Advertisement
Orang Tua di Jogja Diingatkan Jangan Suka Memberi Junk Food pada Balita
Advertisement
Gizi berlebih menjadi persoalan balita di perkotaan.
Harianjogja.com, JOGJA--Gaya hidup modern memunculkan masalah gizi berlebih balita di Kota Jogja. Kebiasaan mengonsumsi makanan siap saji alias junk food bagi anak-anak memunculkan risiko sejumlah penyakit kronis.
Advertisement
Sekretaris Dinas Kesehatan Jogja, Agus Sudrajat mengatakan gizi berlebih menjadi permasalah tersendiri selain kondisi gizi buruk di kalangan balita. Kondisi ini dipicu adanya kebiasaan mengonsumsi junk food yang semakin tinggi di masyarakat. "Dengan kondisi gizi berlebih maka penyakit yang muncul sebagai imbasnya juga banyak sekali," katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (6/1/2018).
Fenomenanya saat ini ialah orang tua cenderung lebih mudah memberikan makanan siap saji kepada anak-anaknya. Selain itu, makanan yang kurang sehat itu kini juga lebih banyak dan bebas dijual sehingga membutuhkan pengawasan lebih. Hanya saja, Agus menilai masyarakat masih banyak yang belum menyadari buruknya perilaku mengonsumsi junk food ini.
Hal ini kembali lagi pada pola asuh yang salah sehingga makanan yang diberikan tidak baik bagi kesehatan anak. Selain dari bahan makanannya sendiri, cara menyiapkannya juga seharusnya menjadi pertimbangan. Agus mencontohkan makanan yang digoreng dengan minyak yang berulang kali digunakan menjadi salah satu sumber penyakit dan juga banyak terjadi di perkotaan.
Salah satu penyakit yang bisa muncul adalah hipertensi, jantung, dan diabetes. Hal ini tentunya semakin berbahaya apabila diidap balita sejak usia dini. Pasalnya, upaya untuk penyembuhannya juga relatif sulit dan mahal. Karena itu, akan lebih baik apabila masyarakat perkotaan menyadari hal ini dan mengubah gaya hidup.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kota Jogja, Riska Novriana mengatakan angka prevelensi gizi berlebih di Kota Jogja mencapai angka 4,3 pada 2016 lalu. Sedangkan untuk 2017, angka gizi lebih mencapai 4,14 dari jumlah balita di Kota Jogja yang berkisar 17.000 anak. Pihaknya sendiri berusaha menekan angka gizi berlebih ini dengan melakukan sosialisasi agar kualitas konsumsi masyarakat semakin baik.
Salah satu hal yang kerap menjadi masalah juga karena minimnya aktivitas fisik yang dilakukan. Riska menjelaskan orang di Indonesia memang cenderung memiliki kesadaran yang rendah soal olahraga. Namun, beberapa waktu belakangan hal ini dianggap berubah dan kesadarannya mulai meningkat.
Untuk wilayah perkotaan, keterbatasan ruang terbuka dan fasilitas olahraga yang mudah dan murah menjadi salah satu penyebab kurangnya kegiatan olahraga. Karena itu, ia menilai dibutuhkan lebih banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kegiatan olahraga seperti car free day untuk masyarakat perkotaan. "Acara itu kan jadi kesempatan untuk berolahraga bagi masyarakat, murah pula," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Pelatih Masih Yakin Garuda Pertiwi Berprestasi di Piala Asia Putri U-17
- Piala Asia Putri U-17: Jepang Tekuk Thailand 4-0, China Kandaskan Australia 3-0
- Persija Tolak Berlaga di Turnamen ACC, Pilih Fokus Siapkan Tim untuk Liga 1
- Kena Pasal Berlapis, Pembunuh Pengusaha Tembaga Boyolali Terancam Hukuman Mati
Berita Pilihan
Advertisement
Gugatan Kubu Pontjo Sutowo Ditolak PTUN, Penyegelan Hotel Sultan Sah
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Jogja Solo Selasa 7 Mei 2024, dari Stasiun Tugu hingga Maguwo
- Jadwal KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur Hari Ini, Selasa 7 Mei 2024
- Jadwal Lengkap KA Prameks Jogja Kutoarjo, Keberangkatan Selasa 7 Mei 2024
- Jadwal Pemadaman Listrik Hari Ini Selasa 7 Mei 2024: Giliran Sleman, Bantul, dan Gunungkidul
- Prakiraan Cuaca Seluruh Wilayah DIY Cerah Berawan Hari Ini, Cocok untuk Piknik
Advertisement
Advertisement