Advertisement
Waspadai Puncak Musim Hujan, Longsor Masih Mengancam
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana di puncak musim hujan Februari ini. Kewaspadaan diperlukan agar dampak bencana bisa ditekan sekecil mungkin.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan berdasarkan informasi dari BMKG DIY, Februari menjadi puncak musim hujan. Hal ini pun terlihat dari intensitas curah hujan yang meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Advertisement
Menurut dia, seiring dengan meningkatnya curah hujan, potensi terjadinya bencana alam juga makin tinggi. Beberapa bencana yang terjadi yakni longsoran batu besar yang memutus jalan kabupaten di Desa Watugajah, Kecamatan Gedangsari. Peristiwa ini terjadi kamis (20/2/2020). Tiga kejadian lainnya masing-masing pohon tumbang menimpa kandang di Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari; tembok pagar sekolah di Dusun Gebang, Kemiri, Tanjungsari dan pagar bumi rumah milik Suyitno, Desa Ngloro, Kecamatan Saptosari ambrol karena tergenang air. “Sudah terdata dan mulai dilakukan penanganan,” kata Edy kepada wartawan, Jumat (21/2/2020).
Dia mencontohkan untuk jalan kabupaten di Watugajah, BPBD sudah menerjunkan personel guna memindahkan batu besar yang berada di tengah jalan. Adapun pemindahan dengan menggunakan alat pemecah batu. “Tidak bisa diangkat karena batu terlalu besar. Jadi harus dipecah dulu agar bisa dipindahkan,” katanya.
Dijelaskan Edy, kerawanan bencana alam di Gunungkidul ada beberapa potensi. Hasil pemetaan dari BPBD meliputi ancaman longsor yang berada di kawasan utara seperti di Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong. Untuk ancaman banjir meliputi beberapa titik seperti di wilayah Mertelu, Gedangsari, sepanjang aliran Kali Oya dan Kali Besole di Kota Wonosari. “Untuk angin kencang merata di seluruh wilayah,” katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Gunungkidul Agus Wibowo Arifianto mengatakan, untuk antisipasi bencana jajarannya terus menyosialisasikan ke masyarakat dengan memperluas jaringan desa tangguh bencana (destana). “Belum semua desa menjadi destana, tapi pembentukan akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun depan ada enam desa yang akan dijadikan destana,” katanya.
Menurut dia, dengan pembentukan destana masyarakat diajari bagaimana memetekan daerah rawan bencana serta melakukan penanganan saat terjadi musibah. “Paling penting masyarat diberikan pemahaman bagaimana melakukan antisipasi dan mengenali tanda-tanda yang bisa menyebabkan bencana alam,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bappenas Sebut Telah Masukkan Program Makan Siang Gratis ke Dalam RKP 2025
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Berikut Jadwal Lengkap KA Prameks Jogja Kutoarjo Selama Mei 2024
- Jadwal Keberangkatan Bus Damri untuk Jogja dan Sekitarnya, Cek di Sini
- Cek Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Suhu Udara Mencapai 30 Derajat Celcius
- Top 7 News Harianjogja.com Senin 6 Mei 2024, Lonjakan Kasus DBD di DIY, Usulan CPNS, Jadwal Haji hingga Perkembangan Gunung Merapi
- Jadwal Pemadaman Listrik di Kota Jogja dan Bantul Hari Ini, Mulai Pukul 10.00 WIB
Advertisement
Advertisement