Advertisement
Spirit Joget Mataram ala Kina Dance
Advertisement
[caption id="attachment_450231" align="alignleft" width="450"]http://images.solopos.com/2013/09/kina-dance-KUrniyanto.jpg">http://images.solopos.com/2013/09/kina-dance-KUrniyanto.jpg" width="450" height="300" /> Kina Dance saat tampil di Jl. Mangkubumi Jogja, Minggu (22/9/2013). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)[/caption]
Harianjogja.com, JOGJA- Pergelaran tari klasik Jawa kerap dilangsungkan di gedung pertunjukan. Apa jadinya, bila tari itu dimainkan di tepi jalan sehingga menjadi tontonan sejumlah pengendara kendaraan, seperti yang ditunjukkan Kina Dance saat tampil di Jalan Mangkubumi Jogja, Minggu (22/9/2013).
Advertisement
Mengenakan blangkon lengkap dengan jarit, sebanyak 10 penari dari Kina Dance tampil selama 20 menit, membawakan tari klasik Jawa Jogja, jenis Gagah. Tari ini merupakan termasuk gerakan dasar yang mengusung pesan maskulinitas dari diri seorang raja.
“Tari ini bermula dari seorang raja yang harus bersolek tapi bersoleknya secara gagah tidak seperti
kaum wanita,” kata koreografer Kina Dance, Agus Sukina, saat ditemui Harian Jogja di Jalan Mangkubumi, Minggu (22/9/2013).
Tari ini pada umumnya dimainkan di gedung pertunjukan atau dalam lingkungan kraton. Kendati baru pertama kali tampil di jalanan, penari tidak grogi. Mereka tidak menggubris perhatian pengguna lalu lintas yang tertuju pada setiap lekuk tubuh yang mereka peragakan.
“Pentas ini sekaligus untuk meresapi kembali esensi dari joget Mataram, yakni greget, sawiji, sengguh dan ora mingkuh, yang intinya selalu berkonsentrasi dan tidak terpengaruh gangguan dari luar,” beber Agus.
Aksi Kina Dance merupakan bagian dari perhelatan Jogja Internasional Street Performance (JISP) yang pada tahun ini mengusung konsep tampil di jalanan, sepanjang Jalan Mangkubumi sampai Malioboro.
Menurut Agus, tantangan panitia JISP dengan mengajak peserta tampil di jalanan secara tidak langsung menjadi sebuah kampanye bagi Jogja dalam mendapatkan predikat sebagai kota tari.
Namun, di satu sisi, ia melihat kalau gedung pertunjukan yang ada di Jogja masih minim padahal komunitas tari di Jogja menjamur. “Pemerintah tidak usah bingung-bingung mengelola dana keistimewaan [Danais]. Bangun saja gedung pertunjukan yang banyak,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penjelasan KNKT Terkait Pesawat Jatuh di Lapangan Sunburst Bumi Serpong Damai
Advertisement
Rekomendasi Menikmati Sendratari dan Pertunjukan Wayang di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Panduan Jalur Trans Jogja, Melewati Kampus, Malioboro, Terminal Giwangan hingga Prambanan
- IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di Sleman
- 2 Nelayan Pantai Sadeng Gunungkidul Hilang Misterus, Begini Kronologinya
- Anak Muda Diedukasi Jadi Pengusaha Lewat Event Lari Pejuang Run 2024 di UGM
- Tabrak Pohon, Warga Bantul Meninggal Dunia di Jalan Paris-Panggang
Advertisement
Advertisement