Advertisement
Dusun Klepu dan Soropati Terancam Longsor
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo tahun ini membuat kajian potensi ancaman bencana tanah longsor di kawasan perbukitan Menoreh.
Kajian itu menggandeng Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada dalam pelaksanaannya. Hasilnya, belasan rumah di Dusun Klepu, Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang dan Dusun Soropati, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap menjadi wilayah rawan longsor.
Advertisement
Potensi bencana tanah longsor di Klepu mengancam 13 rumah warga sementara hasil mitigasi awal di Soropati, terdapat retakan tanah yang mengacam tiga rukun tetangga (RT) dengan warga terdampak sebanyak 162 orang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulonprogo Hepy Eko Nugraha mengungkapkan wilayah yang terdapat retakan tidak berlanjut hingga kejadian tanah bergeser. Meski begitu, ada rekomendasi untuk merelokasi satu rumah dan saat ini telah dilakukan secara mandiri.
Untuk mengurangi ancaman, BPBD mengagendakan pengurukan tanah di titik retakan dan dibuatkan saluran drainase. Kepada warga di sekitar lokasi bencana tanah longsor, Hepy mewanti-wanti untuk waspada.
Arahan dari forum warga tangguh bencana di daerah rawan harus diindahkan terutama saat mengingatkan warga agar mengungsi jika terjadi hujan lebat secara terus menerus. “Kalau ada kejadian hujan lebat secara terus menerus, langsung mengungsi dan berkoordinasi dengan BPBD dan tim lainnya," kata Hepy, Selasa (15/1/2019).
Kajian potensi bencana tanah longsor juga pernah dilakukan di Dusun Jeruk, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh pada 2017 lalu. Saat itu, sebanyak tujuh rumah direlokasi karena berada di kawasan potensi tanah longsor.
Selang setahun, pada 2018, BPBD Kulonprogo bersama Fakultas Geologi UGM kembali membuat kajian. Waktu itu, di Dusun Ngrancah, Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo diketahui terdapat retakan tanah yang mengancam 14 rumah. Hasil kajian Fakultas Geologi UGM, di lokasi itu harus dibuatkan saluran drainase dan penutupan. Saat ini, situasinya sudah tidak ada pergeseran tanah dan tidak ada relokasi.
Di tahun yang sama kajian serupa dilakukan di Dusun Sulur, Desa Sidoarjo, Kecamatan Samigaluh. Di wilayah tersebut ditemukan retakan tanah yang disebabkan drainase tidak baik dan ada kolam. Hasil kajian itu kemudian disampaikan ke warga, dan sepakati untuk dibuat drainase serta penutupan kolam. Saat ini, acaman tanah retak dapat diantisipasi tetapi tetap dalam pemantauan BPBD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Intip Kekuatan Uzbekistan U-23: Tersubur, Belum Kebobolan, 3 Bermain di Eropa
- 891 Mahasiswa UIN Salatiga Diwisuda, Rektor: Wisuda Selanjutnya Luluskan Doktor
- Benarkah Minum Teh setelah Makan Berbahaya Bagi Kesehatan? Ini Penjelasannya
- Nicholas Saputra Beberkan Pengalaman Syuting Serial Secret Ingredient
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Tarik Kunjungan Wisatawan ke Kotabaru, Pemkot Jogja Menggelar Kotabaru Ceria, Catat Tanggalnya
- Peringatan HKB DIY 2024, Sukarelawan dan ASN Ikut Aksi Donor Darah
- Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja
- Viral Hansip hingga Driver Gojek Nonton Timnas Indonesia U-23 saat Melawan South Korea U-23 Piala Asia 2024 di Qatar
- Jadwal Kereta Bandara YIA Sabtu 27 April 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Advertisement