Advertisement
Dana Desa Bakal Bisa Dikreditkan untuk Atasi Rentenir
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Pemerintah akan menambah dana desa untuk tahun anggaran 2019 mendatang. Selain pembangunan infrastruktur, dana tersebut didorong agar bisa dimanfaatkan sebagai kredit lunak untuk mengatasi persoalan rentenir di pedesaan.
Anggota Komisi V DPR RI Idham Samawi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi keinginan desa di DIY untuk menggunakan dana desa sebagai kredit lunak. Prosesnya bisa dilakukan penguatan lebih dahulu pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Pemanfaatan kredit lunak tersebut diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Advertisement
"Saya di DPR RI siap memfasilitasi itu, tetapi syaratnya desa yang serius ya agar mendapatkan penguatan BUMDes yang satu desa bisa Rp50 juta," ungkapnya dalam diskusi di tentang peran strategis desa di salah satu hotel di Kota Jogja, Sabtu (20/10/2018).
Sebelumnya Presiden Jokowi Widodo menyatakan anggaran dana desa pada 2019 mendatang akan ditambah menjadi Rp73 triliun. Jumlah itu meningkat dari 2018 ini yang hanya sebesar Rp60 triliun.
Idham Samawi menegaskan dana desa yang dipakai untuk kredit lunak bisa untuk mengatasi persoalan rentenir. Ia meyakini rentenir masih ada di mana saja termasuk DIY.
Dana desa dipinjamkan dengan bunga 0,9% akan lebih meringankan usaha masyarakat dibandingkan pinjaman rentenir dengan bunga di atas 10%. Melalui BUMDes, dana tersebut harus bisa dipakai untuk menyantuni pihak yang terjerat rentenir.
"Sampai hari ini harus kita akui, rentenir itu masih ada, bahkan dari sabang sampai Merauke dengan bunga di atas 10%, kalau lewat dana desa ini hanya 0,9% misalnya. Ini bisa membantu mereka yang terjerat rentenir," katanya.
Idham mengakui penyerapan dana desa memang belum maksimal, baru berkisar 60%. Hal itu menurutnya wajar karena pemanfaatan dana desa tergolong baru dengan jumlah fantastis mencapai miliaran dari sebelumnya hanya ratusan juta. Pihaknya mendorong kepada pemerintah agar memberikan pendampingan secara berkelanjutan karena, desa yang tidak terbiasa membuat perencanaan dan laporan maka akan kesulitan.
"Soal ini DIY tidak masalah seharusnya karena ada banyak perguruan tinggi seperti UGM dan anggaran untuk pendampingan itu sangat dimungkinkan. Sebaliknya kepala desa jangan alergi berkomunikasi dengan perguruan tinggi," ujarnya.
Peneliti IRE yang juga Sosiolog UGM Arie Sujito menegaskan dana desa harus bisa menggerakkan ekonomi desa dan partisipasi warga. Jangan sampai desa hanya sibuk soal urusan administrasi saja. Oleh karena itu pentingnya pendampingan administratif pemanfaatan dana desa.
Karena ada jurang pemisah yang tinggi antar desa, beberapa desa ada yang diberikan sosialisasi sekali saja langsung bisa menerapkan namun banyak juga yang tidak memahami soal pembuatan laporan dan perencanaan.
Ia menyarankan perlunya pendampingan organik di setiap desa dengaj memanfaatkan pemuda desa baik yang sudah lulusa dari sekolah menengah maupun berstatus mahasiswa.
"Di DIY ini sekarang sudah banyak desa yang kreatif, tugas pemerintah daerah ini mensupervisi agar desa berdaya. Awalnya pemanfaatan dana desa ini awalnya memang untuk infrastruktur tetapi makin kesini, sekarang untuk pemberdayaan ekonomi, BUMDes dan lainnya," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Legitnya Es Dawet Legendaris di Pasar Gede, Pembayaran Praktis Bisa Pakai QRIS
- Refleksi Kepemimpinan Walkot Madiun: Perkuat Ekonomi dari Sektor Wisata & UMKM
- Ayo Nobar! Videotron Susu Murni Boyolali bakal Putar Semifinal Piala Asia U-23
- PDIP Sukoharjo Segera Buka Pendaftaran Cabup-Cawabup, Ini Jadwalnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Potensi Wisata Offroad Mulai Diminati Segmen Komunitas dan Keluarga di Jogja
- Sastrawan Joko Pinurbo Wafat di Usia 61 Tahun
- Pengusaha Bakpia Ramaikan Bursa Pilkada Jogja 2024
- Profil dan Sepak Terjang Joko Pinurbo, Penyair Kenamaan yang Wafat di Usia 61 Tahun
- Menhub Budi Karya Ajak Masyarakat Manfaatkan Kereta Bandara YIA
Advertisement
Advertisement