Advertisement
Komunitas Seni Tertua Ini Tampilkan Pentas Drama Unik, Apa Itu?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Sebagai komunitas seni tertua di DIY, Sanggar Bambu terus eksis. Dalam memperingati 60 tahun mereka berkarya, komunitas yang beranggotakan seniman lintas genre itu menggelar pentas drama.
Tak biasa, pergelaran drama yang mereka gelar kali ini bakal dibesut oleh lima orang sutradara sekaligus. Dalam pentas bertajuk Ronggolawe Makar itu, kelima sutradara bakal menukangi lima fragmen yang berbeda-beda.
Advertisement
“Kelima fragmen itu masing-masing adalah Jaman Old, Jaman Now, Monolog, Narasi, dan Dialog Metafisis,” kata Totok Buchori, Ketua Sanggar Bambu saat berkunjung ke Griya Harian Jogja, Selasa (8/1).
Kelima sutradara itu, kata dia, di antaranya adalah sutradara Teater Gandrik, Jujuk Prabowo; seniman teater Luwi Darto, aktor teater Lita Pauh Indrajaya; dan seniman teater senior Untung Basuki.
Dia mengatakan naskah Ronggolawe Makar diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Joko Santosa. Tak tanggung-tanggung, naskah pentas itu digarap oleh dua tokoh sastra dan budaya DIY, yakni Aprianus Salam dan Indra Tranggono.
Rencananya, kata dia, pentas berdurasi sekitar 1,5 jam itu akan digelar pada Mei mendatang di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta.
Salah satu sutradara pementasan, Untung Basuki mengatakan setidaknya ada 50 lebih aktor teater akan terlibat dalam pementasan tersebut. Dia menjelaskan dalam pementasan itu nantinya akan memanfaatkan lima setting spot yang berbeda dalam satu panggung. “Kelima setting itu akan mewakli masing-masing fragmen,” kata dia.
Menurut dia, Ronggolawe Makar menjadi sebuah penanda istimewa masa 60 tahun Sanggar Bambu berkesenian. Meski Ronggolawe Makar berakar dari kisah sejarah, namun dia menegaskan pementasan tersebut bakal dikemas secara kontemporer. “Jadi pementasan itu tidak sepenuhnya jadi pentas teater tradisi. Kami akan mengemasnya secara berbeda,” ucap seniman yang kerap mementaskan musikalisasi puisi itu.
Sekadar diketahui, Sanggar Bambu merupakan komunitas seni yang didirikan oleh sejumlah seniman lintas genre, seperti Soenarto Pr, Kirdjomulyo, dan Danarto pada 1 April 1959.
Sebagai komunitas seni, nama Sanggar Bambu tak bisa dipandang remeh bagi perkembangan seni di Indonesia. Di antaranya sejumlah patung monumen yang tersebar di beberapa kota, salah satunya monumen Ahmad Yani di Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Penjelasan KNKT Terkait Pesawat Jatuh di Lapangan Sunburst Bumi Serpong Damai
Advertisement
Rekomendasi Menikmati Sendratari dan Pertunjukan Wayang di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Anak Muda Diedukasi Jadi Pengusaha Lewat Event Lari Pejuang Run 2024 di UGM
- Tabrak Pohon, Warga Bantul Meninggal Dunia di Jalan Paris-Panggang
- Siswa SD Asal DIY Ikut Berpartisipasi World Water Forum di Bali, Sampaikan Kreativitas Terkait Air
- Perangkat Kalurahan Muntuk Dlingo Terseret Kasus Korupsi, Lurah Segera Tunjuk Pj
- Bawaslu Bantul Buka Lowongan Pengawas Desa untuk Pilkada 2024, Honor Rp1,1 Juta
Advertisement
Advertisement