Advertisement

Ini Sejarah Letusan Merapi dari Freatik ke Magmatik

Newswire
Selasa, 22 Mei 2018 - 21:50 WIB
Bhekti Suryani
Ini Sejarah Letusan Merapi dari Freatik ke Magmatik Catatan seismograf stasiun Pusunglondon letusan freatik merapi. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan belum ada pergerakan magma pada erupsi freatik Merapi yang terjadi pada Senin (21/5/2018) hingga Selasa (22/5/2018) dinihari. BPPTKG membeberkan sejarah letusan freatik Merapi.

Meskipun status Gunung Merapi sudah dinaikkan menjadi waspada sejak Senin pukul 23.00 WIB, namun Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta belum mendeteksi indikasi pergerakan magma.

Advertisement

"Belum ada indikasi pergerakan magma. Namun, kami masih terus melakukan pengecekan laboratorium terhadap material yang terlontar saat erupsi freatik," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida di Jogja, Selasa (22/5/2018).


Salah satu faktor yang menyebabkan BPPTKG menaikkan status Gunung Merapi dari normal ke waspada adalah munculnya gempa tremor setelah erupsi freatik yang terjadi pada Senin pukul 17.50 WIB dan kemudian muncul kembali saat terjadi erupsi freatik pada Selasa pukul 01.47 WIB.

Tremor tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk di antaranya tekanan gas yang cukup tinggi bercampur dengan baragam material seperti abu yang kemudian naik ke atas.

Selain itu, lanjut Hanik, BPPTKG juga tidak mendeteksi adanya deformasi atau pembesaran badan gunung berdasarkan hasil pengamatan dari electronic distance measure (EDM) yang ditempatkan maupun dari GPS.

Sebelumnya, terjadi letusan freatik dengan interval yang hampir sama yaitu tujuh hingga delapan jam. Dimulai pada Senin pukul 01.25 WIB, berulang pukul 09.38 WIB dan disusul letusan pada 17.50 WIB serta kembali terjadi letusan pada Selasa pukul 01.47 WIB.

"Sekarang, sudah tenang kembali. Tetapi masyarakat tetap harus waspada," katanya.

Sementara itu, Staf Ahli Geologi BPPTKG Dewi Sri mengatakan, salah satu indikator munculnya pergerakan magma di Gunung Merapi adalah munculnya api diam atau bara.

"Sejak terjadi erupsi freatik akhir-akhir ini, bara tersebut belum terlihat. Sedangkan tekanan gas yang muncul bisa saja disebabkan dari sisa-sisa proses penguapan. Namun, perlu dilihat secara jelas dari hasil pengecekan laboratorium," ujarnya.


Kondisi yang saat ini terjadi di Gunung Merapi, lanjut dia, hampir sama seperti kondisi yang terjadi pascaletusan besar pada 1872. BPPTKG mengkategorikan letusan 2010 hampir sama seperti letusan 1872.

Pascaletusan 1872 juga diikuti dengan letusan-letusan freatik selama beberapa tahun dan kemudian terbentuk kubah lava pada 1883.

BPPTKG juga sudah melakukan pemodelan mengenai kemungkinan aktivitas Merapi setelah letusan besar 2010 yaitu diawali dengan munculnya letusan freatik dan akan dilanjutkan dengan munculnya aktivitas magmatis.

"Dalam sejarah Merapi, memang sempat terjadi letusan freatomagmatik pada 1931 yang didahului dengan runtuhnya kubah lava baru kemudian terjadi letusan magmatis. Apakah sekarang seperti itu atau tidak, kami pun tidak dapat memastikannya," imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mau Mengikuti Rangkaian Acara Waisak di Candi Borobudur? Simak Aturannya!

News
| Jum'at, 17 Mei 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement