Advertisement
Rayakan Hari Lahir Sultan, Kraton Jogja Pentaskan Beksan Golek Jangkung Kuning
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA– Memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan HB X setiap Senin Pon malam Selasa Wage, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung. Kali ini, Uyon-Uyon Hadiluhung menyajikan komposisi gendhing dan beksan (tari) Golek Jangkung Kuning. Pemetasan ini berlangsung pada Senin (8/3/2021) malam bertempat di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti.
Menurut Pamucal Beksan Nyi RL Sastrawidyakartika, beksan golek merupakan salah satu beksan klasik Jogja. Secara garis besar, beksan ini bercerita tentang perempuan atau remaja yang sedang mencari jati diri, termasuk dengan cara ngadi salira dan ngadi busana.
Advertisement
“Ngadi salira tentang bagaimana cara mereka merawat tubuh. Ngadi busana bagaimana mempercantik diri dengan merias,” kata Nyi RL Sastrawidyakartika sebelum pementasan secara daring ini berlangsung.
BACA JUGA: Kasus Covid-19 Klaster Hajatan, 47 Warga Bojong Kulonprogo Diuji Swab
Ada beberapa khasanah beksan golek yaitu versi istana, wirogunan, mangkubumen, dan lainnya. Pada kesempatan kali ini, khasanah tari golek yang dipakai adalah wirogunan, dalam hal ini Golek Jangkung Kuning.
Jenis gerak yang tersaji dalam Beksan Golek Jangkung Kuning seperti gerak adus (mandi). Ada beberapa jenis gerak adus seperti gerak adus blumbang, adus sarwi raup, adus sarwi kraos asrep sedhakep dan adus ciblon. Ragam gerak tersebut menjadi ciri khas dan keunikan dari Golek Jangkung Kuning.
Penamaan Golek Jangkung Kuning merujuk pada gendhing yang dipakai yaitu Gendhing Jangkung Kuning. Gendhing Jangkung Kuning ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Sehingga baik di Surakarta maupun Jogja memiliki kesamaan nama gendhing, namun berbeda rasa dan teknik yang digunakan.
Beksan Golek Jangkung Kuning merupakan ciptaan Kanjeng Raden Tumenggung Wiraguna sekitar 1930. Pada 1988, mahasiswa Institut Seni Indonesia Jogja Eko Wahyuni melakukan penelitian. Melalui penelitian itu, ada rekonstruksi ulang gerak dan jenis pakaianya. “[Beksan Golek Jangkung Kuning] sudah lama tidak ditampilkan semenjak 1940. Kemudian direkonstruksi ulang tahun 1988. Dan baru akan ditampilkan kembali tahun 2021 ini,” kata Nyi RL Sastrawidyakartika.
Sebelum pementasan berlangsung, Sri Sultan HB X memberikan beberapa doa kepada seluruh warganya. Dalam bahasa Jawa, Sri Sultan HB X berharap Tuhan memberikan berkah kepada seluruh masyarakat. Dia juga berharap ada cahaya di masa darurat pandemi Covid-19 ini.
“Harus dihadapi dengan sabar, tawakal, tulus, ikhlas, dan pasrah lahir batin,” kata Sri Sultan HB X. “Orang sabar rejekinya lebar.”
Sri Sultan HB X bercerita DIY juga pernah mengalami musibah besar berupa gempa bumi pada 2006. Namun kala itu bencananya terlihat oleh mata. Berbeda dengan saat ini, virus Covid-19 tidak kasat mata. Virus ini masuk ke dalam tubuh tanpa diduga dan tidak bisa dirasakan secara langsung.
“Kita semua harus jaga kesehatan. Berperilaku prihatin dan wajib menuruti aturan dari pemerintah,” kata Sri Sultan HB X. “Menjaga pribadi, jaga keluarga, jaga silaturahmi, dan jaga masyarakat.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Densus 88 Menangkap Lagi Satu Terduga Teroris, Total Delapan Orang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Dinkes DIY Mewaspadai Sebaran Flu Singapura
- Penganiaya Penjual Bakwan Kawi di Gowongan Akhirnya Dilepas, Ini Penyebabnya
- Jelang Pilkada, KPU Jogja Siapkan Badan Adhoc dan Buka Konsultasi untuk Paslon Independen
- DPC Gerindra: Usung Budi Waljiman, Jajaki Tokoh Lain hingga Jalin Komunikasi dengan Partai Koalisi
- Jaring Masukan, Bapelkes DIY Gelar Forum Komunikasi Publik
Advertisement
Advertisement