Advertisement
Begini Pandangan Warga Keturunan Tionghoa Akan Kehidupan Setelah Kematian
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Warga keturunan Tionghoa memiliki berbagai prosesi pemakaman. Upaya ini merupakan wujud penghormatan kepada leluhur dan keyakinan adanya kehidupan selanjutnya setelah meninggal dunia.
Ketua I Jogja Chinees Arts & Culture Centre (JCACC), Jimmy Sutanto mengatakan pemakaman warga keturunan Tionghoa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat lainnya. Namun ada sejumlah hal yang membedakan. Biasanya hal ini sesuai dengan kepercayaan yang dianut.
Advertisement
Jasad orang Tionghoa yang beragam Buddha, Kristen atau Katolik yang meninggal biasanya ada yang dikubur, tetapi ada juga yang dibakar atau dikremasi. Untuk jasad yang dikremasi pun ada yang disimpan abunya dan ada yang dilarung ke laut.
Sebelum proses penguburan atau kremasi, jenazah warga keturunan biasanya juga dirias. “Sesuai agama lain, manusia setelah meninggal ada kehidupan lagi sehingga wajah dirias selayaknya orang yang masih hidup, ada yang diberikan bekal hal yang disukai atau sesuatu yang lain sesuai permintaan sebelum meninggal,” kata Jimmy, Rabu (8/1).
Tradisi Khusus
Pengurus pemakaman di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ), Sukamto mengatakan prosesi pemakaman untuk warga keturunan Tionghoa Nasrani maupun Buddha sedikit berbeda. Terutama untuk yang beragama Buddha, biasanya ada prosesi-prosesi tertentu yang dijalani.
“Untuk rias itu agar tidak terlihat pucat. Ya biar selayaknya orang masih hidup. Standar saja biasanya riasnya, kecuali ada permintaan khusus dari keluarga. Ada yang minta pakai arak putih juga saat memandikan, itu bisa membersihkan kuman juga. Tetapi ada juga yang biasa pakai air panas,” ucapnya.
Menurut Sukamto, pada prosesi pemakaman penganut agama Buddha biasanya ada perhitungan tertentu setiap tahap pemakamannya. “Ada juga lempar koin itu, untuk memilih peti yang akan digunakan,” katanya.
Selain dimakamkan biasa di kuburan, ada juga jenazah yang dikremasi. Biasanya hal ini sesuai dengan permintaan keluarga atau pesan orang tersebut sebelum meninggal. PUKJ pun menyiapkan tempat untuk menaruh abu hasil pembakaran, jika tidak ingin dilarung. Sejumlah benda yang dekat dengan kehidupan orang yang meninggal juga ditata di dekat tempat abu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Tok! KPU Putuskan Dua Caleg Terpilih PDIP Diganti, Ini Penggantinya
- Kondisi Jalan Gelap, Pengendara Motor Meninggal seusai Tabrak Truk di Sragen
- Strategi Bata Tutup Pabrik Disebut Kurang Tepat di Tengah Pertumbuhan Industri
- Tak Penuhi Rekomendasi OJK, Izin Usaha PT Tani Fund Madani Indonesia Dicabut
Berita Pilihan
Advertisement
Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang, Kementerian PPPA Turun Tangan
Advertisement
Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga
Advertisement
Berita Populer
- Sultan Jogja Ingatkan Abdi Dalem Harus Jadi Penjaga Budaya
- Top 7 News Harianjogja.com Rabu 8 Mei 2024: Masalah Sampah hingga Hasil Liga Champions
- Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi DIY Tidak Diperpanjang
- Kemarau Basah, BPBD DIY Minta Warga Bikin Sumur Resapan
- Meresahkan! Vandalisme di Malioboro Jogja Kian Menggila, 10 Toko Jadi Objek Coret-coret
Advertisement
Advertisement