Advertisement
AKTIVITAS MERAPI: Pertumbuhan Kubah Lava Sesuai Skenario
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Gunung Merapi memasuki fase erupsi magmatis sejak 11 Agustus 2018 lalu yang ditandai dengan munculnya kubah lava. Hal ini menunjukkan erupsi 2018 ini bersifat efusif dan sesuai dengan skenario di mana aktivitas paska letusan 2010 cenderung mengikuti kronologi aktivitas pascaletusan 1872.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menjelaskan pascaletusan 1872 kubah lava baru muncul pada 1883 atau 11 tahun kemudian. Sedangkan pascaletusan 2010, kubah lava baru muncul pada tahun ini atau delapan tahun kemudian.
Advertisement
Dalam fase erupsi efusif ini maka pemantauan visual perkembangan kubah lava dan kestabilan lereng menjadi aspek pemantauan yang krusial dan prioritas. "Kubah lava muncul tepat di tengah rekahan kubah lava 2010 dan tumbuh secara simetris. Volume kubah per 22
November 2018 mencapai 308.000 meter kubik dengan laju sekitar 3.000 meter kubik per hari terhitung dari awal munculnya," katanya melalui rilis yang diterima Harianjogja.com, Senin (26/21/2018).
Seiring dengan pertumbuhan kubah lava guguran lava mulai terjadi pada tanggal 22 Agustus 2018 yang dominan mengarah ke barat laut dalam area kawah. Material kubah lava 2018 saat ini sudah mencapai batas permukaan kubah lava 2010 hampir di semua arah termasuk pada arah bukaan kawah.
"Ini memungkinkan guguran material kubah dapat langsung meluncur ke luar kawah seperti yang terjadi pada tanggal 23 November 2018. Di tanggal itu berhasil diamati setidaknya ada empat kali guguran lava mengarah ke bukaan kawah, hulu Kali Gendol dengan jarak terjauh 300 meter," ucap dia.
Lebih lanjut, kata Kasbani, data pemantauan menunjukkan aktivitas vulkanik yang cukup tinggi yang menandakan masih berlangsungnya suplai magma. Berdasarkan laporan mingguan tanggal 16-22 November, tercatat kegempaan Gunung Merapi sebanyak 28 kali gempa hembusan (DG), dua kali gempa vulkanik dangkal (VTB), dua kali gempa fase banyak (MP), 261 kali gempa guguran (RF), dan 21 kali gempa low frequency (LF). "Jika kubah lava terus mengalami pertumbuhan maka kejadian guguran lava ini akan terus terjadi dan meningkat intensitasnya seiring dengan meningkatnya aktivitas kubah lava," katanya.
Untuk saat ini intensitas guguran masih rendah dengan potensi material yang juga masih kecil sehingga belum membahayakan penduduk. Berdasarkan pemodelan jika sebagian besar volume material kubah lava saat ini runtuh, maka awan panas dapat meluncur ke arah Kali Gendol sejauh 2,2 kilometer. "Perhitungan ini berdasarkan asumsi kondisi kubah lava tidak stabil," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Pelatih Masih Yakin Garuda Pertiwi Berprestasi di Piala Asia Putri U-17
- Piala Asia Putri U-17: Jepang Tekuk Thailand 4-0, China Kandaskan Australia 3-0
- Persija Tolak Berlaga di Turnamen ACC, Pilih Fokus Siapkan Tim untuk Liga 1
- Kena Pasal Berlapis, Pembunuh Pengusaha Tembaga Boyolali Terancam Hukuman Mati
Berita Pilihan
Advertisement
Gugatan Kubu Pontjo Sutowo Ditolak PTUN, Penyegelan Hotel Sultan Sah
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Jogja Solo Selasa 7 Mei 2024, dari Stasiun Tugu hingga Maguwo
- Jadwal KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur Hari Ini, Selasa 7 Mei 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA Xpress dan Reguler per 7 Mei 2024
- Jadwal Lengkap KA Prameks Jogja Kutoarjo, Keberangkatan Selasa 7 Mei 2024
- Jadwal Pemadaman Listrik Hari Ini Selasa 7 Mei 2024: Giliran Sleman, Bantul, dan Gunungkidul
Advertisement
Advertisement