Advertisement
Di DIY Hanya Ada 27 Petani Garam, Mimpi Jadi Produsen Garam Premium Jauh dari Nyata
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Impian DIY menjadi produsen garam premium terkemuka nampaknya masih jauh dari kenyataan. Jumlah petani garam yang sedikit, lahan yang terbatas dan produksi yang minim adalah sederet permasalahan yang menghadang.
Dari data yang dimiliki Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, jumlah petani garam di DIY hanya berjumlah 27 orang. Mereka ini tergabung dalam satu kelompok dan biasa bertani di Pantai Sepanjang, Gunungkidul.
Advertisement
Rata-rata mereka hanya mampu memproduksi garam sebanyak 300 kilo setahun, sebab beberapa tahun terakhir, musim kemarau di Indonesia cenderung basah.
Petani-petani garam di Pantai Sepanjang bukan merupakan petani tulen. Mereka adalah pensiunan nelayan yang sudah tak mampu lagi berlayar. Lahan yang mereka garap hanya seluas 3.000 meter persegi, yang sebagian besarnya masih ditanami padi.
Kepala Seksi Teknis Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Catur Nur Amin mengatakan, tahun ini Pemda DIY menargetkan ada perluasan lahan pertanian garam di Pantai Sepanjang sampai 2 hektare. Tapi, yang baru terealisasi hanya 3.000 meter persegi.
Tidak mudah untuk melakukan perluasan, sebab lahan-lahan di sekitaran Pantai Sepanjang banyak dimanfaatkan untuk keperluan wisatawan. Tanah di sana tidak dimiliki oleh swasta, tapi milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Gubernur DIY Sri Sultan HB X sudah menyampaikan tanah tersebut bisa untuk ladang garam.
“Tapi meski begitu, kan tetap ada penggarapnya. Jadi perlu ada pendekatan terlebih dahulu. Lahan memang jadi permasalahan tersendiri,” ucap Catur di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Senin (16/4/2018).
Selain lahan, permasalahan mendasar yang juga jadi masalah adalah budaya. Menurut Catur, orang pesisir DIY baru mulai akrab dengan dunia nelayan sejak 1980-an. Petani garam di DIY mulai muncul pada 2013 silam. Itu pun hasil pelatihan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY.
Ketika itu Dinas Kelautan dan Perikanan DIY menginisiasi diversifikasi usaha bagi para pelaut. Karena untuk melaut ada masa-masa pacekliknya sendiri. Saat masa paceklik tiba, biasanya nelayan tidak bisa menghasilkan cukup uang. Oleh sebab itulah Dinas Kelautan dan Perikanan DIY merasa perlu ada penganekaragam usaha.
Namun, hasil dari pelatihan perdana itu tak bertahan lama. Kelompok yang sempat eksis hanya bisa bertahan sampai 2014. Lalu pada tahun yang sama, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY kembali mengadakan pelatihan. Kelompok di Pantai Sepanjang adalah hasil dari pelatihan itu.
Kelompok petani garam di Pantai Sepanjang sempat tidak mendapat perhatian dari Pemda DIY. Tapi sejak meluasnya krisis garam pada 2017 silam. HB X langsung turun ke lapangan dan siap memberikan bantuan.
Hanya saja bantuan tahap awal yang berjumlah Rp300 juta untuk kelompok petani Pantai Sepanjang turun di saat yang tidak tepat, yakni Desember. Bulan-bulan di mana hujan turun dengan derasnya. Akhirnya, mereka lebih memilih menanam padi terlebih dahulu. “Tapi nanti Mei atau April panen, jadi lahan yang 3.000 itu bisa digunakan semuanya.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Timnas Wanita U-17 Indonesia Babak Belur Dihajar Filipina 6-1 di Gianyar Bali
- Berita Duka: Mantan Bupati Bantul Suharsono Meninggal, Dimakamkan di TMP Bantul
- Daftar 23 Caleg Terpilih DPRD Wonogiri Non-PDIP, Terbanyak dari Partai Golkar
- PSSI Terus Lobi Klub Elkan Baggott & Justin Hubner Jelang Laga Timnas vs Guinea
Berita Pilihan
Advertisement
Muhadjir Sebut Jokowi Perintahkan Para Menteri untuk Bangun Rest Area Lebih Banyak
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Manfaatkan Sampah Rumah Tangga, Kelurahan Cokrodiningratan Latih Warga Bikin Kompos dengan Biopori
- Pemda Ajak Kadin DIY Menekan Kemiskinan Ekstrem
- Cara Membeli Tiket Kereta Bandara YIA, Biaya Hanya Rp20.000
- Berikut Jadwal Lengkap KA Prameks Jogja Kutoarjo Selama Mei 2024
- Jadwal Keberangkatan Bus Damri untuk Jogja dan Sekitarnya, Cek di Sini
Advertisement
Advertisement