Advertisement

Sapi Mati Mendadak Diduga Akibat Antraks Kembali Terjadi di Bejiharjo

David Kurniawan
Selasa, 27 Agustus 2019 - 21:07 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Sapi Mati Mendadak Diduga Akibat Antraks Kembali Terjadi di Bejiharjo Petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul berupaya mengubur bangkai sapi milik Sunaryo yang mati mendadak di Dusun Kulwo, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Selasa (27/8/2019)./Istimewa - Dokumen DPP Gunungkidul

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul kembali menerima laporan sapi mati mendadak di wilayah Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, yang masuk kawasan edemik antraks. Kali ini kematian sapi dialami oleh Sunaryo, warga Dusun Kulwo, Desa Bejiharjo. Guna mengantisipasi penyebaran penyakit, selain mengambil sampel petugas langsung mengubur bangkai sapi.

Kepala DPP Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, membenarkan adanya informasi sapi mati secara mendadak di wilayah endemik antraks. Untuk kepastian Bambang mengaku sudah menerjunkan tim guna memeriksa dan mengubur bangkai sapi yang mati. “Setelah diperiksa langsung dikubur,” katanya kepada wartawan, Selasa (27/8/2019).

Advertisement

Meski bangkai telah dikubur, Bambang belum bisa memastikan penyebab pasti kematian sapi. Untuk mengetahui penyebabnya petugas mengambil sampel guna diuji di Laboratorium Balai Besar Veteriner Wates, Kulonprogo. “Saya tidak mau menduga-duga karena untuk memastikan penyebab kematian harus melalui uji laboratorium,” kata mantan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul ini.

Dia menjelaskan, sapi mati secara mendadak diketahui milik Sunaryo. Kematian sapi diketahui pada Selasa dini hari saat pemilik akan memberikan minum. Saat pemilik sampai di kandang sapi betina yang dipelihara selama tiga tahun sudah mati. “Mengetahui sapinya mati pemilik langsung melapor ke kepala dusun setempat. Selanjutnya laporan diteruskan ke petugas kesehatan hewan,” katanya.

Kepala Seksi Kesehatan Veteriner DPP Gunungkidul, Retno Widiastuti, mengatakan langkah paling efektif mencegah penyebaran penyakit pada ternak yang mati mendadak yakni dengan cara mengubur. Menurut dia, cara ini paling efektif karena bakteri di dalam tubuh hewan tidak akan keluar dan mati seiring membusuknya bangkai hewan yang dikubur. “Kalau disembelih justru berbahaya dan potensi penyebaran penyakit lebih luas. Sebagai contoh untuk kasus antraks bisa menyebar bersamaan dengan darah hewan yang disembelih,” katanya.

Untuk mencegah penyebaran antraks di Gunungkidul, selain terus berupaya melakukan pencegahan dengan pemberian vaksin terhadap hewan ternak, DPP Gunungkidul terus menyosialisasikan imbauan agar warga tidak menyembelih hewan yang mati mendadak. “Kami sosialisasikan agar hewan mati mendadak segera dikubur guna mengurangi potensi penyebaran penyakit,” kata Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement