kami sebagai laki-laki.” Demang Kertapati sekilas melirik Kaki Suryadharma yang larut dalam meditasi. Hatinya tenang. Tapi untuk memantapkan perasaannya, Resi Kamayan memerlukan bertanya kepada kakek sakti itu.

“Kiai, benar andika yang mulia wicaksana ini tidak mengurusi persoalan kami?”

Seperti halnya Kertapati, paman guru ini juga kecut hati. Ia menggunakan kata “kami” itu artinya Kaki Suryadharma berada “di luar” arena dan dengan demikian tidak pantas ia membela muridnya --- dalam keadaan bagaimanapun.

Kaki Suryadharma membuka mata. Kemudian mengalirlah tembang dari mulutnya.

Prihen temen dharma dhumaranang sarat,

Saraga sang sadhu sireka tutana,

Tanartha tankama pidonya tanyasa,

Ya sakti sang sajjana dharma raksaka

Sejurus demang Kertapati dan Resi Kamayan terhenyak. Kata-kata dalam tembang itu menyiratkan ajakan agar manusia mengutamakan keadilan dan kearifan untuk menjaga semesta, karena tujuan hidup terdiri atas dharma; artha; kama; dan moksa. Dalam menjalankan kehidupan pribadi dan apalagi memimpin pasti diperlukan sarana seperti harta, namun harus dalam koridor dharma. Seorang pemimpin, dengan begitu, niscaya peka terhadap nurani; mengutamakan liyan; dan terus meningkatkan akal sehat. Kesuksesan pemangku beriringan dengan pemahaman ihwal dharma.

“Kekuatan tanpa landasan dharma sesungguhnya kelemahan. Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti. Silakan kalian menyelesaikan urusan.” Kaki Suryadharma kembali bersemadi.

“Lohgawe, keluarkan senjatamu.” Demang Kertapati sengaja membesarkan suaranya. Ia berharap Kaki Suryadharma mendengar, dan menghargai kejantanannya.

“Senjataku adalah kebenaran, dan pasrah seutuhnya kepada sang hyang wisesa.”

“Bagus!” seru demang Kertapati yang tanpa peringatan apapun langsung menyerang.

Lohgawe sejak awal memang sudah bersiaga. Pukulan deras demang yang mengarah ke dadanya dielakkan dengan tangkas. Terjadilah pertempuran segitiga, karena Resi Kamayan juga terjun dalam perkelahian itu meski dengan agak sungkan. Bagaimanapun ia tokoh senior.

Resi Kamayan menggosok kedua telapak tangannya, dan tak lama kemudian bergulung-gulung tabun hitam. Tercium bau sangit kulit terbakar. Kedua telapak tangan itu merah bagaikan besi dibakar. Sang resi bertepuk tangan. Dan terdengar ledakan disusul bunga api berpijar terang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Golkar DIY Bakal Terima Nama Calon yang Dijaring di Pilkada 2024, Berikut Nama-nama Kandidatnya

Jogja
| Selasa, 23 April 2024, 15:47 WIB

Advertisement

alt

Berikut Rangkaian Program Pilihan Keluarga Indonesia Paling di Hati, Hanya di MNCTV

Hiburan
| Selasa, 23 April 2024, 14:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement