Advertisement
Hasil Panen Jauh dari Harapan, Petani Cabuti Tanaman Tembakau
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL–Petani tembakau di Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, mengeluhkan hasil panen yang tidak sesuai dengan harapan. Selain harga jual yang anjlok, petani juga dipusingkan dengan cuaca ekstrem sehingga tanaman tidak tumbuh dengan maksimal.
Salah seorang petani tembakau di Desa Pampang, Budi Susilo, mengatakan panen tembakau tahun ini tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengah hasil panen di 2018. Menurut dia banyk faktor yang membuat panen tidak sesuai harapan.
Advertisement
Dari sisi perkembangan tanaman, cuaca ekstrem sangat berpengaruh karena tembakau menjadi kurang bagus. Meski termasuk tanaman yang biasa ditanam di saat musim kering, akibat suhu udara panas yang berlebihan membuat tanaman tidak bisa berkembang. Selama kemarau petani juga kesulitan mendapatkan air untuk menyiram tanaman. Menurut dia petani tidak berani membeli air dari truk tangki pengangkut air karena ongkos untuk pemeliharaan bisa membengkak
Untuk satu tangki air dibeli seharga Rp90.000 dan hanya mampu mengairi maksimal 1.500 batang tembakau. Padahal, kata Susilo, tanaman tembakau yang dipelihara bisa mencapa 10.000 batang. “Bisa dihitung berapa uang yang harus dikeluarkan untuk membeli air. Jika tetap nekat petani bisa merugi,” katanya kepada Harian Jogja, Rabu (9/10/2019).
Untuk pemeliharaan petani kesulitan mendapatkan air karena sumur yang dibuat debitnya terus menyusut sehingga tidak dapat untuk menyirami secara keseluruhan. Kondisi ini diperparah dengan hasil yang didapatkan. Meski tidak menyebut angka pasti, namun Susilo memberikan gambaran bahwa idealnya panen bisa dilakukan empat kali. Namun untuk tahun ini banyak petani yang sudah mencabut tanaman tembakau meski baru panen dua kali. “Kami tidak berani menunggu hingga panen empat kali karena biaya untuk pemeliharaan semakin besar. Saat panen kedua kami sekaligus mencabut tanaman,” ujarnya.
Keengganan melanjutkan pemeliharaan juga tidak lepas dari harga tembakau yang anjlok. Untuk tahun ini daun tembakau kering hanya dihargai Rp18.000 per kilogram. Nominal ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang dihargai Rp30.000 per kilogram. “Daripada merugi mending penanaman diakhiri,” kata Susilo.
Petani lainnya, Rohmat, mengatakan tanaman tembakau menjadi salah satu mata pencaharian warga di desanya saat kemarau. Menurut dia tanaman ini sudah dikembangkan sejak 15 tahun yang lalu. Namun untuk penanaman secara besar-besaran baru dilakukan dalam kurun lima tahun terakhir. “Jadi sudah biasa tanam tembakau saat kemarau,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gunung Ibu Halmahera Erupsi, Lontarkan Abu Ketinggian 2 Kilometer
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Ini Tantangan Mendesak UMKM Jogja untuk Naik Kelas
- KPU Jogja Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pilkada 2024, Hadiah Rp18 Juta
- Jadwal Donor dan Stok Darah di Jogja, Selasa 7 Mei 2024
- Alasan Manajemen PSIM Percayakan Seto Sebagai Pelatih Kepala Laskar Mataram
- Dua Pekerja Bangunan di Jogja Tertimpa Cor Beton, Satu Tewas
Advertisement
Advertisement