Advertisement
Pemkot Jogja Tanamkan Karakter Keluhuran Budi lewat Kompetisi Bahasa & Sastra
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Pemerintah Kota Jogja melalui Dinas Kebudayaan berupaya melestarikan bahasa Jawa dalam rangkaian kegiatan Kompetisi Bahasa dan Sastra 2020.
Berbagai lomba digelar dengan sasaran pelajar tingkat SD, SMP hingga SMA dan juga masyarakat umum yang diikuti oleh 330 orang peserta.
Advertisement
Kategori lomba tersebut adalah lomba macapat tingkat SD, SMP dan SMA/K; lomba baca cerkak tingkat SD, SMP dan SMA/K; lomba alih aksara tingkat SD, SMP dan SMA/K; lomba geguritan tingkat SD, SMP dan SMA/K; lomba Sesorah tingkat SMP dan SMA/K; serta lomba pranata adicara tingkat SMA/K dan umum.
Masing-masing kategori lomba dipilih 5 nominasi terbaik di babak penyisihan melalui seleksi video secara daring, untuk selanjutnya mengikuti seleksi langsung di babak final.
Pada final lomba ini akan ada total 80 orang pemenang untuk juara pertama, kedua, ketiga, harapan pertama, dan harapan kedua.
Final berlangsung pada 19 hingga 21 September dan 28 hingga 30 September 2020, bertempat di SMA Taman Madya Jl Tamansiswa 25D Yogyakarta.
Sedangkan 3 orang pemenang terbaik pada masing-masing kategori lomba berhak untuk mengikuti lomba serupa di tingkat DIY.
Dewan juri terdiri dari praktisi, seniman, budayawan dan akademisi.
Seluruh pemenang juga mendapatkan tropi dan piagam penghargaan.
Selain itu juga diberikan hadiah berupa uang tunai, juara pertama sebesar Rp1 juta, juara kedua Rp900.000, juara ketiga Rp800.000, juara harapan pertama Rp700.000 dan juara harapan kedua Rp600.000.
Rangkaian kegiatan kompetisi bahasa dan sastra ini dilaksanakan dengan mengedepankan protokol Covid-19 yang berlaku.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos.,M.M. menjelaskan bahwa Bahasa Jawa sebagai bagian dari pilar pembentuk kebudayaan nasional merupakan asset bangsa yang harus terus dilestarikan.
“Pelestarian dan pengembangan huruf, bahasa dan sastra jawa penting untuk menanamkan pendidikan karakter yang berbasis budaya Jawa. Ada filosofi tentang keluhuran budi melalui unggah-ungguhing basa,” tuturnya.
“Pertukaran informasi melalui teknologi komunikasi yang massif di era global saat ini memiliki efek samping terkikisnya penggunaan bahasa daerah. Asimilasi budaya global dengan budaya lokal bukan berarti terlupakannya bahasa daerah sebagai harta leluhur bangsa,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie Terlibat Korupsi Timah Rp217 Triliun, Begini Respons Manajemen
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Stok Darah 30 April 2024 dan Jadwal Donor Darah Besok di Wilayah DIY
- Kantor PT Taru Martani Digeledah Kejati DIY, Terkait Dugaan Korupsi Rp18 Miliar
- BKKBN DIY Lantik P3K, Gunungkidul Dan Kulon Progo Tambah Penyuluh KB
- Jadi Pusat UMKM, Eks Hotel Mutiara 1 Malioboro Jogja Beroperasi di 2025
- TPA Piyungan Ditutup Permanen Besok! Semua Depo Sampah Kota Jogja Hari Ini Dikosongkan
Advertisement
Advertisement