Advertisement
Peh Cun sebagai Ingatan Cinta Tanah Air
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Festival Perahu Naga yang direncanakan akan berlangsung pada Sabtu (22/6) – Minggu (23/6) selain memberi wadah pelestarian budaya, juga dongrak pendapatan asli daerah (PAD).
Adapun perayaan Festival Perahu Naga ini dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata DIY dan Bantul, bekerja sama dengan Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia PODSI DIY.
Advertisement
Peserta lomba datang dari Jawa Tengah 11 regu, DIY 13 regu dan satu dari Balikpapan. Total hadiah uang tunai untuk pembinaan total Rp75 juta. Adapun kegiatan mulai dari Race penyisihan di hari pertama. Kemudian hari kedua race semifinal, grand final, dan kegiatan atraksi kesenian, kirab perahu hias.
Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Jimmy Sutanto menceritakan kegiatan Festival Perahu Naga ini merupakan bagian dari peringatan Peh Cun yang diperingati setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek.
Jimmy menceritakan dulu perayaan Peh Cun sempat berhenti, selama Orde Baru. “Di DIY mulai lagi tahun 2.000an dipulihkan lagi itu, dulu sempat berhenti. Mulai itu awalnya persiapan hanya dua minggu. Awalnya di Bendung Tegal Jalan Parangtritis KM 14,” ucap Jimmy, Rabu (19/6).
Sejarah Peh Cun
Jimmy menceritakan awalnya 770 Sebelum Masehi – 221 Sebelum Masehi di Tiongkok tengah selama 500 an tahun itu ada tujuh negara yang saling berebut untuk memimpin Tiongkok.
Salah satunya negara Chu, di negara itu ada pujangga yang bernama Qu Yuan yang terkenal dan kemudian menjadi menteri di negaranya itu. Ia memberikan ide untuk memajukan negara dengan mengusulkan reformasi dan pengembangan negaranya supaya bisa memenangkan perang.
Namun waktu itu ada yang tidak suka dengan dia, dan mendapat fitnah. Lalu diusir lah Qu Yuan. Hingga ia merana dan kemudian ada disekitaran sungai Miluo, ada nelayan yang bertanya mengapa ia terlihat susah, dan menyarankan ia tidak perlu memikirkan negara.
Kemudian pada suatu hari ia mendengar negaranya jatuh. Ia pun yang memiliki rasa cinta pada negaranya lebih memilih bunuh diri dengan memikul batu terjun ke sungai, pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek itu.
Nelayan coba menyelamatkan tetapi tidak bisa tertolong, nelayan itu menyebarkan nasi supaya jasadnya tidak dimakan ikan. Itu berlangsung tahun demi tahun. Nasi ini dibuat menjadi makanan Bakcang dan menjadi tradisi. Setiap peringatan itu juga kemudian diramaikan dengan perahu naga.
“Menjadi tradisi seperti di Jawa kalau nyekar kan ada apem. Jadi Qu Yuan itu bisa menjadi teladan rasa nasionalisme cinta Tanah Air,” ucap Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!
Advertisement
Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Baru KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur, Jumat 19 April 2024
- Libur Lebaran Usai, Berikut Jadwal dan Tarif Terbaru Bus Damri dari Jogja ke Bandara YIA
- Top 7 News Harianjogja.com Jumat 19 April 2024, Timnas Indonesia Kalahkan Australia, Bus Terbakar di Gamping
- Cuaca DIY Hari Ini Jumat 19 April 2024: Jogja, Sleman dan Gunungkidul Hujan Lebat Disertai Petir
- Kapolresta Jogja Klaim Angka Kejahatan Jalanan Dapat Ditekan Selama Libur Lebaran 2024
Advertisement
Advertisement