Advertisement
KONFLIK WATUKODOK : Warga Terus Dihantui Isu Penggusuran
Advertisement
Konflik watukodok dan kemungkinan penggusuran dikhawatirkan warga.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Puluhan pedagang di Pantai Watukodok, Dusun Kelor Kidul, Kemadang, Tanjungsari resah adanya upaya pengusuran lahan oleh investor. Kabar pengusuran ini terus beredar setiap hari, sehingga warga terus berjaga-jaga. (Baca Juga : http://jogja.solopos.com/baca/2015/05/24/konflik-watukodok-dewan-siap-sowan-ke-kraton-607446">KONFLIK WATUKODOK : Dewan Siap Sowan ke Kraton).
Advertisement
Salah seorang pedagang Sakim mengakui, jika sejak dua pekan yang lalu isu penggusuran di Watukodok terus mencuat. Hal ini terjadi karena adanya seorang investor yang memiliki surat kekancingan dari Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat.
“Sudah dua malam saya tidur di sini. Hampir tiap hari ada isu penggusuran dari investor. Misalnya hari ini [kemarin] akan ada rencana penggusuran pada pukul 12.00 WIB, namun hal tersebut tidak terjadi,” kata Sakim saat ditemui wartawan di area Pantai Watukodok, Rabu (27/5/2015).
Menurut dia, berembusnya isu penggusuran membuat para pedagang khawatir. Sakim takut jika rencana tersebut terjadi maka akan mematikan usaha yang selama ini digeluti warga.
“Meski kami tidak memiliki surat kekancingan, tapi kami memiliki peran dalam memopulerkan tempat ini. jadi sampai kapan pun akan mempertahankan tempat usaha kami,” kata Sakim lagi.
Hal senada juga diungkapkan Samidi, warga Kelor Kidul yang lain. Menurut dia, meski investor memiliki surat kekancingan. Namun nyatanya dalam surat tersebut tidak disebutkan secara pasti tanah mana yang akan dibangun. Sebab di tempat itu ada tiga kawasan yang meliput Watukodok, Kapen dan Belang.
“Kalau yang Watukodok itu hanya bukit di sebelah barat saja. Tapi kalau dilihat dari perencanaannya, yang akan dibangun malah di kawasan Kapen, tempat yang kami gunakan untuk berjualan,” papar Samidi.
Kejanggalan lain, menurut dia, di kekancingan itu hanya menerangkan lahan seluas dua hektare. Padahal luas keseluruhan wilayah mencapai enam hektare, anehnya smuah lahan ini akan digunakan investor untuk dibangun penginapan dan restoran.
“Makanya kami terus ngotot untuk bertahan, sebab di dalam kekancingan itu banyak sekali kejanggalan. Jadi sampai kapan pun kami akan mempertahankan tempat ini,” seru dia.
Untuk diketahui, meski pariwisata di Watukodok baru menggeliat di 2010 lalu, namun keberadaan warga di kawasan itu sudah sejak puluhan tahun yang lalu. menurut pengakuan Narto Ngatijan, sudah menempati tempat itu selama tiga periode kepemimpinan kepala desa di Kemadang.
“Sudah lama, karena saya hanya meneruskan garapan dari orang tua saya, Kerto Kliwon. Ayah saya masuk sekitar tahun 1949, dan masuk tiga orang pertama yang masuk kawasan ini,” aku Narto.
Dia menjelaskan, kondisi saat ini sudah banyak berubah, sebab dulu wilayah Watukodok hanya berbukit-bukit dan ditumbuhi tanaman liar. “Ya dulu tidak ada yang berani tinggal, karena semua takut. Namun seiring perkembangan wisata, warga mulai membuka tempat usaha,” ungkapnya.
Konflik perebutan lahan di Watukodok mencuat dengan dikeluarkannya Surat Perjanjian Pinjam Pakai Tanah Milik Sri Sultan Hamengku Buwono Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat No 020/HT/KPK/2013 tertanggal 27 Juli 2013. Dalam surat tersebut dijelaskan, bahwa Enny Supiani diberikan hak untuk menggunakan tanah Sultan Grond di Pantai Watukodok. Hingga berita ini diturunkan, pihak Enny belum bisa dikonfirmasi. Sebab, wacana penggusuran kemarin, tidak terealisasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Dorong Sertifikasi Usaha Mikro, KemenkopUKM Memperkuat Sinergi Lintas Sektor
- Rakor Puspom TNI-Polri Bahas Pemakaian Pelat Dinas hingga Bentrok Antar-Anggota
- Dilaporkan Hilang, Warga Tasikmadu Karanganyar Ditemukan dalam Kondisi Linglung
- Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Indonesia On-Track Capai Visi Indonesia Emas
Berita Pilihan
Advertisement
BMKG Pastikan Udara Panas di Indonesia Akhir-akhir Ini Bukan Heatwave, Ini Penjelasannya
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Stok Darah PMI DIY Minggu 1 Mei 2024 dan Jadwal Donor Darah
- Unjuk Rasa di Tugu Jogja, Ini Tuntutan Serikat Buruh pada Momen May Day
- Hari Buruh, Korban Apartemen Malioboro City Demo Perjuangkan Hak Kepemilikan
- Pemkot Jogja Masih Menunda Pembangunan TPS 3R di Piyungan, Ini Alasannya
- Peringati May Day, Pemkot Jogja Dorong Pekerja Tingkatkan Hard Skill dan Soft Skill
Advertisement
Advertisement