Advertisement
MAY DAY : Puluhan Buruh Gendong DIY Sebar Bunga Sambut Hari Buruh
Advertisement
[caption id="attachment_401624" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/04/30/may-day-puluhan-buruh-gendong-diy-sebar-bunga-sambut-hari-buruh-401617/bunga-reuters" rel="attachment wp-att-401624">http://images.harianjogja.com/2013/04/bunga-reuters-370x277.jpg" alt="" width="370" height="277" /> Foto Ilustrasi Bunga Mawar/Reuters[/caption]
JOGJA-Puluhan buruh gendong dari sejumlah pasar tradisional di DIY berkumpul di Pasar Beringharjo, Selasa (30/4) menggelar aksi menyambut Hari Buruh Sedunia dengan memberikan bunga kepada pedagang dan pengunjung pasar tradisional itu.
Advertisement
"Kami melakukan aksi simpatik memberikan bunga, sehingga masyarakat pun mengetahui dan melihat sendiri bahwa mereka juga perlu dihargai," kata koordinator aksi yang juga Direktur Yayasan Annisa Swasti (Yashanti) Amin Muftiana di Jogja.
Selain meningkatkan penghargaan terhadap buruh gendong, kegiatan aksi simpatik tersebut juga ditujukan untuk mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih terhadap nasib buruh gendong.
"Buruh gendong memiliki jam kerja hingga 24 jam, bahkan ada yang sampai tidur di pasar, melaju dari luar kota atau kos di sekitar pasar," katanya.
Selama ini, Amin menambahkan, belum ada upah pasti untuk buruh gendong serta belum adanya perlindungan keamanan kerja dari pemberi jasa.
Oleh karena kondisi tersebut, melalui aksi simpatik yang sekaligus dilakukan untuk memperingati Hari Kartini, para buruh gendong berharap adanya upah layak, hak cuti haid, melahirkan, keguguran, hak atas tempat kerja yang nyaman dan aman, adanya kebijakan Pemerintah DIY untuk perlindungan buruh gendong serta menolak diskriminasi buruh gendong.
Berdasarkan data, jumlah buruh gendong di pasar tradisional pada lima tahun lalu mencapai sekitar 750 orang dan profesi tersebut biasanya diperoleh secara turun temurun.
Salah seorang buruh gendong yang mengikuti kegiatan tersebut, Sukiyem mengaku telah bekerja selama 40 tahun di Pasar Beringharjo dengan penghasilan rata-rata Rp30.000 per hari atau bisa Rp40.000 per hari saat pasar sedang ramai.
"Sekali angkat, memperoleh upah Rp2.000 hingga Rp2.500. Kadang-kadang harus mengangkat beban hingga 50 kilogram [kg]," katanya.
Warga Sentolo, Kulon Progo tersebut bekerja dari pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB per hari, tanpa ada hari libur. "Saya baru libur kalau memang benar-benar ada keperluan atau saat sakit," katanya yang harus nglaju tiap hari.
Buruh gendong lain, Mbah Giah (70) juga mengatakan sudah bekerja selama 40 tahun. "Rata-rata penghasilan Rp20.000 hingga Rp25.000 per hari," katanya yang berharap bisa terus memperoleh penghasilan dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- 100 Kloter Jemaah Haji Jateng-DIY akan Terbang dari Bandara Adi Soemarmo
- Mahasiswa KIP-K Hedon Tersebar di Medsos, UB bakal Panggil & Evaluasi Penerima
- Nenek Kadiyem, Pencari Kayu yang jadi Calon Jemaah Haji Tertua di Magetan
- Great Eastern Life Indonesia Buka Kelas Literasi bagi Remaja, Intip Keseruannya
Berita Pilihan
Advertisement
Pimpinan Mahkamah Agung Diduga Traktir Pengacara, KY Tindaklanjuti Laporan
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Dinsosnakertrans Kota Jogja Mendorong Perusahaan Bikin Koperasi Karyawan
- Kelurahan Cokrodiningratan Jogja Segera Bangun 648 Titik Biopori Kompos
- Ada Pembuangan Sampah Ilegal di Gunungkidul, Begini Respons Pemda DIY
- Marbot Masjid di Kota Jogja Dapat Fasilitas BPJS Ketenagakerjaan
- Eko Suwanto: Sultan Grond dan Pakualaman Grond untuk Kesejahteraan Masyarakat
Advertisement
Advertisement