Advertisement

Bikin Wastafel, Pria Ini Selamatkan BUM-Des

Salsabila Annisa Azmi
Selasa, 25 Agustus 2020 - 08:07 WIB
Arief Junianto
Bikin Wastafel, Pria Ini Selamatkan BUM-Des Choliq (kiri) sedang memantau pembuatan wastafel portabel minim sentuhan yang dikerjakan para pegawai BUM-Des Tridadi Makmur. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Pandemi Covid-19 melumpuhkan hampir semua sektor. Tetapi kondisi itu bukan alasan bagi Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des) Tridadi Makmur, Kecamatan Sleman, Agus Choliq, 47, untuk menyerah saat omzet unit usaha BUM-Des terjun bebas.

Di tengah terpaan pandemi, Agus Choliq harus terus mencari cara agar roda usaha BUM-Des yang ia kelola tetap berputar. Betapa tidak, sejak Covid-19 menyebar hingga DIY, industri pariwisata langsung ambruk karena penghasilan terjun bebas.

Advertisement

Tak terkecuali Desa Wisata Puri Mataram. Salah satu unit usaha BUM-Des Tridadi Makmur itu menelan kerugian ratusan juta rupiah. Akibatnya, lebih dari 80% pekerja terpaksa dirumahkan. Begitu juga dengan beberapa pegawai di unit usaha aglaonema.

Otaknya pun terus berputar. Bagi dia, pandemi bukan alasan untuk berlama-lama pasrah dan membiarkan puluhan pekerja dirumahkan. “Selama bisa mencari peluang dan mengikuti tren yang ada, unit usaha BUM-Des ini akan tetap berjalan,” kata Choliq saat diwawancarai Harianjogja.com, pekan lalu.

Sejatinya, Agus jeli mengamati tren yang berkembang, mulai dari bisnis kain dan bisnis hand sanitizer menjamur di seluruh wilayah. Tetapi menurutnya pasar itu sudah terlalu jenuh.

Akhirnya dia pun memilih fokus pada gerakan cuci tangan yang membuat banyak wastafel buatan tangan tersebar di seluruh sudut kota. Ada satu keresahan dalam hatinya melihat wastafel yang banyak tersedia di ruang publik. Menurutnya wastafel dengan pemutar kran yang harus disentuh masih membuka peluang terkontaminasi virus. “Saya cari referensi, ada sebuah mesin yang dinyalakan pakai kaki. Saya jadi punya ide membuat wastafel yang krannya dinyalakan dengan pijakan kaki, supaya higienis. Karena kalau pakai sensor tanpa sentuhan juga pasti mahal,” kata Choliq.

Alhasil, ide itu dinamakan wastafel minim sentuhan atau wastafel anti-Covid-19. Dilihat dari bentuknya, wastafel itu memang tidak jauh berbeda dengan wastafel pada umumnya.

Satu hal yang membedakan adalah model pengoperasiannya. Pengguna cukup menginjak pedal kaki di bawah wastafel, setelah itu sabun dan air akan mengalir dengan lancar.

Dengan dibantu satu orang staf di BUM-Des yang memiliki keahlian las besi, Choliq membuat purwarupa wastafel portabel minim sentuhan. Setelah tiga kali gagal, Choliq berhasil membuat satu wastafel portabel. Wastafel ini kemudian diproduksi untuk warga sekitar.

Seketika Viral

Melihat betapa bersemangatnya gerakan cuci tangan di berbagai daerah, Choliq mengunggah video pembuatan wastafel portabel itu di Facebook. Tak disangka, unggahannya itu viral di jagad media sosial. Pesanan dari perkantoran, pemerintahan hingga universitas pun membludak hingga para pegawai kewalahan. “Situasi itu saya jadikan kesempatan. Sebagian yang menganggur di Puri Mataram dan unit usaha lain saya alihkan tenaganya ke pembuatan wastafel portabel. Total ada 15 pegawai yang saya pekerjakan,” kata Choliq.

Harga wastafel tersebut bervariasi. Mulai dari Rp700.000 hingga Rp1 juta tergantung bahan dan perangkat cuci tangan yang digunakan. Untuk yang paling murah memiliki rangka besi dengan tutup mika. Sementara yang paling mahal memiliki penutup alumunium. Total sudah ada 350 unit wastafel yang dipasarkan ke dalam dan luar DIY.

Menurut Choliq, meski keuntungannya tak sebesar keuntungan unit usaha lain pada hari-hari biasanya, setidaknya pemasukan itu mampu menyelamatkan penghasilan bulanan puluhan pegawai. Hingga kini, pesanan wastafel terus menerus datang dari perorangan. Misalnya untuk pesta pernikahan dengan protokol kesehatan di era adaptasi kebiasan baru.

“Saking banyaknya, saya berencana membuka lowongan pekerjaan untuk pembuatan wastafel ini. Karena makin hari makin kewalahan. Lowongan pekerjaan ini juga prioritas untuk warga desa dulu, terutama yang masih menganggur,” kata Choliq.

Kendati produksi wastafel anti Covid-19 ini menjajikan, Choliq tetap berharap agar permasalahan Covid-19 bisa segera berakhir dan masyarakat bisa kembali ke kehidupan normal. Dia berharap perekonomian segera membaik sehingga puluhan pegawai bisa kembali bekerja dengan penuh dan mendapatkan penghasilan dengan besaran seperti sebelum pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

10 Orang Tewas Usai Dua Helikopter Militer Malaysia Tabrakan, Berikut Kronologinya

News
| Selasa, 23 April 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement