Advertisement
Ini Analisis BPPTKG terhadap Perkembangan Aktivitas Gunung Merapi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas letusan pada Sabtu (9/11/2019) pukul 06.21 WIB. Sejumlah lokasi di Jawa Tengah yang berdekatan dengan Gunung Merapi dilaporkan hujan abu tipis.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja Hanik Humaida menjelaskan letusan pada Sabtu terekam di seismograf dengan amplitudo 65 milimeter dan durasi 160 detik.
Advertisement
Awan panas letusan meluncur diperkirakan sampai sejauh dua kilometer mengarah ke hulu Sungai Gendol, Sleman. Kolom asap letusan ini diperkirakan tingginya mencapai 1.500 meter dari puncak Merapi dengan condong ke arah barat.
“Akibat letusan ini, hujan abu sempat dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dengan arah dominasi ke barat sejauh 15 kilometer dari puncak. Wilayah yang terdampak hujan abu tipis dilaporkan terjadi di Wonolelo, Sawangan [Magelang] dan Tlogolele, Selo [Boyolali],” katanya, Sabtu.
Sebelumnya, awan panas letusan juga terjadi pada 14 Oktober 2019 pukul 16.31 WIB durasi 270 detik dengan amplitudo tujuh milimeter, terpantau kolom setinggi 3.000 meter persegi dari puncak. Tujuh bulan sebelumnya juga terjadi awan panas guguran pada 2 Maret 2019 sebanyak tujuh kali sejak pukul 04.51 WIB hingga 05.40 WIB dengan jarak luncur maksimal dua kilometer. Letusan pada 2 Maret ini merupakan tercatat paling banyak jumlahnya dalam kurun waktu kurang dari 60 menit, sejak Merapi ditetapkan berstatus waspada sejak 21 Mei 2018.
Hanik menambahkan sejak terjadinya letusan pada 14 Oktober 2019, data pemantauan meningkat pada 25 Oktober 2019 berupa kenaikan jumlah gempa vulkano-tektonik dalam sebanyak 12 kali. Peningkatan itu diikuti dengan kenaikan gempa dangkal kurun waktu tiga hari yaitu pada 26 hingga 28 Oktober 2019.
“Pada 28 Oktober [2019] jumlah gempa vulkano-tektonik dangkal mencapai lima kali, multiphase sebanyak 27 kali, setelah kegempaan menurun dengan jumlah rata-rata untuk VTA [gempa vulkano-tektonik dalam] dan VTB [gempa vulkano-tektonik dangkal] sekali sehari, sedangkan MP lima kali sehari,” ujarnya.
BPPTKG Jogja telah melakukan pengambilan gambar menggunakan drone pada 30 Oktober 2019 di pusat kubah lava terlihat material baru berupa sumbat lava yang terangkat, diduga terkait dengan peningkatan aktivitas pada 25 hingga 28 Oktober 2019.
Peningkatan aktivitas kegempaan untuk akhir-akhir ini terjadi pada Jumat (8/11/2019) tercatat gempa vulkano-tektonik dalam sebanyak tiga kali, vulkano-tektonik dangkal tercatat sembilan kali dan multiphase 44 kali.
“Ancaman bahaya dari letusan ini [pada Sabtu] berupa awan panas letusan yang bersumber dari material kubah lava dan lontaran material vulkanik, dengan jangkauan di atas tiga kilometer berdasarkan volume kubah lava yang sebesar 416.000 meter persegi sesuai data drone 30 Oktober 2019,” katanya.
Terkait dengan adanya lontaran material letusan dalam beberapa bulan ini, Hanik menilai masih tergolong kecil voume yang dimuntahkan, selain itu karena tersebar jadi susah untuk dipantau perkiraan volumenya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
AS Mengaku Belum Mendapat Tanggapan Hamas Soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza
Advertisement
Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Jogja Hari Ini, Kamis 2 Mei 2024
- Daftar Lokasi Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Irak di Jogja dan Sekitarnya, Gratis!
- Peringati hari Kesiapsiagaan 2024, Kementerian Kominfo Dorong Masyarakat Siap untuk Selamat
- Soal Penjabat Kepala Daerah yang Berencana Maju di Pilkada 2024, Sultan Bilang Begini
- Sultan Minta Lalu Lintas Penerbangan Bandara YIA Ditambah, Ini Alasannya
Advertisement
Advertisement