Advertisement
Pengelola Perpustakaan Tak Boleh Batasi Pengunjung
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Sri Sumekar meminta semua perpustakaan membuka akses seluas-luasnya bagi semua lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan golongan pengunjung. Pengelola harus kreatif mengajak masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan.
Saat ini, perpustakaan harus menjadi lembaga pembelajaran dan kemitraan masyarakat serta mengetahui kebutuhan informasi yang diinginkan masyarakat sekitar perpustakaan, serta menyediakan fasilitas dan akses seluas-luasnya.
“Kalau dulu mungkin ke perpustakaan haru rapi pakai sepatu. Sekarang terbuka semua kalangan golongan manapun. Pakai sandal jepit masuk perpustakaan harus dilayani, " kata Sumekar dalam acara Sosialisasi Pengembangan Program Revitalisasi di Daerah: Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Hotel Grand Dafam, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Rabu (19/6/2019).
Advertisement
Pengelola perpustakaan umum juga diminta tidak hanya pasif menunggu pengunjung atau pemustaka tetapi mendatangkan pengunjung dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam perpustakaan, menjadikan perpustakaan sebagai ajang rekreasi serta dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan yang peduli perpustakaan dan mendukung berbagai kegiatan di perpustakaan.
Sumekar mengatakan sosialisasi pengembangan program revitalisasi di daerah ini diikuti 51 peserta yang terdiri dari pengelola perpustakaan umum desa, pengelola perpustakaan DIY dan beberapa pemangki kepentingan perpustakaan. Sosialisasi berlangsung selama tiga hari ke depan.
Untuk sasaran advokasi langsung ke perpustakaan desa tahun ini sebanyak 300 perpustakaan desa yang tersebar di 21 provinsi. Sumekar berharap peserta sosialisasi dapat mengubah cara pandang dalam mengelola perpustakaan supaya masyarakat mau datang dan memanfaatkan perpustakaan untuk kesejahteraan hidupnya.
Sudarto, salah satu narasumber dalam kegiatan sosialisasi kemarin, mengungkapkan perpustakaan juga harus memperhatikan kondisi sosial masyarakat sehingga koleksi perpustakaan bisa menyesuaikan. Perpustakaan bisa membantu pemustaka meningkatkan kesejahteraan, misalnya dalam menyediakan buku soal budi daya ikan lele maka bisa membantu pemustaka sampai berhasil.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY Monika Nur Lastiyani menambahkan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial di DIY sebenarnya sudah lama diterapkan namun dengan istilah yang berbeda.
Salah satu bentuknya adalah upaya revitalisasi perpustakaan melalui pemberdayaan agar perpustakaan tak sekadar menjadi ruang baca melainkan jadi tempat yang nyaman. Sejak dua tahun terakhir DPAD DIY menggelar bedah buku di desa-desa dengan teman yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Kapolda: Pembunuhan Pengusaha Tembaga Boyolali Libatkan Hubungan Sesama Jenis
- Mitra Binaan Pertamina Patra Niaga JBT Raup Rp30 Juta di Sinergi Karya Usaha
- Tragis! Terobos Perlintasan Sebidang, Pasutri Semarang Tertabrak KA Sembrani
- Lomba Krenova 2024, Puluhan Peserta Pamerkan Karya di Solo Technopark
Berita Pilihan
Advertisement
Jokowi Setuju Tidak Boleh Ada Orang Toxic di Pemerintahan Prabowo-Gibran
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Viral Pesepakbola Radja Nainggolan Naik Becak Keliling Kota Jogja
- Cegah Demam Berdarah, Dinkes Jogja Minta Warga Ganti Bak Mandi dengan Ember
- Calon PPK Kota Jogja untuk Pilkada 2024 Dijadwalkan Tes CAT Besok
- Pemda DIY Akan Buka 2.944 Formasi CPNS dan PPPK di 2024, Ini Rinciannya
- Jadwal KRL Jogja Solo Selasa 7 Mei 2024, dari Stasiun Tugu hingga Maguwo
Advertisement
Advertisement