Advertisement

Petani Tembakau di Gunungkidul Berharap Harga Tidak Anjlok saat Panen

David Kurniawan
Selasa, 16 Juli 2019 - 20:12 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Petani Tembakau di Gunungkidul Berharap Harga Tidak Anjlok saat Panen Sukimin, salah seorang petani tembakau di Desa Bendung, Kecamatan Semin, menyirami tanaman tembakau di lahan miliknya, Selasa (16/7 - 2019).Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Petani tembakau di Gunungkidul berharap harga tembakau dapat terus stabil. Pasalnya, komoditas ini menjadi salah satu tumpuan hidup saat musim kemarau.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Gunungkidul, Sukimin, mengatakan saat ini petani tengah merawat tanaman tembakau. Di Gunungkidul ada beberapa sentra penanaman seperti di Desa Wareng, Kecamatan Wonosari dan Desa Bendung, Kecamatan Semin. “Kebetulan saya tanam di wilayah Desa Bendung dengan cakupan area penanaman tembakau seluas 12 hektare yang digarap 25 anggota kelompok,” kata Sukimin kepada Harian Jogja, Selasa (16/7/2019).

Advertisement

Menurut dia, tanaman tembakau menjadi salah satu tumpuan hidup para petani saat musim kemarau. Dari sisi hasil, ia tidak menampik pendapatan yang diperoleh lebih besar ketimbang tanaman padi atau tanaman pangan lainnya. “Tembakau bisa panen tiga sampai empat kali untuk sekali musim tanam,” katanya.

Disinggung mengenai harga, Sukimin belum bisa memastikan karena saat ini masih pemeliharaan. Namun jika berpatokan pada harga jual di masa panen tahun lalu, harga tembakau mencapai Rp80.000 per kilogram. Dia berharap pada masa panen nanti harga tembakau tetap stabil sehingga petani tetap mendapatkan untung. “Banyak petani yang menggantungkan asa dari hasil panen tembakau. Salah satunya untuk membiayai sekolah anak hingga tingkat perguruan tinggi. Jadi kami berharap harganya jangan anjlok,” katanya.

Menurut Sukimin, penjualan tembakau bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, daun tembakau dijual saat masih basah. Cara ini lebih cepat untuk mendapatkan uang, tapi dari sisi jumlah tidak banyak karena hanya dihargai sekitar Rp9.000 per kilogram. Kedua, memanen daun tembakau untuk kemudian dikeringkan baru dijual. Dari sisi proses, penjualan daun tembakau kering membutuhkan waktu karena petani harus menunggu dan rutin menjemur daun hingga kering. “Butuh waktu tapi dari sisi hasil daun tembakau kering lebih mahal,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Yanto, petani tembakau lain di Desa Bendung. Menurut dia tanaman tembakau sangat membantu petani karena hasil yang didapatkan lebih besar ketimbang tanaman lainnya. “Prospek tanaman tembakau sangat bagus. Jadi kami berharap harganya bisa terus stabil,” katanya.

Untuk masa pemeliharaan Yanto mengaku apabila tanaman tumbuh dengan baik. Meski memasuki musim kemarau, tanaman tidak terganggu karena kebutuhan air untuk pemeliharaan tidak begitu banyak. “Justru kalau banyak air malah tidak baik untuk pertumbuhan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Wapres Ma'ruf Amin Segera Temui Gibran, Ini yang Akan Dibahas

News
| Rabu, 24 April 2024, 13:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement